Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Friday, December 4, 2015

Ketika Jomblo Menikmati Sunset di Candi Ijo

Mari berfoto di Candi Ijo
Aku lanjutkan cerita perjalanan pada hari Minggu setelah berenang dan menyelam bersama ikan-ikan di Umbul Ponggok, Klaten.

Setelah Ashar, aku melajukan sepeda motor kesayanganku menuju Candi Ijo yang terletak di Desa Groyokan, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Menurut Google Map, perjalanan dari Umbul Ponggok ke Candi Ijo sekitar 1 jam.

Aku menyusuri Jalan Solo – Jogja dengan santai, tidak ngebut seperti biasanya kalau mau ke Jogja. Sepeda motor melaju santai sambil lihat kiri-kanan, siapa tahu ada jodoh. Eh.

Sampai di Prambanan, aku membelokkan sepeda motor ke arah kiri, menuju arah Piyungan. Namun sebelum itu, aku sempat mencuri pandang ke arah Candi Prambanan yang berdiri kokoh nan angkuh itu.

Dari Jalan Piyungan, aku mengambil ke arah kiri setelah melihat papan penunjuk ke arah Candi Ijo.Jalannya naik ke atas dengan lebar sekitar 2,5 meter saja, yang hanya cukup untuk dilewati satu mobil. Jalan yang kulalui sudah beraspal, namun di sebagian tempat terdapat jalan yang rusak.

Aku sempat bertanya kepada tiga orang selama perjalanan karena rutenya meliuk-liuk dan berbelok-belok –persis kayak cerita cintaku yang berliku-liku. :D

Dari Prambanan ke Candi Ijo aku tempuh dalam waktu sekitar 15 menit. Pukul 16.30 WIB, sampailah aku di kawasan Candi Ijo. Lokasinya yang berada di ketinggian membuat siapapun yang mengunjungi Candi Ijo bisa melihat kawasan perbukitan Gunungkidul di sebelah selatan, dan kawasan perkotaan Yogyakarta di sebelah barat.

Terlihat belasan sepeda motor sudah terparkir rapi. Aku segera memarkir sepeda motorku.
“Dua ribu rupiah, Mas. Dibayar langsung, ya,” kata tukang parkir. Tak lupa aku membeli minuman botol seharga lima ribu rupiah karena bekal minumanku sudah habis.

Aku langsung masuk ke kawasan Candi Ijo. Setelah melewati gerbang berupa tralis besi yang dipalangkan, aku mengisi buku tamu di kantor satpam. Aku melihat daftar para pengunjung. Sebagian besar mahasiswa, yang lainnya karyawan. Mereka mahasiswa kekinian yang butuh piknik, pikirku.

Pengunjung yang datang rata-rata rombongan. Aku melihat daftar, ada yang rombongan 8 orang, ada yang 12 orang. Minimal 2 orang lah, yang menandakan mereka sedang bercie-cie ria.

“Sendirian, Mas?” tanya Pak Satpam.
Pertanyaan yang sudah bisa kutebak. Menohok sih, sakitnya tu di mana-mana.
“Iya, Pak,” jawabku sambil memberikan senyum paling manis sejagat.

Oh ya, aku sempat mencari-cari di mana loket pembayaran tiket. Ternyata, tidak ada. Di pos satpam tadi juga tidak ada penarikan retribusi. Berarti masuk ke komplek Candi Ijo ini gratis, iya gratis.

Aku menyusuri jalan ke komplek candi. Lalu terlihatlah bangunan kuno itu, Candi Ijo. Tapi sejenak, perhatianku sempat teralihkan oleh tingkah dua gadis berjilbab yang sedang mengambil potret. Salah satu dari mereka bergaya, yang lainnya memotret. Oke, cukup. Konsentrasilah. Aku ke sini buat lihat candi, bukan lihat gadis kekinian yang lagi main foto-fotoan. Kalau kayak gitu mah banyak di mana-mana. Eh.

Nama Candi Ijo berasal dari lokasinya berdiri, yaitu Gunung (bukit) Ijo. Berada pada ketinggian 375 mdpl membuat candi ini menjadi candi yang berlokasi di tempat tertinggi di Yogyakarta.

Komplek Candi Ijo merupakan teras berundak: bagian bawah pada sebelah barat, dan bagian atas pada sebelah timur. Di teras bawah, terdapat reruntuhan bangunan candi yang belum dipugar. Di teras atas terdapat bangunan candi utama dengan 1 candi induk yang memiliki ukuran paling besar dan 3 candi yang berukuran lebih kecil. Candi induk berada di bagian paling timur.

Aku melihat-lihat komplek candi sambil mengambil beberapa foto. Aku mendapati beberapa pengunjung melihat ke arahku. Mungkin mereka berpikir, ini ada cowok aneh sendirian melihat-lihat candi, pede banget. 


Pengunjung lain banyak yang mengabadikan bangunan candi diri sendiri yang pernah datang ke sini dengan mengambil foto bergaya aneh-aneh. Banyak yang menggunakan kamera DSLR, berlagak sok profesional mengarahkan model (temannya sendiri) untuk berpose berlatarkan bangunan candi. Beberapa wanita muda berjilbab juga tampak sibuk selfie, yang diselingi tawa renyah, terlalu renyah malah.

Melihat banyak orang ber-selfie ria, aku jadi berpikir, aku kok nggak bisa bergaya selfie kayak mereka, ya. Bagiku, rasanya aneh mengangkat kamera (smartphone) di depan wajah, kemudian senyum atau manyun, dan klik. Aku nggak bakat selfie. Mungkin aku bukan jomblo kekinian yang doyan selfie. Aku termasuk kategori jomblo tradisional dan konservatif yang perlu dilindungi dan diselamatkan oleh pemerintah. #merenung

Semakin sore, pengunjung semakin banyak. Komplek candi yang tak luas, membuat para pengunjung terlihat di mana-mana. Jam-jam ramai, ya, waktu senja seperti ini. Maklum, dari tempat ini bisa menikmati senja yang menawan. Apalagi di sebelah barat bisa terlihat bandara Adi Sucipto yang sering menyambut kedatangan pesawat terbang dan melepas kepergiannya.

Saat senja, aku menikmati matahari tenggelam sambil duduk di atas permadani rumput hijau. Warna kemerah-merahan semakin cemerlang, kemudian lama-lama memucat, hingga gerombolan awan menelan matahari yang merah itu.

Aku tak iri dengan mereka yang bisa menikmati senja bersama pasangannya. Aku selalu bisa
membuat diri merasa senang dan nyaman berpergian sendirian. Peduli apalah dengan para muda-mudi yang bercie-cie itu. Aku yakin kok, semua akan cie-cie pada waktunya. Termasuk aku. Tentunya sama kamu, iya kamu. : )

Selesai menikmati senja, aku turun menuju tempat parkir. Ternyata tempat parkir penuh dengan puluhan sepeda motor. Tadi sewaktu aku datang belum sebanyak ini. Aku pun nge-gas sepeda motorku. Pulang. Melewati jalan-jalan sempit yang berkelok-kelok naik-turun di bukit yang gelap. Adonan peningkat adrenalin yang pas mantab.

***

Sukoharjo, 28 November 2015



Silakan tonton tayangan keindahan Candi Ijo saat senja berikut ini:






~ Galeri Foto ~

Candi induk bagian/sisi selatan
Dua candi kecil yang berada di sebelah barat candi induk. Sebenarnya ada tiga candi kecil, yang satu tidak kelihatan
Pintu masuk candi induk yang berada di sisi barat
Gumpalan awan putih yang melayang di belakang candi induk
Para pengunjung mengambil potret
Akhwat kekinian yang heboh foto dan selfie
Para pengunjung (sepertinya mahasiswa) bermain di undakan candi bagian selatan
Pemandangan sisi selatan candi
Ada yang duduk mengobrol, ada yang bermain, ada yang berfoto di candi
Senja mulai merayap di Candi Ijo
Memandang Candi Ijo dari hamparan rumput hijau
Senja menyapa
Para pengunjung duduk di dekat undakan (batas antara teras bawah dan atas), memadang ke arah cakrawala senja
Oh, ini aku

0 komentar:

Post a Comment