Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Wednesday, May 15, 2024

Cerpen "Biopori untuk Sekolahku"

Di SMP Harapan, musim hujan selalu membawa kekhawatiran. Setiap kali hujan turun dengan deras, halaman sekolah berubah menjadi kolam besar, mengganggu aktivitas belajar mengajar dan merusak taman yang indah. Kepala sekolah, Pak Andi, sudah berulang kali mencoba berbagai cara untuk mengatasi banjir, tapi hasilnya tidak memuaskan.

 

Suatu hari, seorang guru IPA bernama Pak Ichsan, yang baru saja mengikuti pelatihan lingkungan, datang dengan ide baru.

 

"Pak Andi, saya punya solusi untuk masalah banjir kita. Bagaimana kalau kita membuat lubang biopori di halaman sekolah?" Pak Ichsan berkata dengan semangat.

 

Pak Andi mengernyitkan dahi. "Lubang biopori? Apa itu?"

 

"Lubang biopori adalah lubang kecil di tanah yang bisa membantu meningkatkan resapan air. Selain itu, kita bisa mengisinya dengan sampah organik yang nantinya akan berubah menjadi kompos," jelas Pak Ichsan.

 

Pak Andi tertarik dan memberi izin kepada Pak Ichsan untuk mengajak siswa-siswi kelas IX melakukan proyek tersebut. Pada hari Sabtu pagi, Pak Ichsan mengumpulkan para siswa di halaman sekolah. Mereka semua terlihat antusias, terutama seorang siswa bernama Randy yang memang gemar belajar tentang lingkungan.

 

"Anak-anak, hari ini kita akan belajar membuat lubang biopori. Ini adalah cara kita untuk membantu mengatasi banjir di sekolah kita," kata Pak Ichsan.

 

Randy merasa sangat tertarik dengan proyek ini. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan besar pada lingkungan dan sering membantu ayahnya di kebun rumah mereka. Randy memandang proyek ini sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak dan berkontribusi bagi sekolahnya.

 

Langkah pertama, Pak Ichsan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan bor tanah biopori, pipa PVC, dan bahan organik seperti daun kering dan sisa sayuran dari kantin sekolah.

 

"Kita mulai dengan memilih lokasi yang sering tergenang air. Pastikan tidak terlalu dekat dengan bangunan sekolah," Pak Ichsan memberi instruksi.

 

Randy dan kelompoknya memilih lokasi dekat lapangan basket yang sering tergenang air. Mereka mulai mengebor tanah dengan bor biopori. Awalnya mereka kesulitan, tapi setelah beberapa kali mencoba, mereka mulai terbiasa.

 

"Wow, ternyata seru juga ya," kata Randy sambil mengelap keringat di dahinya. Teman-temannya, Dina dan Fajar, juga merasakan hal yang sama. Mereka bekerja sama dengan baik, saling bergantian menggunakan bor.

 

Setelah lubang dengan kedalaman sekitar 1 meter terbentuk, Pak Ichsan menunjukkan cara memasang pipa PVC ke dalam lubang. "Pastikan pipanya tegak lurus dan tidak miring, ya."

 

Setelah pipa terpasang dengan baik, saatnya mengisi dengan sampah organik. Randy dan teman-temannya memasukkan daun kering dan sisa sayuran ke dalam pipa.

 

"Jangan lupa sisakan ruang sekitar 10 cm dari permukaan tanah," kata Pak Ichsan.

 

Terakhir, mereka menutup bagian atas pipa dengan kawat kasa untuk mencegah masuknya sampah non-organik.

 

"Setiap dua minggu sekali, kita akan menambahkan sampah organik ke dalam lubang ini," Pak Ichsan menjelaskan.

 

Semua siswa tampak puas dengan hasil kerja mereka. "Ini cara yang bagus untuk belajar sambil menjaga lingkungan, Pak," kata Randy dengan senyum lebar. Randy merasa bangga bisa berkontribusi pada solusi untuk masalah yang selama ini mengganggu sekolahnya.

 

Beberapa minggu kemudian, ketika hujan deras turun, halaman SMP Harapan tidak lagi tergenang air seperti biasanya. Lubang-lubang biopori yang dibuat para siswa berhasil membantu menyerap air dengan baik.

 

Pak Andi merasa sangat bangga dan berterima kasih kepada Pak Ichsan dan para siswa. "Kalian telah melakukan sesuatu yang luar biasa untuk sekolah ini," katanya dalam upacara bendera hari Senin.

 

Sejak saat itu, lubang biopori menjadi proyek rutin di SMP Harapan, dan para siswa merasa bangga bisa berkontribusi menjaga lingkungan sekolah mereka. Randy, yang menjadi salah satu penggerak utama, merasa senang karena upayanya membantu sekolah telah membuahkan hasil yang nyata. Ia juga berkomitmen untuk terus mengawasi dan merawat lubang biopori yang telah dibuat, serta mengajak teman-temannya untuk terus peduli pada lingkungan.

 

Melihat dampak positif dari proyek tersebut, Randy pun terinspirasi untuk mengusulkan kegiatan serupa di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan dukungan dari keluarganya, ia berencana untuk mengadakan sosialisasi tentang pentingnya lubang biopori kepada tetangga-tetangganya. Randy yakin, dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, masalah banjir dapat diatasi, dan lingkungan akan menjadi lebih sehat.


0 komentar:

Post a Comment