Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Wednesday, November 21, 2012

Aku ini Lelaki Pendiam dan Pemalu


Sumpah, aku ini adalah lelaki pendiam dan pemalu. Jika tak percaya, coba tanyalah kawan-kawanku SD atau SMP. Jangan meragukan perkataanku itu. Jika aku bilnag bahwa aku lelaki pemalas dan suka bolos sekolah, banyak yang percaya. Namun, saat aku bilang aku ini lelaki pendiam dan pemalu, mengapa banyak yang tak percaya –termasuk kau juga tak percaya, kan.

Baiklah aku ceritakan sedikit tentang lelaki pendiam dan pemalu ini. Ketika SMP aku ini lebih banyak diam daripada berbicara. Aku mengidap penyakit yang namanya KPD ‘Kurang Percaya Diri’. Pakaianku biasa, nggak pakai yang gaul-gaul. Rambutku agak panjang dengan belah pinggir. gaya rambut belah pinggir memang identik dengan anak pendiam yang culun kan.

Tapi jangan salah ya, meski culun begini aku nggak jelek-jelek amat lho. Buktinya dulu aku disamakan dengan peran Diaz dalam salah satu sinetron (Diaz diperankan oleh Rafi Ahmad). Mungkin kau ingat dulu dalam sebuah sinetron, Rafi Ahmad memerankan Diaz dengan rambut yang agak panjang dan belah pinggir. Dulu rambutku juga agak panjang dan belah pinggir. (Jadi, ternyata yang disamakan hanya model rambutnya saja, tapi tampangnya beda jauh, haduwh…)

Aku sering tidak berani bicara dengan orang lain. Apalagi berbicara di depan orang banyak, bisa jatuh pingsan aku. Pernah aku naik bus bersama kakakku. Ketika sudah hampir sampai tujuan, aku disuruh kakakku untuk bilang ke sopir agar bus berhenti. Sumpah, waktu itu aku nggak berani. Ya karena itu tadi, karena aku ini lelaki pendiam dan pemalu.

Sifatku ini sepertinya menurunkan sifat yang lain, yaitu susah untuk mengingat nama orang. Saat SMP aku sangat jarang bergaul dan berbicara dengan siswi di kelas. Sampai-sampai saat kelas tiga pun ada beberapa siswi yang sering aku lupa namanya.

Ada peribahasa Jawa, “Gong lumaku tinabuh” yang artinya kira-kira ‘gong akan berbunyi jika ada yang menabuhnya (memukulnya). Itu merupakan ungkapan untuk menggambarkan orang yang banyak diam, hanya berbicara jika ada yang bertanya. Sepertinya ungkapan itu cocok untukku. Aku lahir dari keluarga miskin –dan aku tidak mengeluh soal itu, aku justru bersyukur. Kau tahu kan, orang miskin itu sering merasa rendah diri. Orang yang rendah diri biasanya jadi pendiam.

Biarpun dulu aku termasuk “berotak encer” (saat SD aku sering menduduki rangking 3 besar, kalau SMP aku menduduki rangking 10 besar), aku tidak menonjolkan kelebihanku itu. Saat SMP aku berpandangan bahwa nilai itu tidak penting. Jadi saat SMP aku sering bolos sekolah. Aku juga jarang belajar saat menjelang ujian. Namun, teman-temanku mengakui kecerdasanku sehingga aku sering menjadi “tumpuan harapan” saat ujian sekolah. Dan aku selalu saja tidak menolak jika ada yang menanyakan jawaban soal ujian. Ternyata sifat pendiam dan pemalu menurunkan sifat penurut.

Meski aku pendiam dan pemalu aku tidak menjadi objek diskriminasi di kelas. Bagaimana mereka mau berbuat jahat kepadaku jika saat ujian mereka mengharapkan bantuanku. Selain itu, aku juga berteman akrab dengan ketua kelas yang bertampang sangar, berbadan besar, dan berkulit hitam. Bisa dibilang ketua kelasku ini salah satu yang “megang” sekolah. Jadi, ibaratnya aku punya bodyguard gitu.

Jadi, sekarang kau percaya kan bahwa aku ini lelaki pendiam dan pemalu.
(Sekarang pun aku ini masih lelaki pendiam dan pemalu lho.)


*Sukoharjo, 22 November 2012


2 komentar: