Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Wednesday, May 15, 2024

Cerpen "Biopori untuk Sekolahku"

Di SMP Harapan, musim hujan selalu membawa kekhawatiran. Setiap kali hujan turun dengan deras, halaman sekolah berubah menjadi kolam besar, mengganggu aktivitas belajar mengajar dan merusak taman yang indah. Kepala sekolah, Pak Andi, sudah berulang kali mencoba berbagai cara untuk mengatasi banjir, tapi hasilnya tidak memuaskan.

 

Suatu hari, seorang guru IPA bernama Pak Ichsan, yang baru saja mengikuti pelatihan lingkungan, datang dengan ide baru.

 

"Pak Andi, saya punya solusi untuk masalah banjir kita. Bagaimana kalau kita membuat lubang biopori di halaman sekolah?" Pak Ichsan berkata dengan semangat.

 

Pak Andi mengernyitkan dahi. "Lubang biopori? Apa itu?"

 

"Lubang biopori adalah lubang kecil di tanah yang bisa membantu meningkatkan resapan air. Selain itu, kita bisa mengisinya dengan sampah organik yang nantinya akan berubah menjadi kompos," jelas Pak Ichsan.

 

Pak Andi tertarik dan memberi izin kepada Pak Ichsan untuk mengajak siswa-siswi kelas IX melakukan proyek tersebut. Pada hari Sabtu pagi, Pak Ichsan mengumpulkan para siswa di halaman sekolah. Mereka semua terlihat antusias, terutama seorang siswa bernama Randy yang memang gemar belajar tentang lingkungan.

 

"Anak-anak, hari ini kita akan belajar membuat lubang biopori. Ini adalah cara kita untuk membantu mengatasi banjir di sekolah kita," kata Pak Ichsan.

 

Randy merasa sangat tertarik dengan proyek ini. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan besar pada lingkungan dan sering membantu ayahnya di kebun rumah mereka. Randy memandang proyek ini sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak dan berkontribusi bagi sekolahnya.

 

Langkah pertama, Pak Ichsan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan bor tanah biopori, pipa PVC, dan bahan organik seperti daun kering dan sisa sayuran dari kantin sekolah.

 

"Kita mulai dengan memilih lokasi yang sering tergenang air. Pastikan tidak terlalu dekat dengan bangunan sekolah," Pak Ichsan memberi instruksi.

 

Randy dan kelompoknya memilih lokasi dekat lapangan basket yang sering tergenang air. Mereka mulai mengebor tanah dengan bor biopori. Awalnya mereka kesulitan, tapi setelah beberapa kali mencoba, mereka mulai terbiasa.

 

"Wow, ternyata seru juga ya," kata Randy sambil mengelap keringat di dahinya. Teman-temannya, Dina dan Fajar, juga merasakan hal yang sama. Mereka bekerja sama dengan baik, saling bergantian menggunakan bor.

 

Setelah lubang dengan kedalaman sekitar 1 meter terbentuk, Pak Ichsan menunjukkan cara memasang pipa PVC ke dalam lubang. "Pastikan pipanya tegak lurus dan tidak miring, ya."

 

Setelah pipa terpasang dengan baik, saatnya mengisi dengan sampah organik. Randy dan teman-temannya memasukkan daun kering dan sisa sayuran ke dalam pipa.

 

"Jangan lupa sisakan ruang sekitar 10 cm dari permukaan tanah," kata Pak Ichsan.

 

Terakhir, mereka menutup bagian atas pipa dengan kawat kasa untuk mencegah masuknya sampah non-organik.

 

"Setiap dua minggu sekali, kita akan menambahkan sampah organik ke dalam lubang ini," Pak Ichsan menjelaskan.

 

Semua siswa tampak puas dengan hasil kerja mereka. "Ini cara yang bagus untuk belajar sambil menjaga lingkungan, Pak," kata Randy dengan senyum lebar. Randy merasa bangga bisa berkontribusi pada solusi untuk masalah yang selama ini mengganggu sekolahnya.

 

Beberapa minggu kemudian, ketika hujan deras turun, halaman SMP Harapan tidak lagi tergenang air seperti biasanya. Lubang-lubang biopori yang dibuat para siswa berhasil membantu menyerap air dengan baik.

 

Pak Andi merasa sangat bangga dan berterima kasih kepada Pak Ichsan dan para siswa. "Kalian telah melakukan sesuatu yang luar biasa untuk sekolah ini," katanya dalam upacara bendera hari Senin.

 

Sejak saat itu, lubang biopori menjadi proyek rutin di SMP Harapan, dan para siswa merasa bangga bisa berkontribusi menjaga lingkungan sekolah mereka. Randy, yang menjadi salah satu penggerak utama, merasa senang karena upayanya membantu sekolah telah membuahkan hasil yang nyata. Ia juga berkomitmen untuk terus mengawasi dan merawat lubang biopori yang telah dibuat, serta mengajak teman-temannya untuk terus peduli pada lingkungan.

 

Melihat dampak positif dari proyek tersebut, Randy pun terinspirasi untuk mengusulkan kegiatan serupa di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan dukungan dari keluarganya, ia berencana untuk mengadakan sosialisasi tentang pentingnya lubang biopori kepada tetangga-tetangganya. Randy yakin, dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, masalah banjir dapat diatasi, dan lingkungan akan menjadi lebih sehat.


Cerpen "Pemburu Cahaya Malam"

Malam itu, angin sepoi-sepoi berhembus menenangkan di kota kecil tersebut. Di balik gedung-gedung tinggi dan cahaya kota yang bersinar terang, seorang remaja bernama Alex mempersiapkan diri untuk sesuatu yang istimewa: memotret langit malam. Dengan kameranya yang dipersiapkan, dia siap untuk menangkap keindahan alam yang tak tergantikan.


 "Alex, kamu yakin kita bisa melakukannya?" tanya Sarah, teman dekatnya, dengan suara gemetar.

 

"Tentu saja! Kita telah merencanakannya dengan baik," jawab Alex, mencoba menenangkan Sarah.

 

Alat dan bahan yang mereka butuhkan telah disiapkan dengan cermat. Mereka membawa kamera DSLR, tripod yang kokoh, serta peta langit untuk mengetahui posisi bintang dan planet. Namun, tidak ada yang tahu bahwa malam ini akan menjadi lebih dari sekadar sesi pemotretan biasa.

 

Mereka pergi ke luar kota, mencari tempat yang jauh dari cahaya kota yang mengganggu. Setelah menemukan lokasi yang sempurna di tengah padang rumput yang luas, mereka mulai mempersiapkan peralatan mereka.

 

"Tripod sudah terpasang dengan baik," kata Alex sambil memastikan kestabilan tripod.

 

"Tapi, bagaimana dengan kamera? Apakah seting-nya sudah benar?" tanya Sarah, menunjukkan kekhawatirannya.

 

"Jangan khawatir, saya sudah mengatur ISO dan eksposur sesuai dengan saran dari fotografer langit malam profesional," jawab Alex, mencoba meyakinkan Sarah.

 

Mereka mulai mengatur sudut kamera, menyesuaikan fokusnya agar dapat menangkap keindahan langit malam dengan jelas. Namun, tiba-tiba, sebuah suara aneh terdengar dari kegelapan di kejauhan.

 

"Apakah itu suara apa?" tanya Sarah dengan ketakutan.

 

"Entahlah. Mungkin hanya suara angin," ujar Alex, mencoba mengabaikan kecemasannya.

 

Namun, ketika suara itu semakin dekat, mereka menyadari bahwa itu bukanlah suara angin biasa. Tanpa diduga, sebuah cahaya menyilaukan memenuhi langit, diikuti oleh suara-suara gemuruh yang menyeramkan.

 

"Sialan! Apa itu?" teriak Alex, berusaha menyelamatkan diri dan Sarah.

 

Mereka berdua berusaha memotret apa yang terjadi di langit, tetapi cahaya terlalu terang dan gemuruh terlalu keras. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain bersembunyi dan berharap agar keadaan membaik.

 

Setelah beberapa saat, cahaya itu menghilang, meninggalkan mereka dalam keheningan malam yang gelap. Mereka mengumpulkan peralatan mereka dengan hati-hati, tetapi pikiran mereka masih terpenuhi dengan rasa takut akan apa yang mereka alami.

 

"Mungkin ini bukan malam yang tepat untuk memotret langit," kata Sarah, mencoba menenangkan diri sendiri.

 

"Tapi kita berhasil menangkap momen itu. Itu akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan," ujar Alex, mencoba mencari sisi positif dari kejadian mengerikan tersebut.

 

Meskipun malam itu tidak berakhir seperti yang mereka harapkan, Alex dan Sarah pulang dengan kenangan yang tak terlupakan dan cerita yang dapat mereka bagikan kepada orang lain tentang petualangan mereka di bawah cahaya malam yang misterius.

Cerpen "Cahaya di Balik Kaca"

 Rizky adalah seorang murid di SMP Satu Nusa. Ia adalah anak yang cerdas, tetapi memiliki kebiasaan malas belajar. Dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain gim daripada membuka buku pelajaran.

Suatu hari, guru fisika mereka, Ibu Sarah, mengumumkan bahwa mereka akan melakukan eksperimen pembiasan cahaya. Rizky tidak terlalu tertarik pada awalnya, tetapi ketika Ibu Sarah menjelaskan bagaimana cahaya bisa dibiaskan ketika melewati media yang berbeda, dia mulai tertarik.

"Pembiasan cahaya, ya? Itu terdengar cukup menarik," gumam Rizky sambil memikirkan hal itu.

Ketika hari eksperimen tiba, Rizky merasa ragu apakah ia bisa melakukannya dengan baik. Dia melihat peralatan yang dibutuhkan cukup rumit, dan itu membuatnya semakin tidak yakin.

"Kenapa kita harus melakukan eksperimen seperti ini? Bukankah kita bisa belajar fisika dengan cara yang lebih mudah?" keluh Rizky pada temannya, Ari.

Ari, yang selalu antusias terhadap eksperimen, menjawab, "Ayo, Rizky, kita harus mencoba hal-hal baru! Siapa tahu, eksperimen ini bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan."

Setelah mendengar kata-kata Ari, Rizky akhirnya memutuskan untuk mencoba. Dia masuk ke kelas dengan hati yang berdebar-debar, tidak yakin apakah ia bisa melakukannya dengan baik.

"Baiklah, mari kita mulai eksperimennya," kata Ibu Sarah dengan ramah saat semua siswa telah berkumpul di kelas.

Ia melihat Ibu Sarah telah menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk eksperimen tersebut: sebuah laser, gelas bening, selembar kertas putih, penggaris, dan spidol.

Langkah pertama adalah meletakkan gelas bening di atas meja. Rizky dengan cermat mengikuti petunjuk Ibu Sarah. Setelah itu, mereka menyalakan laser dan mengarahkannya ke dalam air yang ada di gelas. Rizky terpesona saat melihat cahaya laser memasuki air dan membengkok.

"Wow, itu keren sekali!" ucap Rizky dengan antusias.

Ibu Sarah tersenyum, "Iya, pembiasan cahaya memang fenomena yang menarik, bukan? Sekarang, kita akan melanjutkan ke langkah berikutnya."

Rizky dengan cermat menempatkan selembar kertas putih di belakang gelas dan menggunakan spidol untuk menandai jalur cahaya yang dihasilkan oleh laser yang memasuki air. Mereka juga mengukur sudut antara jalur cahaya yang masuk dan garis tegak lurus pada permukaan air.

Setelah eksperimen selesai, Ibu Sarah mengajak siswa-siswa untuk berdiskusi tentang hasil yang mereka peroleh.

Rizky merasa sangat senang dan puas. Ia menyadari bahwa belajar bisa menjadi menyenangkan jika dilakukan dengan cara yang interaktif dan menyenangkan seperti eksperimen pembiasan cahaya ini.

Sejak hari itu, Rizky tidak lagi malas belajar. Ia rajin mengikuti pelajaran dan selalu bersemangat untuk belajar hal-hal baru. Dan semua itu dimulai dari eksperimen sederhana tentang pembiasan cahaya yang membuka mata dan pikirannya.

Monday, May 6, 2024

Cerpen "Bisakah Memasak Sup Ikan yang Sempurna?"

(https://www.pngwing.com)

Di sebuah sekolah kecil di desa pinggiran pantai, tinggallah seorang gadis bernama Dinda. Suatu hari, ketika ia berjalan melewati papan pengumuman di koridor sekolah, matanya terpaku pada selembar kertas berwarna mencolok yang menarik perhatiannya. Itu adalah pengumuman lomba memasak tingkat kabupaten.

"Wow, lihat ini!" serunya kepada teman-temannya yang selalu setia menemani, Ria dan Nadia, yang berdiri di sebelahnya.

Ria mengangkat alisnya, sementara Nadia melemparkan senyum penuh semangat. "Kabupaten kita akan ada lomba memasak? Itu keren sekali!"

Dengan semangat yang membara, Dinda pun mengajak keduanya untuk bergabung dalam kompetisi itu. "Kita bisa membuat makanan terbaik dan membawa pulang trofi juara!"

Mereka pun segera menyiapkan rencana. Di rumah Dinda, mereka mulai berlatih memasak sup ikan kembung, hidangan tradisional yang mereka pilih untuk lomba.

“Bisakah kita memasakah sup ikan yang lezat?” tanya Nadia.

“Kita akan berusaha membuatnya,” kata Dinda, “kita akan memasak sup ikan yang sempurna.”

Dengan serius, mereka mempersiapkan peralatan yang diperlukan: panci, pisau, talenan, dan saringan.

Ria memotong ikan menjadi potongan kecil-kecil, membuang tulang dan kulitnya dengan hati-hati. Nadia memasukkan bumbu-bumbu yang telah disiapkan ke dalam panci yang sudah dipanaskan dengan minyak, membuat aroma harum bumbu menyebar di seluruh dapur. Sementara itu, Dinda mengawasi sup agar matang, sesekali mencicipi kuahnya untuk memastikan rasanya pas.

Ketika ikan telah matang, mereka menyaring kaldu sup dengan hati-hati, memastikan tidak ada tulang atau kulit ikan yang tersisa. Setelah itu, mereka memasukkan kaldu yang telah disaring ke dalam panci, menambahkan irisan wortel, kentang, dan tomat untuk memberikan warna dan rasa yang segar pada sup.

Sambil menunggu sayuran matang, mereka mempersiapkan hiasan untuk sup. Dengan telaten, mereka memotong daun bawang menjadi irisan tipis dan mempersiapkan irisan jeruk nipis sebagai pelengkap sup ikan kembung mereka yang lezat.

Namun, di tengah proses memasak, Ria secara tidak sengaja menaburkan terlalu banyak garam ke dalam sup.

"Ria, apa yang kamu lakukan?" seru Nadia, matanya melebar kaget.

"Maaf, aku tidak sengaja..." gumam Ria, wajahnya memerah malu.

Dinda pun menatap mereka dengan tatapan lembut. "Tidak apa-apa, kita bisa memperbaikinya. Yang penting, kita belajar dari kesalahan ini."

Mereka berdua mengangguk setuju, dan dengan bahu yang bergandengan, mereka melanjutkan proses memasak dengan mengoreksi rasa kuah sup yang terlalu banyak garam tersebut.

Setelah semua bahan masakan matang, mereka mencicipi sup untuk terakhir kalinya sebelum menyajikannya. "Rasanya enak meskipun agak sedikit asin," kata Dinda.

"Mari kita sajikan dengan cantik," ajak Nadia, sambil mengatur irisan daun bawang dan jeruk nipis di atas sup yang sudah disiapkan dalam mangkuk-mangkuk kecil.

Mereka pun dengan hati gembira menyajikan sup ikan kembung mereka ke meja, siap untuk dinikmati bersama. Dengan penuh semangat, mereka duduk bersama dan menikmati hasil karya mereka yang lezat.

Pada hari perlombaan, mereka tiba di tempat lomba dengan hati yang berdebar-debar. Namun, begitu mereka mulai memasak, semua kekhawatiran mereka sirna. Mereka bekerja sebagai satu tim yang solid, saling membantu dan mendukung satu sama lain. Ria memastikan dirinya tidak menaburkan garam terlalu banyak.

Akhirnya, tiba saat pengumuman pemenang. Ketegangan memenuhi udara, dan Dinda, Ria, dan Nadia saling memegang erat tangan satu sama lain.

"Dan juara pertama lomba memasak tingkat kabupaten adalah... tim masakah yang beranggotakan Dinda, Ria, dan Nadia!" seru pengumum dengan sorotan lampu yang menyilaukan.

Mereka berteriak kegirangan, pelukan erat melintas di antara mereka. Mereka bukan hanya memenangkan kompetisi, tetapi juga memperkuat persahabatan mereka yang tak tergantikan.

"Kita luar biasa, bukan?" ucap Nadia sambil tersenyum lebar.

Dinda hanya bisa mengangguk setuju, hatinya penuh dengan rasa syukur akan perjalanan yang mereka lalui bersama. Dengan semangat baru, mereka siap menghadapi petualangan berikutnya, bersama-sama sebagai tim masak.



Wednesday, January 31, 2024

Teks Pidato "Menggagas Penghematan Air Bersih di Sekolah"


Salam Sejahtera untuk seluruh teman-teman yang saya cintai, serta kepada guru dan staff yang hadir dalam kesempatan yang berbahagia ini. Pertama-tama, izinkan saya menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadiran kita di sini.

Hari ini, saya ingin berbicara mengenai suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kita, yakni penghematan air bersih baik di rumah maupun di sekolah.

Sebagian besar dari kita mungkin sering kali menganggap sepele soal penggunaan air bersih. Namun, apakah kita menyadari bahwa air bersih merupakan salah satu sumber daya yang tidak dapat diperbarui dengan mudah? Dilansir dari kompas.id, United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebut, ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak di dunia semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data statistik global, sekitar 1 miliar lebih penduduk dunia belum mampu mengakses air bersih dan sanitasi yang layak hingga saat ini.

Mari kita lihat pada aspek penggunaan air di rumah. Hasil survei yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta karya, Departemen PU tahun 2006 menunjukkan bahwa pemakaian air rata-rata rumah tangga di perkotaan di Indonesia sebesar setiap orang 144 liter perharinya. Pemakaian terbesar adalah untuk keperluan mandi sebesar 60 liter perhari perorang atau 45 persen dari total pemakaian air. Ini adalah angka yang cukup mengkhawatirkan, mengingat masih banyak daerah yang kekurangan pasokan air bersih. Kita sebagai siswa SMP punya peran penting dalam penghematan ini. Misalnya, kita bisa menggunakan air secukupnya ketika mandi atau menutup keran ketika sedang menyikat gigi.

Berikutnya, bagaimana penggunaan air bersih di sekolah? Berdasarkan penelitian A. Hadian Pratama Hamzah dari Universitas Terbuka tentang penggunaan air bersih di salah satu sekolah SMP, volume konsumsi air terbesar digunakan untuk kegiatan wudu, buang air kecil, dan cuci tangan. Kita bisa berkontribusi dengan cara memastikan bahwa proses-proses ini dilakukan dengan efisien, dan mendidik teman-teman kita untuk tidak menyia-nyiakan air dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

Mari kita melihat dampak positif dari penghematan air. Selain membantu menjaga ketersediaan air bersih untuk masa depan, penghematan air juga dapat mengurangi tagihan air di rumah dan di sekolah. Ini adalah langkah yang sangat praktis dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Selain itu, kita bisa menjadi pelopor perubahan di lingkungan kita dan menginspirasi orang lain untuk ikut serta dalam upaya penghematan air.

Sebagai penutup, mari kita semua berkomitmen untuk menjadi agen perubahan dalam penghematan air bersih. Dengan tindakan sederhana seperti memperbaiki keran yang bocor, menggunakan air secara bijak, dan menyebarkan kesadaran kepada teman-teman kita, kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendengarkan pidato saya hari ini. Semoga kita dapat bersama-sama menjaga air bersih untuk masa depan yang lebih baik. Sampai jumpa, dan salam sejahtera untuk kita semua.





Sunday, August 27, 2023

23 Pelajaran Tentang Kebahagiaan



Hasil Pencarian Makna Kebahagiaan oleh Hector

Pelajaran 1:
"Membuat perbandingan bisa merusak kebahagiaan."

Pelajaran 2:
"Kebahagiaan sering kali datang di saat-saat yang paling tidak terduga."

Pelajaran 3:
"Banyak orang yang melihat kebahagiaan hanya berada di masa depan."

Pelajaran 4:
"Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan itu berasal dari kemampuan mendapatkan kekuasaan lebih besar atau uang lebih banyak."

Pelajaran 5:
"Terkadang kebahagiaan itu adalah tidak mengetahui seluruh kenyataan yang ada."

Pelajaran 6:
"Kebahagiaan adalah sebuah perjalanan jauh di pegunungan yang indah dan asing."

Pelajaran 7:
"Memikirkan kebahagiaan sebagai sebuah tujuan merupakan kekeliruan."

Pelajaran 8:
"Kebahagiaan adalah kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai."

Pelajaran 8b:
"Ketidakbahagiaan adalah terpisahkan dari orang-orang dicintai."

Pelajaran 9:
"Kebahagiaan adalah mengetahui keluarga kita tidak kekurangan apapun."

Pelajaran 10:
"Kebahagiaan adalah melakukan pekerjaan yang kita senangi."

Pelajaran 11:
"Kebahagiaan adalah memiliki rumah dan kebun sendiri."

Pelajaran 12:
"Lebih sulit untuk merasa bahagia di sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang jahat."

Pelajaran 13:
"Kebahagiaan adalah merasa berguna bagi orang lain."

Pelajaran 14:
"Kebahagiaan adalah dicintai karena diri kita apa adanya."

Pelajaran 15:
"Kebahagiaan hadir ketika kita merasa benar-benar hidup."

Pelajaran 16:
"Kebahagiaan adalah mengetahui cara merayakan sesuatu."

Pelajaran 17:
"Kebahagiaan adalah peduli terhadap kebahagiaan orang-orang yang kita cintai."

Pelajaran 19:
"Matahari dan laut membuat semua orang bahagia."

Pelajaran 20:
"Kebahagiaan adalah cara pandang terhadap sesuatu."

Pelajaran 21:
"Persaingan meracuni kebahagiaan."

Pelajaran 22:
"Wanita lebih peduli untuk membuat orang lain bahagia dibandingkan pria."

Pelajaran 23:
"Kebahagiaan berarti memastikan bahwa orang-orang yang berada di sekeliling kita bahagia."

*
Pelajaran 18 yang dicoret oleh Hector:
"Kebahagiaan bisa berarti kebebasan untuk mencintai lebih dari satu wanita pada saat bersamaan."


Indonesia dalam Novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared



Novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared adalah karya Jonas Jonasson, seorang penulis Swedia. Novel ini menceritakan petualangan Allan Karlson di beberapa negara untuk kepentingan mengajarkan cara membuat bom, dimasukkan dalam kamp konsentrasi, atau sekadar untuk berlibur.

Indonesia menjadi salah satu negara yang disinggahi Allan. Inilah beberapa cerita Allan terkait dengan Indonesia. Oya, tidak hanya Indonesia yang diceritakan dengan gaya semacam ini, negara-negara lainnya juga terkena keisengan si penulis.
Amanda awalnya seorang pelayan yang sering salah membawakan minuman pesanan Allan dan temannya. Amanda juga tak bisa hitung menghitung. Karena menikah dengan Herbert --teman Allan-- yang punya banyak uang, Amanda ingin memiliki gelar sarjana. Ia pun akhirnya "kuliah".

"Amanda juga sibuk. Pertama dia sekolah, dan sekarang dia sarjana ekonomi. Perlu waktu beberapa minggu dan biayanya mahal sekali, tetapi akhirnya dia mengantongi ijazahnya. Nilai-nilainya juga sangat bagus, dari salah satu universitas terkemuka di Jawa." (halaman 362)
Dapat ijazah S1 cuma butuh beberapa minggu. Tentu biayanya mahal. Di Indonesia semua jadi mudah dan cepat dengan uang?

Setelah mendapat gelar sarjana ekonomi, Amanda berniat ikut pemilihan gurbernur Bali. Dengan modal uang yang banyak, ia pun berhasil memenangkan pemilu.

"Pemilihan gurbernur itu keberhasilan untuk Amanda. Dia memenangi lebih dari delapan puluh persen suara, dan lawannya mendapat 22 persen. Sang lawan berpikir, jumlah suara yang lebih dari seratus persen mengindikasikan pemilihan tidak berjalan dengan adil, tetapi pengadilan segera menolak keberatannya dan mengancamnya dengan konsekuensi serius jika dia terus mencemarkan nama baik gurbernur terpilih, Ny. Einstein (Amanda--edt). Sebelum pengumuman sidang, kebetulan Amanda bertemu kepala sidang untuk minum teh." (hlaman 364-365)

Minum teh itu memang perlu untuk menjalin komunikasi dan melancarkan urusan. Khususnya terkait masalah hukum di Indonesia.

Ketika menceritakan salah satu pemimpin negeri ini, saya tertawa membacanya...
"Ketika asap telah hilang, tidak seorang pun dari 200 juta penduduk Indonesia yang masih menganut ide-ide komunis (supaya aman, komunis dinyatakan sebagai kejahatan). Misi berhasil diselesaikan oleh ***, yang sekarang mengundang AS dan dunia Barat untuk turut menikmati kekayaan negeri itu. Ini membuat roda ekonomi berputar, orang hidup lebih baik, dan terutama *** sendiri menjadi sangat kaya raya. Lumayan juga untuk serdadu yang mengawali karier militernya dengan menyelundupkan gula." (halaman 368)
Bisa menebak siapakah tokoh ***? Sengaja saya sensor...

Yang berikut ini lebih lucu lagi --atau tepatnya miris. Allan dan teman-temannya perlu izin mendarat di Indonesia --sedangkan penerbangannya tidak terdaftar. Terjadilah dialog antara Alan dengan petugas pengatur lalu lintas udara.
"Jangan khawatir," kata Allan dan mengambil alih. "Halo? Apa ini bandara Bali?" tanyanya dalam bahasa Inggris, dan menerima jawaban, mereka harus segera menyebutkan identitas mereka kecuali mereka ingin berhadapan dengan Angkatan Udara Indonesia."

"Nama saya Dolar," kata Allan. "Seratus ribu dolar."
Petugas pengatur lalu lintas udara itu terdiam. Si kapten Indonesia dan kopilotnya menatap Allan dengan kagum.

"Saat ini petugas dan teman-teman terdekatnya sedang menghitung berapa orang yang akan mendapat bagian," Allan menjelaskan.
"Saya tahu," kata si kapten.

Beberapa detik berlalu, sebelum pemandu penerbangan mengontak mereka lagi.
"Halo, Anda masih di sana, Tuan Dolar?"
"Ya," kata Allan.

"Maaf, siapa nama depan Anda, Tuan Dollar?"
"Seratus ribu," kata Allan. "Saya Tuan Seratus Ribu Dolar, dan saya minta izin untuk mendarat di bandara Anda."

"Maaf, Tuan Dolar, suaranya jelek sekali. Maukah Anda menyebutkan nama depan Anda lagi?"
Allan menjelaskan kepada si kapten bahwa petugas sekarang mulai tawar-menawar.
"Saya tahu," kata si kapten.

"Nama depan saya Dua Ratus Ribu," kata Allan. "Apa kami boleh mendarat?"
"Sebentar, Tuan Dolar," kata pemandu penerbangan dan berdiskusi dengan rekan-rekannya. Kemudian, dia berkata, "Selamat datang di Bali, Tuan Dolar. Senang Anda berkunjung kemari."

Allan mengucapkan terima kasih kepada pemandu penerbangan.
"Ini pasti bukan kunjungan pertama Anda," kata si kapten dan tersenyum.
"Indonesia adalah negara di mana segalanya mungkin," kata Allan.

Yang terakhir, ketika Allan didatangi oleh perwakilan pemeritah Indonesia....
Allan mempersilakan perwakilan pemerintah Indonesia itu duduk. Lalu, dia menjelaskan, dia telah memberikan cara membuat bom itu kepada Stalin dan itu merupakan kekeliruan karena ternyata Stalin orang gila. Jadi, pertama-tama, Allan ingin tahu keadaan mental Presiden Indonesia. Perwakilan pemerintah menjawab, Presiden *** adalah orang yang sangat bijaksana dan bertanggung jawab.
"Saya senang mendengarnya," kata Allan. "Kalau begitu, dengan senang hati saya bersedia membantu."
(halaman 503)

.........................................................
Itulah beberapa cerita tentang Indonesia dalam novel-yang-berjudul-panjang dengan sampul berwarna hijau itu. Novel ini memang absurd dan konyol.
Novel yang bersampul warna orange adalah novel kedua Jonas Jonasson. Ceritanya nggak kalah absurd: orang Afrika berkulit hitam yang harus menyembunyikan diri --dan bom atom-- karena dikejar agen Mossad.