Ini adalah pengalaman pribadi saya terkait layanan perbankan. Saya bekerja sebagai seorang guru di sebuah lembaga pendidikan swasta di bawah payung sebuah yayasan. Yayasan tersebut menggunakan Bank Mandiri Syariah sebagai jasa perbankannya. Termasuk dalam sistem penggajian karyawan. Setiap bulan, gaji saya ditransfer ke rekening saya.
Selama tiga tahun, tidak pernah ada masalah dengan rekening saya. Suatu sore saat melakukan transaksi di ATM, saya mengecek saldo rekening saya. Melihat jumlah saldo rekening saya di layar mesin ATM, saya merasa heran. Sepertinya saldo saya berkurang banyak. Saya mengingat-ingat apakah saya pernah melakukan transaksi debet (penarikan atau transfer) dengan jumlah uang yang cukup besar.
Saya belum sadar benar bahwa saldo rekening saya berkurang tanpa saya pernah melakukan transaksi debet. Setelah beberapa saat, saya menduga –saya baru menduga—bahwa saldo rekening saya berkurang sendiri. Saat itu hari sudah sore sehingga saya tidak bisa melakukan pengecekan di bank.
Hari berikutnya, saya datang ke kantor Bank Mandiri Syariah cabang pembantu kabupaten saya. Saya disambut ramah oleh Pak Satpam. “Saya mau ke customer service,” kata saya kepada Pak Satpam.
Saya disambut customer service yang ramah pula. Saya sebut saja Mas CS. Tak pula ia beruluk salam terlebih dahulu –salah satu ciri khas bank ini. Saya bertanya kepada Mas CS apakah saya akhir-akhir ini melakukan transaksi debet dalam jumlah besar. Mas CS meminta buku tabungan dan KTP saya. Kemudian dia sejenak terlihat sibuk mengetik sesuatu di keyboard komputer.
Tak berapa lama, Mas CS memberitahukan bahwa ada transaksi debet sejumlah 4 juta dari rekening saya sekitar satu minggu yang lalu. Saya tak sadar bahwa sudah satu minggu hal tersebut terjadi. Mas CS mengatakan bahwa ada indikasi kegagalan transfer yang telah dilakukan beberapa waktu sebelumnya.
Sekitar tiga minggu sebelumnya saya menerima transfer sejumlah 4 juta dari seorang teman saya. Transaksi tersebut saat itu sudah berhasil. Baru setelah dua minggu kemudian, transaksi tersebut dinyatakan gagal sehingga dana transferan kembali kepada rekening pengirim, yaitu teman saya.
“Coba Bapak konfirmasi kepada temannya,” saran Mas CS. “Kalau proses transfernya gagal, uang tersebut akan kembali kepada pengirimnya.”
“Ada buktinya bahwa uang tersebut kembali ke pengirim, ya?” tanya saya memastikan.
“Untuk pengecekan lebih detail dan penge-print-an buktinya, Bapak bisa datang ke kantor cabang karena di sini tidak bisa,” kata Mas CS.
Setelah bertanya alamat kantor cabang, saya pun kembali dan segera menelepon teman saya sebagai pengirim dana transfer itu. Saya menanyakan kepada teman saya apakah saldo rekeningnya bertambah sejumlah 4 juta. Saat itu dia sedang berada dalam sebuah acara sehingga tidak bisa langsung mengecek ke ATM. “Nanti saya kabari, Mas,” kata teman saya.
Sore hari, teman saya tersebut mengirim pesan melalu Whatsapp yang menyatakan bahwa saldo rekeningnya tidak bertambah. Ia juga melampirkan sebuah foto yang menampakkan sejumlah uang di layar ATM yang jumlahnya dibawah satu juta.
Mulai saat itu pikiran saya agak tidak tenang. Meskipun saya percaya bahwa masalah seperti ini akan bisa diatasi, namun tetap ada sedikit was-was dalam diri saya.
Esoknya saya mendatangi kantor cabang. Saya disambut oleh Pak Satpam dengan senyum ramah. Di kantor cabang ini CS-nya juga laki-laki. Saya sebut saya Bang CS.
Saya kisahkan permasalahan saya. Kemudian, dengan pembawaan tenang dan suara lembut, Bang CS menjelaskan bahwa dalam proses transfer, bank menggunakan jasa pihak ketiga. Saya tidak bertanya lebih lanjut apa nama pihak ketiga tersebut. Gampangnya, begini
mekanisme transfer:
Pengirim (rekening teman saya) --> ATM --> [pihak ketiga] --> Penerima (rekening saya)
Saat transfer, proses terbaca berhasil oleh pihak ketiga sehingga dana transfer langsung diteruskan ke rekening saya. Selang dua minggu kemudian, terbaca kegagalan transfer di pihak ketiga sehingga dana transfer sejumlah 4 juta yang sudah berada di rekening saya ditarik kembali oleh pihak ketiga untuk kemudian (seharusnya) dikembalikan kepada rekening teman saya.
Karena saldo rekening teman saya tidak bertambah, berarti ada kesalahan sistem di pihak ketiga. Bang CS pun membuat sebuah laporan komplain secara online. Selanjutnya ia mengatakan bahwa saya akan dihubungi pihak bank maksimal 14 hari kerja. Wah, lamanya, batin saya. Saya pun pulang dengan dengan membawa janji tersebut.
Kekhawatiran mulai menggelayuti pikiran saya. Sudah ada beberapa kasus saldo rekening bank nasabah berkurang dan pihak bank enggan bertanggung jawab atau tidak serius mengatasi permasalahan tersebut.
Bagi saya, uang 4 juta tidaklah sedikit. Hei, itu kan hasil dari saya mengumpulkan recehan setiap bulan. Itu tabungan nikah saya, lho. : ) Jadi, kalau uang 4 juta itu raib, bakalan tertunda nikah saya karena saya harus menabung dari awal lagi.
Saya berpikir, ada kemungkinan uang saya kembali dan ada kemungkinan uang saya tidak kembali. Jika dalam waktu 14 hari kerja tidak ada kejelasan permasalahan ini, saya sudah memikirkan beberapa langkah.
Pertama, saya akan meminta yayasan tempat saya bekerja untuk mengurusi masalah ini. Pihak bank pasti mendapatkan keuntungan dari jasa perbankan yang digunakan oleh yayasan dengan jumlah karyawan mencapai seratus orang ini. Ada perputaran uang yang cukup banyak di sana.
Saya berencana akan mengusulkan kepada pihak yayasan agar menekan pihak bank untuk segera menyelesaikan masalah ini. Jika masalah ini tidak diselesaikan --dengan kata lain uang saya tidak kembali, saya usulkan pihak yayasan untuk tidak menggunakan layanan bank itu lagi. Demikian rencana saya.
Jika pihak yayasan tidak mau terlalu capek mengurusi masalah saya tersebut, saya memiliki rencana kedua, yaitu menyebarkan masalah ini di jagat maya. Saya akan membuat sebuah tulisan berisi komplain terhadap pihak bank. Kemudian, tulisan tersebut akan saya unggah di beberapa blog saya, di beberapa media internet, juda di medsos. Saya juga akan mengirimkan tulisan tersebut ke media massa. Dengan melakukan hal tersebut, saya berharap pihak bank tidak main-main dalam mengurus masalah saya.
Begitulah dua rencana saya jika dalam waktu 14 hari kerja, uang saya tidak kembali atau pihak bank tidak menghubungi saya. Selama beberapa hari saya sempat mengecek saldo rekening saya. Belum bertambah. Sepertinya saya harus menjalankan rencana yang telah saya susun tersebut.
Jikapun uang saya tidak dapat kembali dengan menjalankan rencana-rencana itu, saya merasa tidak terlalu bersedih atau mengeluh. Entah mengapa, perasaan saya saat itu –meskipun ada sedikit kekhawatiran—merasa cukup tenang. Jika uang kembali ya Alhamdulillah. Jika uang tidak kembali, berarti memang itu bukan rezeki saya. Itulah takdir yang mesti saya terima.
Namun, akhirnya kabar baik itu datang juga saat saya mengecek saldo rekening seminggu setelah Bang CS mengirimkan laporan komplain. Saldo rekening saya bertambah 4 juta. Alhamdulillah... Jadi nikah, deh. : )
Ternyata, pihak Bank Mandiri Syariah benar-benar bertanggung jawab atas komplain nasabahnya. Saya pun berjanji dalam hati bahwa saya akan menuliskan pengalaman ini dan mengunggahnya di blog sebagai bentuk apresiasi terhadap profesionalisme kerja Bank Mandiri Syariah.
Berikut ini beberapa tips dari saya jika ada yang mengalami masalah yang serupa dengan saya.
- Usahakan rutin untuk mengecek saldo rekening. Jangan seperti saya yang baru mengetahui kalau saldo rekening saya berkurang setelah satu minggu.
- Usahakan rutin mencetak buku tabungan. Sejak memiliki rekening selama tiga tahun, saya belum pernah mencetak buku tabungan sekalipun. Buku tabungan bisa menjadi bukti transaksi. Mencetak buku tabungan bisa dilakukan seminggu sekali (jika sering melakukan transaksi), dua minggu sekali, atau sebulan sekali.
- Bersikaplah tenang saat menghadapi masalah. Kepanikan ketika tertimpa masalah justru sering membuat masalah menjadi besar. Misalnya, menyampaikan komplain kepada bank dengan penuh emosi akan membuat pihak bank malas untuk memroses komplain.
- Mintalah kejelasan sumber permasalahan kepada pihak bank agar tidak ada salah paham dan permasalahan bisa segera diatasi.
- Bersikaplah yang sopan dan berwibawa saat mengajukan komplain. Jika kita bersikap baik kepada lawan bicara, maka lawan bicara akan memberikan tanggapan yang baik pula.
- Mintalah bantuan kepada orang lain yang lebih paham dengan masalah yang sedang dihadapi. Saat mendapat masalah perbankan tersebut, saya berencana meminta bantuan pada pihak yayasan untuk mengurusnya jika dalam waktu 14 hari kerja uang saya tidak kembali. Tapi pada akhirnya saya tak perlu merepotkan pihak yayasan karena sebelum 14 hari kerja uang saya sudah kembali.
- Berdoalah kepada Tuhan. Manusia berencana dan berusaha, namun di tangan Tuhan-lah keputusannya. Usaha diiringi dengan doa. Inilah tawakal.
- Berpeganglah pada takdir Tuhan. Kita harus menyadari bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah titipan Tuhan. Tuhan akan mengambil apa yang memang bukan milik kita. Dengan menyadari hal tersebut, jika kita kehilangan sesuatu, kita tidak akan terpuruk dan akan mudah bangkit.
***
Sukoharjo, 19 September 2016