Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Monday, June 26, 2017

Semua Akan Kopelan pada Waktunya

Sumber ilustrasi: gambarbajumuslim[dot]com
Asyiknya lebaran di kampung halaman. Ketika dulu saya masih merantau, mudik lebaran selalu menjadi momen yang spesial. Ada buncah bahagia bisa berkumpul dengan keluarga, tetangga, sahabat, teman lama, teman baru, gebetan lama, gebetan baru, ataupun mantan yang sudah lama terkenang. Uhuk....

Kini, saya tinggal dan bekerja di kampung halaman. Di kabupaten Sukoharjo yang persawahannya dan perbukitannya indah serta mal-malnya megah.

Lebaran kali ini, semua berjalan sebagaimana tahun-tahun lalu. Tak banyak perubahan. Termasuk status saya yang masih saja jomblo ini meskipun kabinet pemerintahan kita sudah berganti berulang kali.

Lebaran tetap semarak. Beragam makanan diolah minuman meruah. Semua tersaji di atas meja. Para kerabat datang silih berganti. Tetangga-tetangga berkeliling desa, bermaaf-maafan, sambil tak lupa mencicipi makanan dan minuman di setiap rumah. Para perantau, setelah berjibaku melawan rimba jalan raya, semringah bersua dengan saudara dan kawan-kawan di desa. 

Semua tampak megah dan mewah. Orang-orang terlihat cantik dan tampan. Yang berkeluarga, jalan-jalan bersama. Ayah, bunda, dan anak-anaknya yang ramai serta lucu-lucuh. Aih, harmonisnya. 

Yang sudah punya pasangan tak henti-hentinya memamerkan senyum-tawa bahagia. Yang masih sendiri juga tak kalah suka citanya meski sering mati gaya ketika ditikam tanya, "Kapan nikah?".

Lebaran berarti baju baru bagi sebagian besar orang. Yang berkeluarga memakai pakaian yang serupa motif dan warnanya. Bahkan, yang masih balita pun dibuatkan seragamnya. Aih, lucunya. Yang berpasangan, apalagi pengantin muda yang tangannya tak lepas bergandengan, bajunya kopelan (couple). Sepertinya hati dan perasaan yang sudah menyatu mestilah ditunjukkan pula dengan baju yang serupa-serasi. 

Rasanya indah sekali melihat para keluarga dan pasangan itu memakai pakaian yang seragam. Sudah jadi semacam pawai fashion. 

Melihat pemandangan seperti itu, saya jadi kepikiran sepertinya bagus jika saya memakai baju kopelan juga. Kegagahan dan ketampanan saya pastilah meningkat beberapa derajat. Khayal tingkat tinggi pokoknya....

Tapi, masalah tersbesarnya ialah siapa yang mau memakai baju kopelan dengan saya? Lha, saya tidak ada pasangannya. Apa perlu baju kopelannya  dipakein di pohon atau digalon air. Aih, mirisnya...


Tapi, tenang saja. Saya yakin kok bahwa "Semua akan kopelan pada waktunya". Yeah, asyik....

Kutub aja ada utara dan selatan. Arus listrik ada positif dan negatif. Bunga ada putik dan benang sari. Setiap manusia pasti juga ada pasangannya, kan. Ada kopelannya. Misalnya, aku dan kamu, gitu. Eaaa....

Meskipun saya dan para jomblo squad semuanya tak bisa memakai baju kopelan, hal itu tak mengurangi makna lebaran dan keceriaan kumpul-kumpul keluarga dan teman. Oke, jujur saja sih keceriaannya sedikit terkurangi apalagi jika sudah keluar soal esai paling susah sedunia: Kapan....

Lebaran tahun depan, harapannya kita masih diberi umur panjang. Semoga pula para jomblo di manapun berada sudah memiliki pasangan pada lebaran tahun depan. Semoga disegerakan pula bisa memakai baju kopelan di atas pelaminan. Asyik....




0 komentar:

Post a Comment