Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Friday, April 7, 2017

Tempat-Tempat untuk Merayakan Malam Minggu Jomblo di Kota Solo

sumber gambar: wisatasenibudaya.com

Selamat pagi, Jomblo yang berbahagia.

Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga keyakinan akan datangnya cinta sejati tidak pernah pudar dari hati dan pikiranmu.

Ngomong-ngomong, bagaimanakah cara kamu melewati horornya malam Minggu? Apakah kamu menghabiskan malam Minggu dengan meratapi nasib diri sebagai jomblo kedaluwarsa di dalam kamar tidur yang sempit sambil tergilas kenangan? Jika kamu melakukan hal seperti itu, tenang saja, banyak teman yang senasib sepenanggungan.

Lalu, bagaimana dengan malam Minggu saya? Meskipun saya mengidap jomblo stadium empat setengah, tapi sebagian besar malam Minggu saya terselamatkan di kota Solo.

Saya tinggal di Sukoharjo yang masuk dalam Karesidenan Surakarta. Solo menjadi kota kedua karena saya SMA dan kuliah di Solo. Apa yang saya lakukan saat malam Minggu di kota Solo?

Berikut ini beberapa tempat dan acara di kota Solo yang biasanya menyelamatkan Malam Minggu Jomblo saya.
  

1. Toko Buku yang Memanjakan Pandangan Mata
Apa yang lebih indah daripada pemandangan buku-buku yang berjajar rapi di rak bagi seorang pencinta buku? Toko buku menjadi alternatif untuk nongkrong di malam Minggu. Melihat ratusan atau ribuan buku sungguh membuat mata menjadi hijau. Ada rasa senang yang tak terkatakan ketika melihat-lihat, memegang, dan menghidu aroma buku. Dengan berjalan-jalan ke toko buku, setidaknya saya merasa kegantengan saya naik beberapa derajat. Dan, siapa tahu di toko buku ada jodoh yang menanti saya. #Ahay….

Di Solo, ada beberapa toko buku yang bisa memanjakan pandangan mata. Ada toko Gramedia dan Togamas di Jalan Slamet Riyadi. Di Gramedia, buku-buku lebih lengkap, sedangkan di Togamas disediakan diskon untuk setiap buku, rata-rata 10%. Selain kedua toko buku itu, saya sering menyambangi toko buku Arafah di Cemani, Sukoharjo. Buku-buku agama dari berbagai penerbit terpajang di sana, dan ada kedai kopinya. Asyik, kan? Semua buku di toko buku ini mendapat diskon antara 5%–25%.


2. Balai Sudjatmoko dengan Agenda Seni Budaya
Lesehan di Balai Sudjatmoko bukan maksud saya duduk-duduk sambil makan seperti di rumah makan. Di Balai Sudjatmoko sering diadakan agenda kebudayaan yang biasanya para pesertanya duduk lesehan di tikar. Lokasinya di Jalan Slamet Riyadi, satu gedung dengan toko Gramedia.

Ada beberapa agenda setiap bulan di Balai Sudjatmoko. Di antaranya, pameran lukisan dan fotografi, pentas musik dan atau tari dan nyanyian, pelatihan menulis, bedah buku, dll.


3. Benteng Vastenburg dengan Pentas yang Emejing
Solo adalah kota kecil dengan banyak agenda seni budaya. Benteng Vastenburg menjadi salah satu tempat pelaksanaannya. Acara semacam Solo International Performing Art (SIPA) yang menyedot ribuan pengunjung dari dalam dan luar kota, bahkan luar negeri, dilaksanakan di benteng yang peninggalan Belanda ini. Selain itu, Solo Keroncong Festival, Solo Indonesia Culinary Festival, dan banyak acara kesenian dilaksanakan di benteng ini. 


4. Ketoprak dan Sendratari Ramayana yang Memukau di Taman Balekambang
Ketoprak dan sendratari merupakan budaya Jawa yang saat ini sudah tak dikenal lagi oleh para pemuda, remaja, apalagi anak-anak. Mereka lebih suka duduk-duduk dengan posisi uenak di depan televisi menonton sinetron. Konflik yang klise dan akting lebay dari aktris yang berpakaian rok di atas lutut di layar kaca ternyata lebih banyak menarik minat orang-orang daripada pementasan ketoprak dan sendratari.

Di Taman Balekambang, secara rutin dilaksanakan pentas ketoprak dan Sendratari Ramayana. Pentas seni ini, menurut saya, sungguh memukau. Mereka—para pelaku seni itu—mendarmakan dirinya untuk nguri-nguri budaya Jawa dan memberi hiburan bagi masyarakat Solo.

Ketoprak biasanya mengambil kisah legenda atau cerita rakyat. Sendratari Ramayana—seperti namanya—mengambil cerita kisah Ramayana. Meskipun saya sudah hafal cerita Ramayana, pentas yang menyajikan tarian tanpa dialog ini selalu menarik ditonton karena ketika dipentaskan oleh paguyuban seni yang berbeda, kreasinya pun berbeda.



5. Wedang Ronde dan Bakso Bakar di Alun-Alun Selatan
Pagi hari, Alun-alun Selatan Keraton Solo akan tampak sepi. Siang hari menjadi lebih sepi. Saat panas matahari sudah tak menyengat, mulailah lapangan di selatan Keraton Solo ini mulai ramai. Para pedagang mulai berdatangan dan mendirikan lapaknya. Anak-anak dan remaja mulai menyerbu lapangan untuk bermain bola.

Saat malam hari—khususnya malam Minggu—Alun-alun Selatan ini lebih semarak lagi. Sepanjang pinggir jalan yang melingkari lapangan dipenuhi lapak-lapak para pedagang. Mulai dari warung makan dan minuman, pakaian, aksesori ponsel, arena mandi bola, dan lain-lain. Para pedagang dan pengunjung memenuhi alun-alun ini.

Jika tak ada acara di Solo yang bisa saya datangi, saya biasanya jalan-jalan sebentar muter-muter kota Solo kemudian mampir di Alun-alun Selatan. Wedang Ronde menjadi minuman yang sering saya nikmati ditemani dengan bakso bakar sambil memandang orang-orang yang lalu lalang. Ah, syahdunya…. 


6. Warung Hik yang Hangat
Ngopi di wedangan/hik bisa menjadi alternatif menghabiskan malam Minggu. Tentu dengan ditemani nasi kucing, gorengan, satu jeroan, serta tempe dan tahu bacem. Di Solo, banyak yang buka sampe malam bahkan sampai dini hari. Suasananya sangat akrab. Kita bisa mengobrol santai dengan penjualnya, berkelakar seperti seorang teman. Demikian juga dengan pembeli lain. Menurut saya, itulah salah satu kemewahan makan di hik. Tak jarang saya mendapati pembeli yang datang dengan berkendara mobil mewah. Mereka dengan santainya menikmati menu makanan yang sederhana, duduk bersama dengan pembeli lain: tukang becak, pedagang pasar, tukang parkir, dan saya.

Itulah beberapa tempat dan acara di Solo yang bakal menjadi penyelamat saya saat dilanda sindrom Malam Minggu Jomblo. Jika kamu kebetulan datang ke Solo pada saat malam Minggu—dan kamu jomblo—maka kamu tahu ke mana kamu akan menuju. Iya, kan?


***
Tulisan ini pertama kali dimuat basabasi.co pada tanggal 4 Januari 2017.








0 komentar:

Post a Comment