Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Saturday, January 7, 2017

Daftar Baca Buku Nonfiksi Tahun 2017


Sebelumnya, saya sudah menyusun Daftar Baca Buku Fiksi Tahun 2017 yang berisi dua belas buku (novel dan kumpulan cerpen). Saya berusaha untuk menyeimbangkan bacaan saya antara fiksi dan nonfiksi sehingga saya juga menyusun Daftar Baca Buku Nonfiksi yang berisi dua belas buku nonfiksi.

Berikut ini Daftar Baca Buku Nonfiksi Tahun 2017.

1. TafsirAl-Quranil ‘Adzim Karya Ibnu Katsir
Sebagai seorang muslim, saya merasa sangat perlu untuk mempelajari Al-Quran. Selain berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas membacanya, syukur-syukur bisa menghafal sedikit demi sedikit, saya juga akan membaca tafsirnya. Dan kitab tafsir Al-Quran yang bagus dan cocok bagi saya yaitu karangan Ibnu Katsir.

Saya memiliki kitab Ibnu Katsir (terjemahan) yang terdiri atas 10 jilid. Saya masih teringat bagaimana perjuangan saya dahulu untuk memilikinya. Saya membelinya satu demi satu jilid, itu pun dengan memaksakan diri, bahkan kadang sampai meminjam uang kepada teman.

Saya sudah membaca beberapa tafsir sebagian surat Al-Baqarah. Saya meringkasnya, mengambil intisarinya, lalu saya tulis di buku catatan saya. Saya melakukannya karena saya berpikir bahwa dengan meringkas dan menuliskannya maka pemahaman saya akan lebih kuat.

Tahun 2017 ini saya akan memulai lagi membaca tafsir Al-Quran. Saya akan mengambil intisarinya kemudian akan saya tulis. Ada kemungkinan hasilnya akan saya unggah di blog umarkhalid-alkasidi.blogspot.co.id. Tentu saya tidak bisa mengkhatamkan 10 jilid tafsir Al-Quran ini dalam 1 tahun. Oleh karena itu, saya ingin mulai konsisten untuk membacanya mulai tahun ini. Entah sampai kapan selesainya.

Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan keistikamahan kepada saya untuk mengamalkan niat baik saya itu. Amin.

2. Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri

Saya memiliki beberapa buku tentang sejarah Nabi Muhammad, semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada beliau. Dan saya sama sekali belum pernah menamatkan satupun buku sirah Nabi. Sungguh keterlaluan diri saya. Bagaimana ada orang yang mengaku cinta, tetapi ia tidak berusaha untuk mengenal orang yang dicintainya itu.

Saya memang membaca buku sirah Nabi, tetapi sedikit-sedikit dan sebagian-sebagian. Mulai tahun ini saya akan membaca secara runtut agar bisa mengkhatamkannnya. Saya memilih sirah Nabi karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri yang saat ini menjadi salah satu buku sirah Nabi terbaik di dunia.

3. Rihlah Ibnu Batutah: Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan karya Ibnu Batutah
Rihlah Ibnu Batutah merupakan salah satu karya tulis berharga. Ibnu Batutah melakukan perjalanan mengunjungi berbagai negeri kemudian menuliskan perjalanannya tersebut. Jadi, sebelum tren travel writting masa sekarang, Ibnu Batutah sudah melakukannya pada abad pertengahan.

Membaca buku ini seperti berwisata menuju masa lalu, mengunjungi kota-kota lama yang sebagiannya bahkan kini sudah tak ada. Ibnu Batutah mengunjungi banyak negeri. Bertemu dengan banyak raja dan pangeran. Berinteraksi dengan masyarakat berbagai lapisan. Melihat budaya berbagai bangsa. Dari India sampai negeri Cina, dari Afrika sampai Nusantara. Iya, Ibnu Batutah sampai juga di nusantara, khususnya di Samudera Pasai, Sumatera.

4. Shaid Al-Khatir karya Ibnul Jauzy
Shaid Al-Khatir adalah salah satu karya tulis berharga yang diwariskan Ibnul Jauzy. Ulama multidisiplin --tafsir, hadits, sirah—ini terkenal dengan nasihat-nasihatnya yang menyentuh hati. Retorikanya memukau.

Shaid Al-Khatir memuat pengalaman-pengalaman dan renungan-renungan. Ibnul Jauzy menuliskannya dalam pasal-pasal yang tak terlalu panjang pembahasannya sehingga enak dibaca. Topik pembicaraannya beragam, dari yang ringan hingga berat. Saya sudah lama menginginkan buku ini, dan baru beberapa waktu yang lalu saya bisa membelinya.

5. La Tahzan karya Aidh Al-Qarni
Aidh Al-Qarni menjadi salah penulis favorit saya. Tulisannya mencerahkan. Bahasanya lembut, indah, dan mendalam. Saya memiliki dan sudah membaca beberapa bukunya. La Tahzan, saya baru membuka-bukanya.

Bolehlah dibilang La Tahzan adalah buku sejuta umat. Buku ini “meledak” di pasaran, baik di negeri asalnya –Arab Saudi-- maupun di berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu penerbit di Indonesia menerbitkannya pertama kali pada tahun 2004. La Tahzan yanag saya miliki –dari penerbit tersebut—adalah cetakan ke-60 yang dicetak bulan Juni 2015. Luar biasa, bukan.

Sesuai judulnya, La Tahzan ‘Jangan Bersedih’, buku ini memaparkan hal-hal yang dapat mengikis kesedihan, membuat kita menghargai hidup, dan menambah rasa syukur. Bahasanya enak, runtut, logis. Al-Qarni mengisi bukunya dengan berbagai hikmah yang didapat dari Al-Quran, Hadist, sirah, sejarah, renungan, para pemikir dan penulis, baik dari Barat maupun Timur.

6. Fihi Ma Fihi karya Jalaluddin Rumi
Syair atau puisi menjadi salah kegemaran bacaan saya. Dan dalam dunia syair, Rumi menjadi sosok yang tak ikonik, khususnya dalam tasawuf. Saya sudah membaca beberapa larik syairnya yang diterjemahkan dari Matsnawi dan Diwan Syamsi Tabriz.

Selain menulis syair, Rumi juga menulis prosa. Salah satunya ialah Fihi Ma Fihi. Buku yang banyak dikaji, baik di dunia Barat maupun Timur, ini memuat ceramah dan nasehat spiritual yang disampaikan oleh Rumi kepada murid-muridnya.

Pada pasal pertama buku ini, saya mendapatkan kata-kata yang indah menawan dan dalam maknanya.
“Jangan terlalu yakin pada persepsi dan pikiranmu sendiri. Tidak bisa kita memastikan kebenaran hanya berdasarkan persepsi dan pikiran kita sendiri. Oleh karena itu, jadilah manusia yang merendahkan diri dan takut di hadapan Allah."
Saya akan berusaha meneguk hikmah dari salah satu karya masterpice Jalaluddin Rumi ini, Fihi Ma Fihi. 


7. Pemenangan Pemilu PKS di Indonesia 1999-2009 dan AKP di Turki 2002-2007: Studi Perbandingan Karya Sitaresmi S. Sukanto
Saya terkadang membaca karya ilmiah akademis: skripsi, tesis, disertasi. Karya Sitaresmi ini menarik untuk disaksamai karena fenomena menarik yang ditunjukkan oleh partai politik berhaluan Islam di Indonesia dan Turki. Jika di Indonesia ada PKS, di Turki ada AKP.

AKP dan PKS secara umum memiliki garis ideologi yang sama. Perbedaannya, AKP di Turki telihat lebih “sukses” menjadi pemenang pemilu di Turki daripada PKS di Indonesia. Sangat menarik untuk mengetahui bagaimana perjalanan politik kedua partai di negaranya masing-masing untuk melihat persamaan dan perbedaannya.

8. Islamku, Islam Anda, Islam Kita karya Abdurrahman Wahid
Sebagian orang mungkin heran dengan buku pilihan saya ini. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang sosok yang kontroversial. Ia dipuja, juga dicela. Sebagian menganggapnya wali, sebagian menganggapkanya liberal. Namun, tak dapat dipungkiri, ia adalah tokoh hebat yang memiliki banyak pengaruh.

Salah satu cara mengenal Gus Dur ialah dengan membaca pikiran-pikirannya. Buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita merupakan kumpulan esainnya yang sebelumnya tersebar di berbagai surat kabar. Buku ini menggambarkan pemikiran Gus Dur dalam berbagai bidang: agama, politik, ekonomi, sosial, budaya.

9. Timur Leng karya Justin Marozzi
Awalnya saya membaca novel karya Indu Sundaresan tentang Kesultanan Mughal di India. Novel itu sangat bagus. Saya tersedot ke masa lalu saat-saat sebelum Taj Mahal dibangun. Saya pun semakin tertarik untuk mempelajari Kesultanan Mughal.

Tokoh yang tidak bisa dipisahkan dari Kesultanan Mughal ialah Timur Leng. Ia adalah leluhur para sultan Mughal. Darinya lahir para pangeran dan raja yang memerintah kesultanan selama ratusan tahun. Pada abad ke-14, Timur Leng menjadi salah satu penakluk terhebat. Dari Timur hingga ke Barat. Perjalanannya dari orang biasa menjadi penakluk terhebat menarik untuk dicermati.

10. Dari Zaman Citra ke Metafiksi: Bunga Rampai Telaah Sastra DKJ
Sastra masih menjadi kegemaran saya. Saya bisa merasa senang terjun dalam dunia sastra, minimal dengan membaca karya-karya sastra. Buku Dari Zaman Citra ke Metafiksi merupakan bunga rampai kritik sastra yang menjadi pemenang dan unggulan dalam Sayembara Kritik Sastra DKJ 2007 dan Sayembara Telaah Sastra DKJ 2009.

Beberapa novel yang ditelaah dalam buku ini antara lain Cala Ibi Nukila Amal, Misteri Perkawinan Maut karya S. Mara GD, dan Supernova: Akar karya Dee. Buku kumpulan puisi juga banyak ditelaah dalam buku ini, di antaranya Teman-temanku dari Atap Bahasa karya Afrizal Malna, Kolam Ridha Al-Qadri karya Sapardi Djoko Damono, sajak “Pembawa Matahari” karya Abdul Hadi W.M., sajak “Asmaradana” karya Goenawan Mohammad, sajak-sajak Joko Pinurba, dan sajak-sajak Acep Zamzam Noor.

11. Membaca Sastra, Membaca Dunia karya Azwar
Buku ini memuat esai-esai sastra. Saya belum memilikinya sehingga belum bisa mengintip isinya. Saya pernah membaca tuntas kumpulan esai sastra karya Anton Kurnia dalam buku Mencari Setangkai Daun Surga. Saya menikmati membacanya dan saya mendapatkan banyak pengetahuan darinya. Saya juga berharap mendapatkan hal yang sama dari buku Membaca Sastra, Membaca Dunia karya Azwar ini.

12. Makelar Politik karya Puthut EA
Nama Puthut EA berseliweran di media sosial, khususnya Facebook. Saya menyukai gaya penulisannya. Menarik dan menggelitik. Ia adalah salah satu penulis yang produktif. Ia menjadi salah satu motor penggerak penulis-penulis muda lainnya. Saya memiliki beberapa bukunya –kumpulan esai, kumpulan cerpen, naskah drama—tetapi belum satu pun sayang saya baca.

Buku Makelar Politik memuat 50 tulisan atau catatan yang sebagian besar pernah tersebar di dunia maya. Saya membaca sekilas ini buku ini dan mendapatinya sebagai catatan reflektif atas sebuah peristiwa, pengalaman, ataupun renungan. Ini adalah jenis tulisan yang personal dan tidak membosankan.

 

***
Demikian Daftar Baca Buku Nonfiksi Tahun 2017 yang saya susun. Saya memasukkan buku-buku tersebut dalam daftar baca karena –selain menarik dan perlu—buku-buku tersebut sebagian besar cukup tebal. Jika saya tidak menargetkan untuk menyelesaikannya, akan semakin tertunda-tunda buku tersebut saya baca.

Buku-buku yang akan saya baca tentu saja tidak terbatas dalam daftar tersebut. Ada beberapa buku lain yang akan saya baca, tetapi prioritas utama tetaplah buku-buku di dalam daftar tersebut.

Daftar baca di atas melengkapi tulisan saya sebelumnya, yaitu Daftar Baca Buku Fiksi Tahun 2017. Semoga selalu ada keistikamahan dalam membaca karya, baik nonfiksi maupun fiksi.




Thursday, January 5, 2017

Daftar Baca Buku Fiksi Tahun 2017


Cukup banyak buku saya yang tertata rapi di rak, akan tetapi tak tersentuh jua karena alasan kesibukan kerja atau hal lainnya. Kiranya, saya perlu membuat daftar buku-buku yang akan saya baca selama satu tahun. Daftar itu seumpama target yang sebisa mungkin akan saya capai.

Saya membuat daftar baca buku fiksi yang akan saya baca selama tahun 2017. Berarti ada juga daftar baca buku nonfiksi yang akan saya baca. Saya akan menyusunnya dalam tulisan yang berbeda.

Dalam menyusun daftar ini, saya tidak memberlakukan kriteria tertentu. Saya memasukkan buku-buku yang saya kenal –minimal pernah mendengar judulnya—dan kiranya isinya bagus. Berikut ini Daftar Baca Buku Fiksi Tahun 2017.

1. Asmaraloka karya Danarto
Danarto adalah sastrawan Indonesia yang sudah sepuh. Karya-karyanya patut untuk dibaca oleh generasi sekarang. Asmaraloka adalah novel baru diterbitkan tahun 2016. Saya belum memiliki gambaran tentang novel ini. Oleh karenanya, saya kutipkan saja blurb novel ini.

Perang fatamorgana dalam novel Asmaraloka ini adalah sebuah rekayasa perang antarsuku-agama-ras-antargolongan. Sehingga perang ini menjadi komoditas, persis pertandingan sepak bola. Setiap orang bisa ikut berperang atau sekadar menonton. Orang lalu piknik perang, menonton perang di garis depan. Tak ketinggalan siaran pandangan mata oleh para wartawan perang sehingga yang tewas tidak hanya yang di medan perang, juga penonton televisi di rumah karena serangan jantung. Dari gaya perang macam ini, yang sudah berlangsung puluhan tahun, jangan-jangan sudah seratus tahun, lahir peradaban baru.

2. Setangkai Melati di Sayap Jibril karya Danarto
Buku ini memuat cerpen-cerpen karya Danarto. Ada unsur ketakterdugaan dalam cerpen-cerpennya. Saya kutipkan blurb dari buku ini.

Cerpen-cerpen Danarto, cenderung menghadirkan hal yang non-real, yang tak nyata, ke dalam bingkai kenyataan. Yang real dan non-real mewujud bukan sebagai sesuatu yang saling bertentang, bukan “dua dunia” yang tidak saling bersentuhan, tetapi justru sebagai yang saling berkelindan, jalin-menjalin, pengaruh-mempengaruhi. Yang real dan non-real, dalam cerpen-cerpen Danarto, melebur menerobos ruang dan waktu, sehingga sebagai dunia alternatif cerpen-cerpen Danarto membawa kita, pembaca, ke dunia sonya ruri, ke wilayah fantastis, ke dunia transenden, yang tidak real tapi juga tidak sepenuhnya tak terkenali.

3. Nagabumi II karya Seno Gumira Ajidarma
Seno Gumira Ajidarma menjadi semacam jaminan kualitas atas karya-karyanya. Novel Nagabumi ada dua jilid. Saya sudah merampungkan jilid pertama yang tebalnya 815 halaman. Nagabumi jilid II yang bertajuk Buddha, Pedang, dan Penyamun Terbang ini ini tebalnya 980 halaman. Wow...

Novel ini berlatar peradaban Jawa pada masa lalu ketika Kerajaan Sriwijaya masih berkuasa. Penulisnya benar-benar habis-habisan menggambarkan kehidupan masa lalu di Jawa. Novel ini –menurut saya—melebihi disertasi. Untuk jilid II, ada catatan akhir sebanyak 46 halaman dengan huruf-huruf kecil. Daftar pustakanya sebanyak 7 lembar. Membaca novel ini seperti membaca sebuah penelitian, seperti membaca buku sejarah.

4. Wisanggeni: Sang Buronan karya Seno Gumira Ajidarma
Wisanggeni adalah tokoh wayang yang tidak terlalu terkenal. Ia adalah tokoh yang tersingkirkan. Tentu sangat menarik ketika Seno Gumira Ajidarma menghidupkan tokoh ini. Novel ini kemungkinan mengandung unsur silat, filsafat, dan cerita yang menghibur. Novel tipis (108 halaman) ini menjadi salah satu buku yang saya cari di tahun ini karena saya belum memilikinya.

5. Lampuki karya Arafat Nur
Novel Lampuki menjadi Pemenang Unggulan Sayembara Novel DKJ 2010 dan Pemenang Hadiah Sastra Khatulistiwa 2011. Sebelumnya saya tidak terlalu tertarik untuk membaca novel Lampuki. Penulisnya belum saya kenal. Baru kemudian saya berteman dengannya di Facebook dan membacai statusnya yang bagus-bagus. Dari status Facebook-nya saya menandai ia orang yang rendah hati.

Saya justru membaca novelnya yang terbit kemudian, Burung Terbang di Kelam Malam. Novel ini sangat menarik sehingga dalam dua hari saya sudah menuntaskannya. Saya berpikir, tentu Lampuki juga menarik seperti Burung Terbang di Kelam Malam, malah bisa jadi lebih menarik lagi.

Novel Lampuki menjadi salah satu novel yang masuk daftar baca tahun 2017. Jika ada kesempatan, saya pun akan memburu karya Arafat Nur yang lain, yaitu Tempat Paling Sunyi dan Tanah Surga Merah.

6. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi Karya Yusi Avianto Pareanom
Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi mendapatkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2016 kategori prosa. Novel yang mendapat banyak pujian ini merupakan dongeng para raja dan pangeran. Kata orang-orang yang sudah membacanya, novel ini sungguh-sungguh sangat memikat. Bahasanya ekspresif dan alurnya menarik. Saya ngebet sekali pengin membaca novel ini.




7. Namaku Merah karya Orhan Pamuk
Saya mengenal buku ini saat kuliah. Dahulu saya pernah meminjam buku ini dari perpustakaan kampus. Saya hanya sempat membaca beberapa halaman saja, kemudian buku itu saya kembalikan karena sudah habis masa pinjamnya. Saat itu, saya tidak memiliki waktu membaca yang cukup banyak.

Orhan Pamuk merupakan sastrawan pemenang Nobel Sastra tahun 2006. Novel Namaku Merah merupakan salah satu novel yang mengangkat namanya. Saya tertarik dengan novel ini –selain jaminan berkualitas bagus—karena isinya menceritakan peradaban Islam pada masa lalu di Turki. Saya suka dengan novel-novel dengan latar sejarah seperti itu. Selain mendapat hiburan, saya juga mendapat wawasan tentang sejarah.

Novel Namaku Merah cukup tebal, 764 halaman. Semoga saya tak membutuhkan waktu terlalu lama untuk mengkhatamkannya.

8. Musashi karya Eiji Yoshikawa
Saya mulai membaca novel ini mungkin dua tahun yang lalu. Ah, sampai sekarang pun belum tamat juga. Salah saya sendiri juga, sih. Saya membacanya hanya saat luang saja. Pembacaan saya baru sampai pertengahan novel ini. Novel ini sangat tebal sehingga tidak mungkin bisa saya bawa ke mana-mana untuk dibaca. Tebalnya 1.247 halaman. Bayangkan!

Saya suka karya Eiji Yoshikawa. Karyanya yang sudah saya baca yaitu Taiko menjadi salah satu favorit saya. Novel Musashi juga menjadi favorit saya. Musashi adalah seorang legenda samurai di Jepang. Dalam novel ini dikisahkan perjalanan Musashi dari kecil hingga menjadi pendekar pedang takterkalahkan.

Musashi berlatar kehidupan Jepang pasca-Sekigahara. Saya sangat menikmati perjalanan Musashi yang penuh liku dalam latar kehidupan Jepang era Tokugawa ini.

9. Gabriela, Cengkih, dan Kayu Manis karya Jorge Amado
Saya tidak terlalu mengenal Jorge Amado. Sekilas sepengetahuan saya, dia adalah penulis dengar karya-karya yang mendunia. Konon, ia digadang-gadang bakal mendapatkan Nobel Sastra. Saya merasa perlu membaca karya sastra karya penulis terkenal. Untuk mengetahui sekilas isi buku ini saya kutipkan tulisan di sampul belakangnya.

Gabriela tidak cuma cantik, tetapi juga punya ciri khas. Warna kulitnya serupa kayu manis dan tubuhnya sewangi cengkih. Dia meninggalkan udiknya untuk bekerja di Ilheus, sebuah kota kecil di Brasil. Dia bekerja sebagai juru masak di rumah Najib, seorang warga negara Brasil keturunan Suriah yang mengelola sebuah bar, tempat anggota Klub Kemajuan berkumpul. Obrolan di bar itu mengungkap sisi lain kaum lelaki -- tek peduli kalangan agamawan, cendekiawan, rakyat jelata -- yaitu kegemaran mereka bergunjing mengenai politik dan perselingkuhan.

Najib menikahi Gabriela dan berusaha mengubahnya jadi perempuan terhormat. Namun, bagaimana perasaan Gabriela sebenarnya?

Di sisi lain, Ilheus sedang berkembang sebagai kota kakao dengan panen berlimpah. Keadaan ini membuat suhu politik menjelang pemilu memanas. Kota itu semakin heboh karena Kolonel Jesuino Mendoza yang memergoki istrinya selingkuh dengan dokter gigi menembak mati mereka berdua.

Banyak cara untuk menceritakan kehidupan di sebuah kota. Ada yang menceritakanya dengan muram. Namun, dengan selera humor yang cerdas, Jorge Amado -- pendongen ulung kelas dunia dan sering dicalonkan memenangi Hadiah Nobel Sastra-- mengangkat segi karikatural masyarakat dalam novel yang menghibur ini.

“Gabriela akan menaklukan dunia karena kisahnya penh dengan nilai kehidupan dan cinta”. -- Chicago Tribune

10. The Magic Library: Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken karya Jostein Gaarder-Klaus Hagerup
Novel ini menjadi istimewa bagi pecinta buku. Ceritanya seputar buku dan perpustakaan. Orang yang suka membaca semestinya menyukai novel ini. Saya sempat membaca beberapa bab dalam novel ini. Pada tahun ini saya berusaha akan menyelesaikannya.

11. Rumah Kertas karya Carlos Maria Domingues
Tanggapan orang-orang yang sudah membaca novel Rumah Kertas sangat bagus. Bahkan, sebagian dari mereka mengatakan menyesal karena tidak dari dulu membaca novel ini. Kata mereka novel ini sangat menggiurkan bagi para pecinta aksara. Saya pun menjadi penasaran dengan novel yang cuma 76 halaman.

12. The American Adventures karya Mark Twain
Novel ini memuat cerita petualangan Tom Sawyer dan Huckleberry Finn. Karya sastra klasik ini menjadi bacaan favorit bagi remaja dan orang dewasa di berbagai negara. Dalam novel ini dikisahkan petualangan para remaja yang pemberani, dan “nakal”, dan setia kawan.


***
Demikian Daftar Baca Buku Fiksi Tahun 2017 yang saya susun. Buku-buku yang akan saya baca tentu saja tidak terbatas dalam daftar tersebut. Ada beberapa buku lain yang akan saya baca, tetapi prioritas utama tetaplah buku-buku di dalam daftar tersebut.

Saya juga akan membaca buku-buku kumpulan cerpen dan buku-buku kumpulan puisi yang rata-rata tidak terlalu tebal sehingga bisa saya bawa ke mana-mana.




Sunday, January 1, 2017

Sebenarnya Rindu




Sejak kau mekarkan bunga-bunga asmara di dada
Cinta itu tiada hilang meski sekejap
Untuk apa menyembunyikan rindu
Nyalanya terang dan jelas terlihat
Dalam pandangan mata dan dekapan hati
Yang selalu ingin dimengerti

Nila cerah indah permata
Oh, senja pun mengusap manja
Untuk kekasih yang didamba
Riak-riak samudera menggelora
Menyesaki jiwa dengan rindu yang tiada tara
Akankah kutemui kekasihku di pelabuhan sana

Pandangan manja dan riangnya tawa
Ramai dan riuhkan malam
Aku rindu padamu, bisikku
Terbawa oleh angin, menyeberangi rerumputan
Inilah aku yang menunggumu
Wahai, kekasihku
Inilah aku yang setia menantimu





Buku-buku yang Saya Baca Selama Tahun 2016


Tahun 2016 berlalu. Meninggalkan serpihan kenangan-kenangan. Meninggalkan pula buku-buku yang telah saya baca di balik kenangan. Meski saya tahu isi buku-buku itu tak sepenuhnya hilang lenyap. Ia mengendap di dalam pikiran, di dalam hati. Mewarnai karakter diri saya, sedikit ataupun banyak.

Sayangnya, saya tak memiliki daftar buku-buku yang telah saya baca. Mungkin mulai tahun ini saya akan membuat catatan buku apa saja yang sudah aku baca. Syukur-syukur bisa menuliskan sedikit catatan atau resensi tentang buku-buku itu.

Dengan mengandalkan sekilas ingatan, saya tuliskan beberapa buku yang telah saya baca selama tahun 2016.


Buku Nonfiksi
Buku nonfiksi yang telah saya baca tak banyak. Buku nonfiksi yang telah saya baca di antaranya buku-buku agama, buku how to, buku motivasi, buku biografi, dan buku sejarah. Koleksi buku agama saya cukup banyak. Jumlahnya bersaing dengan buku fiksi. Buku-buku agama saya rata-rata tebal dan hardcover. Saya jarang menuntaskannya hingga kandas. Seringnya membaca bagian-bagian yang saya perlukan saja. Misalnya ketika menghadapi sebuah permasalahan agama dan membutuhkan jawaban. Atau ketika akan menulis sebuah artikel dan membutuhkan rujukan.

Saya membaca sekilas Riyadhus Shalihin dan Hadits Arbain karya Imam Nawawi, Minhajul Muslim karya Al-Jazairi, Mukhtashar Fikih karya Al-Fauzan, Tazkiyatun Nafs karya Ahmad Farid, Shaidul Khatir karya Ibnul Jauzi, La Tahzan karya Al-Qarni, serta buku-buku lainnya. 



Saya suka dengan buku La Tahzan dan Shaidul Khatir. Keduanya enak dibaca kapan pun. Khususnya saat merasa tertekan, tertimpa masalah, dan merasa kesepian. Sayangnya, keduanya tebal sehingga terlalu merepotkan jika dibawa ke mana-mana.

Buku How to yang saya baca yaitu Menulis Novel itu Gampang karya Arswendo Atmowiloto dan Aku Bisa Nulis Fiksi karya Joni Ariandinata. Menulis Novel itu Gampang sangat bagus. Tips-tips menulis novel disampaikan dalam bentuk dialog yang terkadang lucu dan konyol. Aku Bisa Nulis Fiksi punya kelebihan dalam analisis unsur fiksinya dengan disertai cerpen-cerpennya sehingga buku ini memuat banyak cerpen. Selain belajar menulis, dengan membaca buku ini sekaligus bisa membaca cerpen.







Buku Fiksi
Buku fiksi yang saya baca selama tahun 2016 cukup banyak. Terbagi dalam novel, cerpen, puisi, dan naskah drama.

Untuk novel, saya terkesan dengan tiga novel karya Chetan Bhagat: Idiots, 2 States, dan Revolution 2020. Membaca ketiga buku itu menjadi hiburan tersendiri. Kisah Idiots sangat menghibur dengan adegan dan dialog konyol mahasiswa perguruan tinggi favorit di India,namun sarat dengan kritik sistem pendidikan. Sangat menginspirasi. Novel ini sudah difilmkan dengan bintangnya Amir Khan dan sukses merajai Bolywood. 


 Novel 2 States tak kalah seru dan menghibur. Jika Idiots lebih banyak unsur konyol dan kritik sistem pendidikannya, 2 States lebih menonjol dalam keragaman budaya di India dengan cerita yang tak kalah konyol. Novel 2 States menceritakan dua kekasih yang ingin menikah tetapi terhalang budaya dan tradisi kedua keluarga yang berbeda. Isinya seru, lucu, dan penuh haru. Saya sangat suka dengan novel ini.
 


Novel Revolution 2020 lebih serius. Menceritakan bagaimana dua orang sahabat yang berlomba untuk memperbaiki negerinya yang digerogoti oleh korupsi. Namun, keduanya menempuh jalur yang berbeda dan harus berhadap-hadapan. Keduanya juga berlomba mendapatkan cinta gadis yang sama. Kisah cintanya bukan kisah cinta cengeng, tapi kisah cinta yang dewasa, penuh pertimbangan. Kisah cinta yang gelap. Bagian akhir novel itu sempat membuat mata saya berkaca-kaca. Duh, kasihan benar tokoh utamanya.

Novel lain yang saya baca berasal dari penulis India juga, Indu Sundaresan, yaitu Mehrunnisa, Nur Jahan, dan Jahanara. Ketiganya berlatar Kesultanan Mughal, India. Mehrunnisa adalah gadis yang mengejar cinta seorang pangeran, Salim. Salim, yang kelak menjadi Sultan Mughal dengan gelar Jahangir, juga mendambakan Mehrunnisa. Tapi, cinta saja tak cukup untuk menyatukan keduanya. Sebagai seorang pangeran, Salim harus menikah dengan seorang putri, dan Mehrunnisa yang hanya putri bangsawan harus mengiyakan saat dijodohkan. Pada akhirnya Mehrunnisa dan Salim pun menikah. Dan proses menuju ke sana sangat menarik untuk dinikmati.

Nur Jahan adalah gelar Mehrunnisa setelah menjadi istri kesayangan Sultan Jahangir. Dengan kasih sayang suaminya dan kecerdikannya sendiri, Mehrunnisa sedikit demi sedikit menghimpun kekuasaan di kesultanan. Dalam sejarah, ia adalah wanita di Mughal yang memiliki stempel atas namanya dan memiliki koin yang dicetak atas namanya. Novel Nur Jahan menyoroti perjalanan Mehrunnisa menapaki tangga kekuasaan kesultanan dengan didampingi suaminya sebagai Sultan.

Jahanara ialah putri sulung Sultan Shah Jahan. Shah Jahan adalah putra Jahangir. Shah Jahan memiliki istri yang sangat disayanginya, Arjumand Banu. Arjumand Banu meninggal setelah melahirkan anak ke-14. Karena kesedihan ditinggal istrinya, Sultan Shah Jahan menjadi terpuruk. Kesehatannya terganggu sehingga roda kesultanan terganggu. Di sinilah peran Jahanara. Di balik tembok harem, ia menjalankan roda kesultanan hingga ayahnya sehat seperti sedia kala. Oya, Arjumand Banu adalah wanita yang Taj Mahal dibangun untuknya oleh Shah Jahan.

Mehrunnisa, Nur Jahan, dan Jahanara memberi saya pengetahuan yang banyak tentang kesultanan Mughal di India. Penggambaran settingnya sangat detail. Seolah-olah saya melihat sendiri istana megah milik sang sultan, rumah-rumah mewah para istri sultan, lorong-lorong di dalam harem. Setelah membaca ketiga novel ini saya menjadi semakin tertarik untuk membaca tentang sejarah Mughal, baik sebelum maupun sesudahnya. Gengis Khan dan Timur Leng menjadi dua tokoh yang tak bisa lepas dari berdirinya kesultanan Mughal. Saya memiliki 2 jilid novel Gengis Khan dan 1 buku biografi Timur Leng. Buku sejarah Mughal yang ditulis ulama muslim, Ash-Shalabi menjadi salah satu buku yang semoga segera bisa saya miliki.





Novel Indonesia yang berkesan mungkin Kambing dan Hujan-nya Mahfud Ikhwan. Saya jarang menemukan novel Indonesia yang menarik. Namun, Kambing dan Hujan benar-benar menarik. Kisah cinta dua insan di sebuah kampung yang terhalang oleh perseteruan dua ormas Islam terbesar di negeri ini.

Novel-novel lain saya agak lupa. Mungkin ada beberapa yang sudah saya baca, atau saya membacanya tapi belum selesai. Satu novel yang saya baca selama setahun lebih tapi belum selesai adalah Musashi. Saya membacanya hanya ketika waktu luang saja sehingga sampai sekarang saya belum menamatkan novel setebal seribu halaman lebih itu. Padahal, itu novel yang sangat bagus.

Kumpulan cerpen yang saya baca selama tahun 2016 di antaranya karya Seno Gumira Ajidarma, Hamsad Rangkuti, Gunawan Tri Atmojo, Sungging Raga dan lainnya yang saya tak ingat lagi. Karya Seno (Saksi Mata dan Dunia Sukab) dan Hamsad (Seorang Wanita Muda di Hotel Mewah) sangat menarik alurnya, pesannya, dan kuatnya karakter. Karya Gunawan, sungguh lucu dan menghibur, saya suka kumcer-nya yang berjudul Tuhan Tidak Makan Ikan. Cerpen-cerpen Sungging Raga dalam Reruntuhan Musim Dingin yang kebanyakan bertema cinta juga sangat menarik.




Untuk puisi, saya membeli cukup banyak buku puisi tahun ini. Mungkin ada sepuluh lebih. Yang berkesan tentu bukunya Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni. Saya sering mendengarkan musikalisasi puisinya dan baru pada tahun 2016 bisa membeli bukunya. Buku puisinya Tere Liye juga saya baca. Bukunya Andi Gunawan yang berjudul Hap! juga sangat menarik. Ada satu puisinya yang saya sangat suka berjudul Hap!
Kaupatahkan hatiku berkali-kali.
Dan aku tak mengapa.
Hatiku ekor cicak



Itulah beberapa buku yang telah saya baca selama tahun 2016. Ada beberapa buku lain yang sayangnya saya tak ingat judulnya. Mulai tahun 2017 saya akan mencatat buku-buku yang sudah saya baca. Saya juga akan berusaha untuk menuntaskan buku sampai selesai karena banyak buku yang saya baca pada tahun 2016 tapi tidak sampai selesai.