Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Sunday, September 28, 2014

Pantai Pok Tunggal, Gunungkidul, Yogyakarta

Pantai Pok Tunggal

Perjalanan dari kota Sukoharjo dimulai pukul 23.30 WIB. Kami berenam dengan mengendarai sepeda motor memilih perjalanan malam dengan beberapa pertimbangan. Pertama, untuk mendapatkan perjalanan lebih tenang, lalu lintas tidak ramai, dan cuaca tidak panas. Kedua, agar bisa merasakan camping di pantai. Ketiga, agar bisa puas mengunjungi pantai-pantai di Gunungkidul.

Masuk ke kawasan wisata pantai, per orang dikenakan biaya retribusi 10.000,-. Dengan retribusi tersebut kita bisa menikmati pantai-pantai dalam satu kawasan. Di antaranya, pantai Krakal, Kukup, Baron, Drini, Pulang syawal (lebih dikenal dengan nama pantai Indrayanti), Sepanjang, Seruni, dan Pok Tunggal.

Selain retribusi, biaya yang kita keluarkan ialah biaya parkir di masing-masing pantai. Tarifnya ialah 3.000,- untuk sepeda motor dan 5.000,- untuk mobil.

Tujuan pertama kami ialah pantai Pok Tunggal. Tiba di dekat pantai Krakal, sekitar pukul 02.00 WIB, kami bertanya kepada seorang warga lokasi pantai Pok Tunggal. Ternyata, lokasinya berada sejauh 12 km ke arah timur.

Kami pun melaju ke arah timur, melewati pantai Drini dan Pulang Syawal. Saat sampai pada pertigaan kami bingung belok ke arah mana. Akhirnya kami berbelok ke arah pantai Slili. Di pantai Slili terlihat beberapa kendaraan roda dua dan roda empat terparkir. Beberapa orang terlihat tidur di emperan warung atau di dalam pondok kayu di pinggir pantai. Beberapa orang masih asyik mengobrol.

Di pantai Slili banyak terlihat pondok makan. Sepertinya pantai ini menjadi salah satu tempat favorit untuk menikmati makanan dengan pemandangan laut yang indah.

Berdasarkan petunjuk dari seorang pengunjung di pantai Slili, kami melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pantai Pok Tunggal.

Mendekati lokasi pantai Pok Tunggal ada beberapa papan pemunjuk arah. Kami belok kanan mengikuti arah petunjuk. Terus terang, saya merasa sedikit kaget karena jalan ke arah pantai Pok Tunggal belum beraspal. Masih berupa cor semen pada beberapa bagian dan sebagian besar yang lain berupa tumpukan kerakal.

Jalan ke pantai tidak mulus, cenderung offroad. Saya yang mengendarai motor matic merasa kesulitan melewati. Jalanan gelap karena tidak ada lampu penerangan.Suasana gelap, tenang, dan sepi. Seperti di hutan. Sempat terbesit sedikit was-was jika ada sesuatu halangan di tengah jalan.

Setelah sekitar lima belas menit melewati jalan offroad, akhirnya kami tiba di pantai Pok Tunggal. Dari pinggir jalan terlihat beberapa tenda (dome) sudah berdiri di bibir pantai. Bagi yang tidak membawa dome bisa menyewa di lokasi setempat.

Kami segera mendirikan tenda. Pukul 03.00 WIB tenda berdiri, kami pun istirahat: tidur.

Pukul setengah lima saya terbangun. Tidak terdengar adzan Subuh. Di Pok Tunggal tidak ada masjid. Yang ada hanya sebuah mushola kecil berukuran 3 x 3 meter.

Kami memilih shalat Subuh di pantai, dengan berwudhu dengan air laut. Karena air laut itu dapat menyucikan sehingga bisa dipakai untuk berwudhu. Sunrise tak bisa terlihat karena pantai ini dipagari bukit kapur. Jika sunset mungkin bisa dinikmati.

Pasir putih yang menjadi ciri khas pantai-pantai di Gunungkidul juga terdapat di pantai Pok Tunggal. Pasir-pasir di sini agak besar dan kasaragak, menghiasi bibir pantai sejauh kurang lebih 1 km.

Di sebelah timur terdapat jalur pendakian menuju bukit Panjung. Sebuah tempat yang menyenangkan untuk menikmati pantai dari atas. Di tempat tersebut juga ada beberapa warung makan. Terdapat pula area yang cukup untuk mendirikan tenda. Sepertinya menyenangkan mendirikan tenda di atas bukit ini.

Saat matahari beranjak naik, pengunjung mulai berdatangan. Beberapa warung makan mulai buka. Payung-payung mulai dikembangkan untuk disewakan. Dan suara peluit sesekali terdengar, bunyi pengatur kendaraan yang parkir.

Kami segera membereskan tenda karena di sini ada aturan pendirian tenda hanya boleh dilakukan pukul 18.00 - 07.00. Setelah itu, nasi goreng seafood menjadi santapan pagi kami. Rasanya mak nyuss menikmati rasa pedas manis asin di lantai dua warung makan sambil memandang keindahan lautan.

Kami memutuskan untuk bermain air sekaligus sebagai mandi pagi. Saat pagi ternyata air pasang sehingga sangat menyenangkan untuk "nyebur" ke dalam air laut.

Pantai Pok Tunggal sangat menawan pada siang hari. Pada malam hari, pantai ini menjadi area camping yang menawarkan suasana malam di pantai.

***
Sukrisno Santoso
Ditulis pada tengah malam, 6 Agustus 2014, di Basecamp IMTAQ, kota Sukoharjo


Jalan menuju Pantai Pok Tunggal, berupa bebatuan kecil yang ditata.

Berfoto dari atas bukit Panjung di Pantai Pok Tunggal
Sebuah area di atas bukit Panjung yang bisa digunakan untuk tempat mendirikan tenda
Menikmati makan pagi: nasi goreng sea food di lantai 2 sebuah warung makan
Pantai Pok Tunggal pada pagi hari saat air laut pasang

0 komentar:

Post a Comment