Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Saturday, February 20, 2016

Menikmati Seni, Meratapi Sepi

Menikmati lukisan
Abaikan judul di atas yang sok puitis itu. Itu judul yang asal-asalan saja.

Begini, wahai rakyat Indonesia yang berbahagia, apa yang bakal kamu lakukan jika di suatu malam kamu merasa bosan di rumah?

Kalau aku sih, biasanya jalan-jalan. Bukan jalan kaki, tapi naik sepeda motor. Biasanya cuma muter-muter kota Solo, lewat jalan Slamet Riyadi, lewat Keraton Solo --kadang mampir warung hik di depan keraton, memesan segelas kopi hitam yang kental sambil mencomot nasi kucing dan gorengan--, terus lewat alun-alun selatan yang selalu ramai itu.

Jika kebetulan ada pameran seni di Balai Sudjatmoko --yang berlokasi satu gedung dengan Toko Buku Gramedia-- aku akan mampir sejenak ke sana. Aku bukan pelaku seni yang bisa menghasilkan karya seni yang indah. Dalam hal menggambar pun aku tak bisa membanggakan diri.

Jika menggambar sesosok manusia, aku akan menggambar sebuah lingkaran (sebagai kepala) dengan dua tanda silang (sebagai mata) dan satu garis lengkung di bawahnya (tanda bibir yang tersenyum). Lalu, kutarik garis lurus ke bawah dari lingkaran itu (sebagai badan). Dua tangan kugambar dengan garis lurus yang menyamping. Begitu juga untuk dua kaki. Sepertinya, itu pencapaian tertinggi dari bakat menggambarku.
 


Meskipun begitu, aku tetap suka melihat-lihat karya seni. Misalnya karya seni lukis dan fotografi. Di Balai Sudjatmoko tak jarang diadakan pameran seni lukis dan fotografi. Di situlah kesempatanku untuk berlagak sok nyeni dengan memandang karya-karya dua dimensi itu.

Terkadang aku bisa menangkap makna di balik gambar-gambar yang dipamerkan itu. Tapi, seringnya aku tak memahami sedikitpun maksud gambar-gambar yang aneh itu. Aku tak bisa memahami arti lukisan abstrak yang tak bisa diidentifikasi sebagai gambar bentuk apa.


 
Jika menemukan lukisan seperti itu, apa yang aku lakukan? Aku hanya akan berdiri diam di depan lukisan itu. Berusaha meniknati setiap goresannya, setiap warnanya, setiap kesan yang ditimbulkannya.

Aku berpikir, karya seni memang tak selalu harus dimaknai. Ia hanya perlu dinikmati, dihayati, diresapi, ditatap lekat-lekat tanpa ekspresi apapun kecuali wajah yang menyiratkan kedamaian.

Jika kamu mau mencoba melakukan seperti itu, percayalah, kamu sudah sukses berlagak sebagai pecinta seni meskipun kamu tak bisa membedakan apa itu lukisan beraliran impresionisme dan surrealisme.

Oya, jika beruntung, di lokasi pameran karya seni itu kamu akan mendapati anak-anak muda kekinian yang heboh berpose. Entah pose natural dengan wajah yang sok cool, sok ganteng, sok cantik dan cenderung diimut-imutin, atau pose "embuh sakkarepe dewe sing penting bahagia".

Melihat tingkah anak-anak muda kekinian itu menjadi hiburan tersendiri. Anggap saja itu sebagai bonus dari pameran seni.



 

***
Sukoharjo, 21 Februari 2016


Perhatikan dua anak mudi kekinian yang asyik mencari angle foto. Mereka tersenyum dan cekikikan saat sekilas pandanganku mengarah ke mereka.

Ini contoh pose yang sok cantik, cenderung diimut-imutin. Tapi, bukan aku yang motret, lho.
Ini contoh pose yang "embuh sakkarepe dhewe sing penting bahagia". Ini juga bukan aku yang motret.


0 komentar:

Post a Comment