Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Wednesday, September 14, 2016

8 Cara Sederhana Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Sumber gambar: health.detik.com

Pada waktu dulu penerimaan rapor siswa --saya sebagai wali kelas-- ada orang tua siswa yang mengeluhkan anaknya yang kepercayaan dirinya kurang.

"Bagaimana, Pak, biar anak saya itu bisa percaya diri?" tanyanya.
Saya diam sejenak –memikirkan jawaban-- lalu berkata, "Caranya sederhana saja."

Berikut ini cara sederhana untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak.
 

1. Memberi kesempatan anak untuk berinteraksi dengan orang lain
Saya menyarankan agar orang tua memberi tugas-tugas sederhana kepada anak yang mengharuskannya berhubungan dengan orang lain. Saya mencontohkan orang tua meminta anak untuk membeli sesuatu ke warung. Ke warung, bukan ke swalayan atau minimarket.

Ketika di warung, anak akan berinteraksi dengan orang lain. Anak akan melakukan komunikasi sederhana antara dirinya dan pemilik warung. Begitu contoh tugas sederhana untuk melatih kepercaaan diri anak.

Anak yang kurang percaya diri --salah satu sebabnya-- karena jarang berinteraksi dengan orang lain. Anak yang selalu disiapkan keperluannya olwh orang tua juga bisa menjadi kurang percaya diri saat berkumpul dengan temannya yang terbiasa mandiri.

Ketika ada acara keluar (bermain) bersama para siswa, saya biasanya meminta mereka yang mengurus segala sesuatunya. Misalnya acara berenang bersama. Saya meminta mereka menariki iuran sendiri, mencari mobil sebagai kendaraan, dan menyiapkan bekal yang perlu dibawa.

Ketika sampai di kolam renang, saya meminta mereka untuk membeli tiket dan menyewa perlengkapan renang. Ketika makan di warung makan, saya meminta mereka yang menanyakan menu dan harganya, juga nanti yang membayarkan uangnya.

Pekerjaan yang terkesan sepele tersebut sangat efektif untuk melatih keberanian anak. Pada awalnya, anak akan merasa malu dan ragu-ragu, misalnya, untuk membeli tiket atau bertanya harga menu makanan. Setelah beberapa kali, anak akan terbiasa karena terasah keberaniannya.

Begitulah salah satu proses sederhana untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri anak. Tentu ada banyak cara lain yang bisa digunakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak di antaranya sebagai berikut.
 

2. Membiasakan anak tampil berbicara di depan umum
Tampil berbicara di depan umum menjadi momok bagi sebagian besar orang, tak terkecuali bagi orang dewasa sekalipun. Mereka biasanya mengalami demam panggung pada awal-awal berbicara di depan umum. Tapi, semakin sering tampil, kepercayaan diri akan meningkat dan keberanian makin muncul hingga berbicara di depan umum menjadi hal yang biasa.

Seorang anak sejak kecil hendaknya dibiasakan untuk tampil di depan umum. Di sekolah, guru bisa memberi kesempatan kepada para siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaan atau tugas secara lisan di depan kelas. Di rumah, orang tua bisa memberi kesempatan kepada anak untuk berbicara di forum keluarga, baik keluarga sendiri atau keluarga besar.

Pada awalnya anak akan merasa ragu, malu, dan grogi. Semakin sering berbicara di depan umum, ia akan semakin percaya diri. Ketika anak berbiacara di depan umum ini semua harus memberi dukungan dengan mendengarkan baik-baik dan memberi respon yang positif agar terbangun perasaan nyaman pada diri anak.
 

3. Memberikan apresiasi/pujian atas pekerjaan anak
Meningkatkan kepercayaan diri anak bisa dilakukan dengan memberi apresiasi positif terhadap hasil pekerjaan anak. Di sekolah, guru bisa memberi pujian terhadap hasil pekerjaan anak. Di rumah, orang tua bisa memuji pekerjaan anak, misalnya mengepel lantai. Setelah selesai mengepel lantai, orang tua bisa memberikan pujian, “Wah, adik hebat, lihat sekarang lantai bersih sekali. Mengkilap sampai bisa buat bercermin.”

Dengan pujian, anak akan merasa kerja kerasnya dihargai sehingga ia akan merasa bangga. Kebanggaan ini akan menumbuhkan sikap percaya diri anak karena anak merasa bahwa ia bisa melakukan sebuah pekerjaan dengan baik.
 

4. Memberi kepercayaan kepada anak untuk mengemban suatu tugas
Seorang anak akan merasa senang jika ia dibutuhkan. Ia akan merasa menjadi orang penting jika diberi sebuah tugas. Misalnya, anak diberi tugas untuk memelihara tanaman. Tanaman tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya anak. Orang tua hanya memberikan arahan bagaimana cara memelihara tanaman.

Tiap beberapa waktu, orang tua mengecek tugas anak. Misalnya saat makan bersama, orang tua bisa menyinggung tugas anak. Si anak dibiarkan bercerita suka-dukanya memelihara tanaman. Kemudian, tak lupa orang tua memberikan pujian atau hadiah kepada anak karena telah melakukan tugasnya dengan baik.

Pemberian tugas ini bisa dilakukan misalnya saat acara rekreasi bersama keluarga. Si anak diberi sebuah tanggung jawab, misalnya mengurusi konsumsi atau menjadi bendahara selama rekreasi. Pemberian tanggung jawab tersebut melatih anak untuk berpikir dewasa dan mengembangkan kepribadian anak, khususnya kepercayaan dirinya.
 

5. Mendorong anak untuk mengikuti aktivitas teman-temannya
Kepercayaan diri anak bisa ditumbuhkan dengan memberi kesempatan kepadanya untuk berinteraksi dan bermain dengan teman sebayanya. Tentu orang tua harus tetap mengawasi siapa teman bermain si anak.

Bermain bersama teman sebaya memberikan banyak manfaat. Dengan bermain bersama teman, anak-anak akan bahagia. Selain itu, dengan timbulnya dinamika kelompok (masalah, ketegangan) akan melatih anak untuk mengendalikan kecerdasan emosionalnya.
 

6. Menceritakan kisah-kisah yang motivatif dan inspiratif
Beberapa kisah heroik dan menakjubkan bisa membekas pada diri anak. Kisah-kisah yang penuh amanat kebaikan, penuh motivasi dan inspirasi akan membuat diri anak ingin meniru si tokoh utama dalam cerita.

Anak akan menyimpan kehebatan si tokoh dalam memorinya dan akan mempengaruhi hati dan pikirannya dalam bertindak. Tak ayal, di seluruh dunia terdapat cerita/dongeng anak yang ceritanya sangat berkesan bagi anak. Bahkan, beberapa cerita dibuatkan versi layar lebarnya. Hal itu karena cerita-cerita tersebut sangat membekas bagi anak-anak yang membacanya saat kecil atau mendengarkannya dibacakan oleh orang tuanya sebelum tidur.

Kisah-kisah yang penuh motivasi dan inspirasi akan menumbuhkan kepercayaan diri anak karena ia akan berusaha menjadi si tokoh utama yang hebat.
 

7. Memberi perhatian kepada anak ketika dibutuhkan
Ketika anak merasa tidak diperhatikan, ia akan merasa minder. Ia merasa bahwa kehadirannya tidak dipedulikan dan dirinya dianggap tidak penting.

Setiap kali anak bercerita, hendaknya orang tua mendengarkan dengan baik-baik, kemudian memberikan tanggapan atas cerita anak. Dalam mendengarkan cerita anak tersebut, orang tua harus terlihat antusias. Jangan sampai terkesan hanya sekadar mendengarkan sambil melakukan aktivitas lain.

Setiap anak pasti ingin seseorang mendengarkan ceritanya. Jika orang tuanya tidak mau atau malas mendengarkan cerita anak, ia akan mencari orang lain, yaitu temannya. Jika teman dekatnya hanya sekidit --karena sifat si anak yang tertutup—ia akan mencurahkan perasaannya dalam tulisan atau hanya akan dipendamnya sendiri.

Orang tua mestilah selalu antusias mendengarkan cerita anak, meskipun cerita anak berisi hal sepele. Dengan perhatian tersebut, anak akan merasa dipedulikan dan merasa kehadirannya diperhitungkan. Imbasnya, si anak akan menjadi percaya diri.
 

8. Memperlakukan anak layaknya orang dewasa
Bagaimana memperlakukan anak layaknya orang dewasa? Hal tersebut dilakukan dengan perkataan dan perbuatan. Dalam berkomunikasi dengan anak, orang tua berbicara seolah-olah dengan orang dewasa. Jangan anggap anak sebagai anak kecil terus.

Misalnya dalam menentukan sekolah anak, orang tua melakukan musyawarah dengan anak tanpa menunjukkan sikap memaksakan kehendak. Biarlah anak mengutarakan keinginannya, kemudian orang tua memberikan tanggapan, pandangan, dan pilihan-pilihan.

Dalam keseharian, anak dibiasakan untuk bersikap mandiri. Aktivitas merapikan kamar dan mencuci pakaian harus dibiasakan sejak kecil. Jangan sampai anak menjadi manja karena segala keperluannya disiapkan oleh orang tua. Anak juga bisa diajari manajemen keuangan dengan memberinya uang saku mingguan atau bulanan. Orang tua memberi rambu-rambu penggunaan uang saku tersebut agar bisa digunakan selama seminggu/sebulan, syukur-syukur malah bersisa.

Dengan manajemen keuangan sendiri, anak akan berlatih bertanggung jawab terhadap apa yang dimilikinya. Tanggung jawab ini akan memperkuat karakter kepercayaan diri anak.

*
Demikian beberapa tips untuk meningkatkan kepercayaan diri anak. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga penyikapannya juga berbeda. Tips-tips di atas bisa dicoba-praktikan pada anak untuk melihat cara mana yang paling efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri anak.


***
Sukoharjo, 12 September 2016



0 komentar:

Post a Comment