Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Wednesday, November 14, 2012

Si Anak Mesin

“Kiri, Pak!”
“Ya, STM 1, STM 1, kiri, kiri!”

Langkah kakiku menyusuri trotoar setelah aku turun dari “Budi Utomo”. Pagi ini, seperti biasa, sambil bergelut dengan udara dingin aku berangkat dari rumah menuju tempat yang beralamat di jalan Adi Sucipto nomor 33 di kota Solo. Langkahku membawaku mendekati pintu gerbang yang bercat hitam. Aku disambut oleh gapura setinggi empat meter dengan tulisan keemasan, “SMK NEGERI 2 SURAKARTA”. Dengan langkah santai aku memasuki pintu gerbang. Aku melewati kantor Satpam yang berada di samping pintu gerbang. Ada dua Satpam yang berjaga di sana.

Setelah beberapa langkah aku melewati kantor Satpam, aku mendengar suara seseorang memanggil dari arah belakang.

“Hei, kamu berhenti!”

Aku menoleh ke belakang dan aku dapati Pak Triyanto, salah satu petugas keamanan yang terkenal killer sudah berada di depan mataku.

“Siapa nama kamu?”
“Sukrisno, Pak.”
“Kelas berapa?”
“Tiga, Pak,” aku mencoba menjawab dengan tenang. Aku tahu past ada sesuatu pada diriku yang tidak beres di mata petugas keamanan yang tinggi tegap ini.

“Itu kenapa bajunya tidak dimasukkan?”

Ah, aku baru sadar aku tidak memasukkan bajuku ke dalam celana. Aku harus mencari alasan yang masuk akal.

“Emm, anu Pak, nanti kan jam pertama olahraga, jadi ini bajunya mau dilepas,” jam pertama memang olahraga, alasan yang cerdas.
“Tapi aturannya setiap siswa yang masuk sekolah pakaiannya harus rapi. Soal mau dilepas buat olahraga itu urusan belakangan,” suara Pak Triyatno meninggi.
“Kamu sebagai siswa kelas tiga harusnya memberi contoh yang baik pada adik-adik kelas.”

Aku lihat orang-orang di sekitarku memperhatikanku.

“Maaf, Pak, saya pikir karena jam pertama olahraga jadi tidak apa-apa jika bajunya tidak dimasukkan,” aku masih mencoba berkelit.
“Alasan saja”
Plakk...

Tiba-tiba buku di tangan Pak Triyatno melayang di pipiku. Iya, aku ditampar dengan buku. Pipi kiriku yang terkena tamparan tidak terlalu sakit, tapi ditampar di depan umum lebih menyakitkan dan memalukan.

“Sekarang lepas bajunya!”

Dengan bentakan seperti itu tidaklah membuatku menundukkan kepala. Aku lepas baju OSIS-ku dengan mendongakkan kepala sambil menatap orang yang telah menamparku tadi. Mata petugas keamanan itu menatap tajam padaku.

“Ini Pak!”
“Ambil bajunya nanti setelah pulang sekolah!”

Aku pun pergi meninggalkan Pak Triyatno yang telah menyita bajuku. Orang-orang memperhatikanku. Dengan kepala tegak aku berjalan santai meninggalkan satu episode kelam pagi ini. Jadilah aku hanya memakai kaos selama pelajaran hari ini.

Itulah aku, kadang aku punya pikiran “kreatif” untuk melanggar satu dua peraturan sekolah. Baju tidak rapi, tidak memakai bed sekolah, atau melompati pagar menjadi hiasan keseharianku. Memang seperti itulah tabiat sebagian besar siswa sekolah kejuruan.

Sekolah kejuruan mempunyai porsi yang hampir sama antara pelajaran teori dan praktek. Aku tidak terlalu enjoy dengan pelajaran teori. Aku lebih suka praktek. Aku mengambil jurusan mesin industri, jadi pelajaran prakteknya seperti mengelas, membubut, atau mengefrais. Saat di SMK ini keahlianku membolos sedikit demi sedikit aku kurangi. Bukannya aku taubat, tetapi peraturan sekolah yang membuatku tidak berani terlalu sering membolos.

Saat di SMK aku juga mulai mengenal organisasi. Di sekolah aku tidak mengikuti satupun organisasi. Tetapi aku ikut organisasi di kampung yang bernama “Forum Imtaq wa Rohmah”. Forum Imtaq wa Rohmah yang sering disebut dengan nama IMTAQ adalah organisasi pengurus TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dan remaja masjid di dua kelurahan. Jadi IMTAQ berusaha berdakwah kepada anak-anak TPQ dan para remaja. Melalui IMTAQ aku mempunyai teman-teman akrab. Kegiatan IMTAQ diantaranya adalah pengajian santri, kajian remaja, bedah buku, juga muqoyam (kemah).

Kegiatan di IMTAQ yang paling aku senangi adalah muqoyam. Muqoyam diadakan setahun sekali saat liburan sekolah. Terakhir kali muqoyam diadakan pada tanggal 05-07 Juli 2008. Pada muqoyam kali ini aku menjadi panitia. Untuk tempatnya kami memilih di Sekipan, Tawangmangu, Karanganyar. Pesertanya berjumlah tiga puluh orang. Sangat menyenangkan berkemah di pegunungan.

Saat membuka mata pagi hari, hijau pepohonan di perbukitan sudah memanjakan mata. Hawa dingin khas pegunungan diusir dengan push up dan senam pagi. Setelah rasa kantuk hilang, dimulailah acara yang sebenarnya. Muqoyam ini dilaksanakan dengan “keras”. Bukan maksud panitia memberikan contoh kekerasan, tetapi itu untuk melatih kebugaran dan kekuatan serta melatih mental.

Setelah seharian berakrab-akraban dengan kegiatan yang melelahkan, malam harinya adalah kegiatan santai dan istirahat. Begitulah selama tiga hari. Pada hari terakhir, diadakan game yang menyenangkan dan menegangkan. Ranger Patrol namanya. Game ini dilaksanakan pukul tiga dini hari. Inti dari Ranger Patrol adalah peperangan. Tiap-tiap tim mencoba mengalahkan tim lain dengan merampas benderanya. Tentu saja dalam keadaan gelap dan udara dingin. Begitulah pukul tiga pagi kami berteriak lantang menyerukan peperangan sampai adzan Subuh menyeru segenap makhluk.

Begitulah di IMTAQ, banyak pengalaman yang aku dapat. IMTAQ juga yang membesarkan aku. Mendidikku menjadi manusia yang mencoba memahami jati diri, memahami hakekat penciptaan diri, dan memahami arti kebersamaan. Jadi selama sekolah, aku tidak saja disibukkan oleh pelajaran di sekolah, tetapi juga kegiatan IMTAQ.

Saat kelas tiga, bukan les yang menyibukkanku layaknya murid-murid SMU. Di kelas tiga, beban waktu praktek semakin banyak. Salah satunya dengan adanya kegiatan PSG (Pendidikan Sistem Ganda) yang mengharuskan siswa kelas tiga untuk magang di industri selama empat bulan. Aku bersama beberapa temanku magang pada sebuah industri pembuatan traktor di Jogja. Namanya CV Karya Hidup Sentosa, dengan traktor andalannya bermerk “QUICK”. Itulah pertama kali aku hidup jauh dari orang tua.

Setelah selesai magang, kegiatan praktek di sekolah sudah menanti. Sebagai syarat kelulusan, siswa kelas tiga juga harus membuat tugas akhir. Guru kami menentukan tugas akhir untuk kami adalah membuat traktor. Ya, kami harus membuat traktor. Kami satu jurusan membuat tiga buah traktor.

Dengan bimbingan dari guru kami dapat menyelesaikan tugas kami. Jadilah tiga buah traktor yang berdiri megah dan angkuh karya kami. Sungguh hebat kan, anak setingkat SLTA bisa membuat traktor. Traktor kami tak kalah bagusnya dengan buatan pabrik. Saat pameran sekolah, karya kami tersebut dipajang dan tentu saja mendapatkan banyak perhatian dari pengunjung.

Mendekati Ujian Akhir Nasional, aku dan teman-temanku mulai sibuk belajar. Ada juga beberapa temanku yang sibuk mencari bocoran jawaban soal ujian. Memang budaya bocornya soal dan jawaban ujian sudah mendarah daging dalam sistem pendidikan di negeri ini. Aku sendiri mempunyai prinsip, apapun hasilnya aku akan mengerjakan soal dengan jujur. Karena aku tidak terlalu peduli dengan nilai yang tinggi. Masa pendidaikan di SMK berakhir ketika diadakannya acara perpisahan di gedung Saba Buana.

STTB sudah di tangan. Sekarang aku malah bingung, setelah lulus ini aku mau apa. Bekerja atau kuliah.

0 komentar:

Post a Comment