Ferguson, Sepak Terjang Legenda Old Trafford |
Penulis : Dian D. Anisa, Delvira C.H., & Edward S.K.
Penerbit : Second Hope
Kota terbit : Yogyakarta
Tahun terbit : cetakan I, 2014
Jumlah halaman : 199 halaman
Jika ditanyakan kepada para pecinta sepakbola: siapa sajakah pelatih hebat masa ini? Jelas Ferguson termasuk salah satunya, seorang pelatih yang telah menangani klub Manchester United selama 26 tahun sehingga meraih 38 trofi.
Sebelumnya, aku perlu katakan bahwa aku bukanlah fans Ferguson, bukan pula Manchester United. Aku bukan jenis penggemar sepakbola fanatik yang akan merasakan penyesalan yang mendalam saat melewatkan pertandingan tim kesayangan pada malam Minggu. Bukan, aku bukan seperti itu. Jika pun harus menyebutkan tim yang kusukai, aku katakan: YNWA, if you know what I mean.
Buku Ferguson ini ditulis keroyokan oleh tiga orang. Dan yang membuat aku sedikit mengangkat alis ternyata dua penulisnya adalah wanita, Dian D. Anisa dan Delvira C.H. Dan satunya seorang laki-laki pastinya, Edward S.K. (apakah K=Kennedy?, salah satu punggawa website mojok.co?)
Ketiga penulisnya masih muda, lulusan Universitas Negeri Yogyakarta. Mungkin ketiganya memiliki kecenderungan yang sama dalam hal hobi menonton pertandingan sepakbola. Lalu ketiganya sepakat menyusun sebuah buku tentang salah satu pelatih terbaik pada masa ini.
Buku ini tak hanya menyoroti karir Ferguson di Old Trafford. Pada bagian awal, penulis menyajikan biografi ringkas “The Furious Fergie”, julukan Ferguson. Diawali dari masa kecilnya di kota Govan, Skotlandia. Sebuah kota yang dikatakan sebagai kota dengan tingkat kepatuhan hukumnya paling rendah. Govan juga dikenal sebagai distrik yang paling keras di Glasglow. Namun, Govan mendapat pandangan baik juga sebagai distrik dengan tingkat kebersamaan dan kesetiaan yang tinggi.
Lingkungan masyarakat di Govan ini turut membentuk karakter Ferguson. Tentu saja pengaruh terkuat tetap dari keluarganya yang sederhana dan bersahaja serta menjunjung tinggi perbedaan.
Fergie kecil ternyata bukanlah anak yang cerdas. Ia belajar di sekolah dasar yang paling buruk di Skotlandia. Saat duduk di bangku SMA Govan High, Fergie merasa minder karena usianya lebih tua satu tahun dibandingkan teman-temannya. Pada masa sekolah ini, Fergie termasuk anak yang takpandai. Ia pun sering mencontek. Bahkan, ia terkenal sebagai tukang contek di sekolahnya hingga gurunya mengatakan bahwa ia tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Mengetahui kecerdasan akademiknya tak seberapa, Fergie mengasah bakat lain yang dimilikinya, yaitu mengolah si kulit bundar. Saat SMA, bermain sepakbola menjadi hobi dan kebanggaannya. Ia menjadi pemain utama kesebelasan sekolahnya. Dan ia terkenal sebagai pencetak gol hingga teman-temannya menaruh hormat padanya.
Karir Fergie sebagai pesepakbola terus ia asah dengan menjadi pemain di beberapa klub di Skotlandia selama beberapa tahun hingga ia berusia 32 tahun. Pada usia inilah Fergie memutuskan untuk gantung sepatu dan menjadi pelatih.
Karir kepelatihan Fergie terbilang tak mulus di klun Skotlandia. Wataknya yang keras kerap mendapat protes dari pemainnya. Namun, lama-kelamaan Fergie membuktikan bahwa ia memang pelatih yang bisa mengarahkan anak buahnya untuk mencapai kemenangan. Prestasi Fergie mengantarka dirinya menjadi asisten pelatih tim nasional Skotlandia.
Pada usia 37 tahun, Fergie menuju Old Trafford. Saat itu Manchester United bukanlah tim raksasa. Bahkan, saat itu MU berada pada pada posisi 21 di klesemen. Sifat keras Fergie langsung mengubah MU. Meskipun banyak pemain yang protes –bahkan sampai ada yang keluar dari klub—Fergie tetap menangani MU dengan caranya sendiri.
Pada 3 musim pertama, Fergie belum mampu mengantarkan MU meraih trofi meskipun peringkat MU di klasemen semakin baik. Baru pada tahun keempat MU bisa memboyong piala FA. Lalu seperti yang kita ketahui, Fergie bersama dengan MU menjadi kekuatan utama di Liga Premier. Inilah 38 trofi yang dimenangkan MU bersama Fergie:
- 13 trofi Juara Premier Liga (Liga Inggris)
- 5 trofi Piala FA
- 4 trofi Piala Liga (Carling Cup)
- 10 trofi Community Shield
- 2 trofi Liga Champion Eropa
- 1 trofi Piala Winners
- 1 trofi Piala Super Eropa
- 1 trofi Piala Interkontinental
- 1 trofi Piala Dunia Antar-Klub
Pada bagian akhir buku, dipaparkan beberapa prinsip kepemimpinan Ferguson dalam menangani Manchester United hingga bisa meraih prestasi gemilang. Di antaranya kepemimpinan khas Ferguson yaitu:
1) beradaptasi dan mengenali kerapuhan pemain
2) tak perlu memuji berlebihan
3) Superdisiplin tanpa pandang bulu
4) meremajakan tim
Demikian gambaran isi buku ini secara umum. Biografi Fergie ditulis secara ringkas, langsung, tidak berbelit-belit hingga pembaca langsung memahami poin pentingnya. Penulis juga memasukkan beberapa peristiwa penting dalam kehidupan Ferguson, misalnya masa keterpurukannya, hubungannya dengan para pemain yang pasang-surut, rivalitasnya dengan pelatih lain, momen kemenangannya, dan lain-lain.
Adanya paparan mengenai prinsip hidup dan gaya kepemimpinan Fergie pada bagian akhir buku membuat buku ini bukan hanya sebagai biografi ringkas, namun pembaca bisa memahami Fergie dari prinsip yang dianutnya dan gaya kepemimpinannya dalam melatih sepakbola.
Yang membuat nilai tambah bagi buku ini yaitu ada banyak gambar yang disertakan dalam buku ini disertai caption. Gambar/foto itu diletakkan di halaman yang sesuai dengan pembahasan agar foto itu bisa melengkapi informasi yang tertulis.
Buku ini memang asyik dinikmati. Namun, terkadang keasyikan membaca itu terganggu dengan adanya typo yang tak sedikit jumlahnya. Hingga timbul tanya dalam hatiku, buku ini ada editornya tidak, sih? Setelah kulihat, ternyata memang tidak ada editornya. Dan, mungkin pula penulisnya kurang cermat saat meneliti ulang buku ini sebelum dicetak.
Kekurangan lain buku ini yaitu ada beberapa informasi yang diulang pada beberapa bagian. Aku berpikir, maklum buku hasil keroyokan jadi ada beberapa informasi yang sama yang ditulis oleh para penulisnya.
Buku biografi populer semacam ini perlu dicetak dan disebarkan agar orang-orang bisa mengambil manfaatnya. Untuk buku ini, memang perlu dicetak ulang lagi, tapi.....melalui proses penyuntingan yang layak terlebih dahulu.
***
Sukoharjo, 1 Januari 2016