Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Thursday, December 17, 2015

Berburu Hujan Meteor di Sepertiga Malam Terakhir

Ilustrasi hujan meteor. Sumber gambar: republika.co.id
Selama beberapa hari aku membaca informasi tentang hujan meteor yang dapat dilihat dari wilayah Indonesia. Ini kesempatan untuk melihat hujan meteor secara langsung. Tepatnya hujan meteor Geminids.

Hujan meteor Geminid merupakan hujan meteor tahunan yang terjadi pada tanggal 4 – 17 Desember dan mencapai puncaknya pada kisaran tanggal 12-14 Desember setiap tahunnya. Hujan meteor Geminid termasuk salah satu hujan meteor terbaik yang bisa dinikmati setiap tahunnya dan bisa diamati dari seluruh indonesia.

Hujan meteor Geminid akan tampak muncul dari rasi Gemini atau lebih tepatnya tak jauh dari bintang Castor atau alpha Gemini, bintang paling terang kedua di rasi Gemini. Radian dari hujan meteor Geminid akan terbit jam 8 malam di arah timur laut. Jelang tengah malam, radian hujan meteor Geminid sudah cukup tinggi untuk bisa dinikmati oleh pengamat dari Bumi.

Pada malam puncak, diperkirakan 120 meteor akan melintas setiap jam dengan kecepatan 35 km/detik. Wow, kecepatannya 35 km per detik lho, bukan per jam. Seandainya kecepatan menjemput jodoh bisa secepat itu. #Eh,gagalfokus.

Menurut sebuah website yang aku baca, http://langitselatan.com, hujan meteor Geminid berasal dari sisa pecahan 3200 Phaethon yang diperkirakan merupakan sebuah asteroid yang sudah punah. Bumi yang melintas dalam aliran puing-puing 3200 Phaethon setiap tahun pada pertengahan Desember akan menyebabkan puing-puing itu terbang dari rasi Gemini. Tepatnya di dekat bintang terang Castor dan Pollux.


Rasi bintang Gemini. Sumber gambar: langitselatan.com. Kredit: Starwalk
Meteor Geminid pertama kali terlihat pada akhir abad ke-19, tak lama setelah perang sipil di Amerika berakhir. Pada saat pertama muncul, hujan meteornya masih lemah dan tidak terlalu menarik perhatian. Pada saat itu debu yang masuk atmosfer Bumi itu hanya bergerak dengan kecepatan 130000 km/jam. Di masa itu, sama sekali tak nampak kalau hujan meteor ini akan berlangsung setiap tahun. Yang menarik, saat ini hujan meteor Geminid merupakan salah satu hujan meteor yang cukup kuat dan menarik perhatian para pengamat. Bahkan ia semakin kuat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh gravitasi Jupiter yang berlaku pada aliran puing-puing Phaethon dan menyebabkan mereka bergeser mendekati orbit Bumi.

Berbekal sedikit pengetahuan tersebut, aku mempersiapkan diri untuk menjadi pengamat amatir hujan meteor. Hari Minggu, tanggal empat belas Desember, seperti biasa aktivitasku sebagai jomblo profesional yaitu mendesain majalah hingga pukul 24.00 WIB. Mengantuk? Nggak juga, soalnya sorenya aku sudah tertidur lama. Lalu, lewat tengah malam, aku melakukan berbagai aktivitas nggak penting, seperti nonton film beberapa menit, ganti melihat video klip, ganti mendengarkan musik, ganti buka handphone, ganti membayangkan kamu, ganti mengingat-ingat mantan. Eh, lupakan dua aktivitas terakhir tadi.

Pukul 03.00 WIB –aku benar-benar tidak mengantuk—aku keluar rumah mencari mangsa bersiap-siap melihat hujan meteor. Kuambil dipan berukuran kecil dan kutaruh di halaman rumah. Tak lupa kekasih setia menemani, yaitu bantal. Aku pun rebahan di atas dipan n kepala di arah barat. Aku memandang ke atas, melihat bintang-bintang. Beruntungnya aku, malam ini langit tak mendung. Hanya kabut tipis yang menyelimuti langit. Bintang-bintang masih terlihat sinarnya.

Aku belum pernah melihat hujan meteor secara langsung. Biasanya melihanya di film-film yang menggambarkan sebuah benda terang bergerak di langit. Aku membayangkan akan melihat seperti itu, sebuah benda kecil terang yang berjalan lambat di langit.

Selama beberapa menit aku masih berusaha menyamankan diri. Angin bertiup dengan kecepatan sedang. Nyamuk sesekali berdengung di telinga. Dan kucing kecil mengeong bermain-main di gelapnya halaman.

Lima belas menit pertama aku tidak mendapati penampakan hujan meteor. Bagaimana ini? Katanya intensitasnya 120 kali/jam, berarti rata-rata 2 kali/menit, kan. Ah, mungkin pandanganku yang takteliti menelisik langit.

Sambil menahan dingin, aku mengamati bintang-bintang. Kok, bagus banget, ya. Iya, sejak dulu bintang seperti itu. Tapi, kalau diamat-amati sungguh menakjubkan. Ada bintang yang sinarnya terang, ada yang redup. Ada yang terlihat bersinar lalu padam, dan bergerak ke selatan. Oh, itukah meteornya? Ternyata, bukan. Itu pesawat terbang. Terhitung ada tiga pesawat yang lewat yang tertangkap pandanganku.

Hampir setengah jam aku belum mendapati satu pun hujan meteor. Tapi aku tetap bersabar. Aku kan orangnya sabar. Hehe...

Aku masih memandang ke atas. Lalu, secara sekilas sebuah kilatan muncul. Slaaappp..... Hanya sepersekian detik. Sebuah kilatan lurus membelah langit. Itukah? Tapi kok cepat sekali ya? Kalau di film-film itu hujan meteor nggak cepat-cepat amat. #korbanfilm

Karena masih ragu, aku semakin menajamkan penglihatan. Lalu, beberapa saat kemudian, slaapp... kilatan itu muncul lagi. Seolah langit tergores oleh cahaya terang. Hanya sepersekian detik. Tak memberi kesempatan mata untuk berkedip. Oh, ternyata cepat seperti itu ya. Seandainya move on bisa secepat itu. #Eh,gagalfokusjilid2

Kemudian dengan sabar, aku mengamati langit lagi. Beberapa kali kilatan itu muncul. Ah, inilah hujan meteorku yang pertama.

Aku membayangkan, suatu hari nanti aku akan mengamati hujan meteor sambil tiduran di pasir pantai. Dan ada kamu di sampingku. Ahaha...ihirrr... Oke, setop berkhayal. Daripada berkhayal lebih baik segera cari jodoh sana. #Siaaaap

Selama satu jam aku mengamati langit. Dan kudapati 9 kali hujan meteor. Bayangkan, selama satu jam memandang langit dan hanya bisa melihat 9 kali kilatan yang cepatnya sepersekian detik. Betapa sabarnya aku, kan. Menunggu meteor aja aku sabar, apalagi menunggu kamu. Iya, kamu. Aku pasti sabar banget. #Plakkk,bangun!!!

Oke, adzan Subuh menandai berakhirnya waktu pengamatan. Pukul 04.00 WIB, meskipun udara agak dingin, namun badan terasa gerah juga. Aku pun mandi, lalu menuju masjid. 


Dan aku berharap, masih ada kesempatan untuk melihat hujan meteor lagi lain waktu, atau melihat fenomena-fenomena alam lainnya yang menakjubkan.

Penciptaan alam ini memang sangat menakjubkan. Begitu juga penciptaan dirimu. Iya, kamu yang senyum-senyum sendiri pas membaca tulisan ini. # Ahahaha....

***
Sukoharjo, 17 November 2015

-------------------
*Oh ya, selain hujan meteor geminds, hujan metero quadrantids juga merupakan hujan meteor periodik/tahunan terbaik dengan intensitas terbanyak sekitar 120 meteor/jam. Hujan meteor geminids sering disebut sebagai hujan meteor akhir tahun, dan hujan meteor quadrantids sering disebut sebagai hujan meteor awal tahun. Aktifitas hujan meteor quadrantids terjadi pada tanggal 28 Desember s/d 12 Januari. Semoga langit malam cerah sehingga hujan meteor ini bisa terlihat.

Tak boleh terlewatkan pula, fenomena alam luar biasa di tahun 2016, yaitu gerhana matahari total yang akan terjadi pada tanggal 9 Maret 2016. Dan gerhana matahari ini mencakup wilayah seluruh Indonesia. Nggak usah dicatat dan diingat-ingat tanggalnya karena beberapa hari sebelum gerhana matahari total, televisi dan koran-koran akan berlomba-lomba menyebarkan informasi tersebut.

0 komentar:

Post a Comment