Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Thursday, February 18, 2016

Semua akan Cie Cie pada Waktunya #Jilid 2

Semua akan Cie Cie pada Waktunya
“Hai, orang-orang yang bersendirian, tenangkanlah perasaanmu dan lapangkanlah hatimu. Jodoh tak akan ke mana. Tak kan dipercepat, tak pula diperlambat. Bersabarlah, semua akan cie-cie pada waktunya.”

Setelah menulis Semua Akan Cie-cie pada Waktunya, kini aku menulis Semua Akan Cie-cie pada Waktunya #jilid 2. Anggap saja ini hiburan bagi para jomblo akhir zaman. Selama masih banyak para jomblo yang di-bully, selama itu pula aku akan menulis "Semua Akan Cie-cie pada Waktunya" sampai jilid berapapun –jika masih bisa terus menulis, sih.

Jadi begini, wahai penduduk bumi, belum lama ini aku menghadiri pesta walimahan seorang kawan. Eh, sebenarnya aku tidak hadir saat pesta walimahan yang dilangsungkan mulai pukul sembilan pagi hari di tanggal merah itu, tapi aku datang pada sore harinya. Alasannya, pagi hari itu aku sedang mengerjakan kewajiban seorang jomblo yang urgen, yaitu mencuci baju. Lagipula, pukul sembilan pagi itu aku belum mandi. Usai mencuci baju, aku pun segera mandi. Mandinya di umbul Ponggok, Klaten. : D

Alasan lainnya aku datang sore hari agar bisa lebih leluasa berbincang dengan sang manten. Sebagai kawan lama, tentu aku ingin pula berbincang-bincang dengannya. Kalau datang pagi pasti suasana ramai dan sulit untuk mengobrol santai dengannya.

Alasan lainnya lagi, kalau datang pagi bakal mendapatkan pertanyaan sakral sepanjang masa: “Kapan kamu nikah?” Bukan apa-apa sih, cuma aku bosan menjawab pertanyaan seperti itu. Lha, gimana? Sejak zaman Megalithikum hingga zaman android sekarang ini, pertanyaannya itu-itu saja. Tidak ada variasi. Paling cuma berbeda redaksi, namun sama intinya. Mbok ya, kreatif dikit bikin pertanyaannya, sudah era globalisasi lho ini.

Lagipula, wahai para pembaca setia, kalau aku datang pagi di sana bakal banyak akhwat. Secara gitu, kawanku itu berada di pergaulan yang akhwatnya berkerudung besar. Takutnya, salah satu kerudung akhwat itu melambai-lambai dan menampar hatiku. Aiiih ... sakitnya tuh di sini.

Kata pak Ustaz, kita harus jaga pandangan, jaga hati, dan jaga istri –bagi yang punya. Sebagai jomblo yang tampan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, aku harus berusaha menjaga diri agar tidak mudah tergoda oleh pesona wanita dunia. Pun berusaha menjaga pesona ketampananku agar tidak menarik perhatian akhwat-akhwat itu. : D #Oke, skip lebay mode on ini.

Hari berikutnya pascawalimahan itu, foto sang manten sudah diunggah ke media sosial. Beberapa komentar mengungkapkan pujian betapa tampannya pengantin laki-laki dan betapa cantiknya pengantin perempuan. Mereka berdua pasangan yang serasi. Dan, di situlah kadang aku merasa tidak tampan lagi.

Berbahagialah kawanku yang sudah mendapatkan jodoh itu. Mungkin banyak jomblo yang iri sambil membatin, giliranku kapan duduk di kursi berhiaskan bunga-bunga indah itu?

Aku? Sebagai pemegang teguh risalah “Semua akan Cie-cie pada Waktunya”, aku sudah lama berusaha tak iri dengan kebahagiaan orang lain saat mendapatkan jodohnya. Aku haqqul yaqin, Tuhan sudah menetapkan jodoh bagi hamba-Nya. Kita hanyalah manusia yang bisa berusaha, Tuhan Yang Maha Berkehendak.

Sebagaimana rezeki, jodoh juga mesti diupayakan. Ingin mendapatkan rezeki tentu kita harus bekerja keras –meskipun rezeki kita sudah dijatah oleh Tuhan. Pun begitu, ingin mendapatkan jodoh, kita mesti berusaha.

Bukan hasilnya yang kita lihat. Banyak orang memiliki harta melimpah, namun dari hasil korupsi. Apakah hartanya akan berkah dan membuatnya bahagia? Dalam mencari rezeki, tentu harus yang halal dan berkah. Seberapapun hasil yang didapat –sekali lagi—yang penting halal dan berkah. Mencari jodoh juga begitu, jangan hanya yang penting cepat menikah. Mestilah melalui cara yang baik. Kalau suka dengan seseorang, langsung bilang saja. Maksudnya, bilang sama bapaknya. 


Jika sudah berusaha untuk mendapatkan jodoh namun belum berhasil pula, bagaimana? Sekali lagi, jodoh sudah ditetapkan oleh Tuhan. Janganlah risau dan galau. Jomblo yang sering galau itu mudah depresi, lho. 


Tenang saja, yang penting ikhtiar dengan cara-cara yang baik. Berdoa kepada Tuhan. Serahkan urusan jodoh kepada Tuhan. Lalu, suatu hari nanti kamu akan melihat bahwa apa yang ditakdirkan untukmu selama ini –yaitu jomblo berkepanjangan-- adalah baik bagi dirimu. Yakinlah, semua akan cie-cie pada waktunya. Kalau belum cie-cie, berarti belum waktunya.


***
SuKoharjo, 19 Februari 2016
Ditulis saat sepertiga malam terakhir setelah sesaat mengamati bintang-bintang di langit sambil membatin: siapakah jodohku?




0 komentar:

Post a Comment