Di SMP Harapan, musim hujan selalu membawa kekhawatiran. Setiap kali hujan turun dengan deras, halaman sekolah berubah menjadi kolam besar, mengganggu aktivitas belajar mengajar dan merusak taman yang indah. Kepala sekolah, Pak Andi, sudah berulang kali mencoba berbagai cara untuk mengatasi banjir, tapi hasilnya tidak memuaskan.
Suatu hari, seorang guru IPA bernama Pak Ichsan, yang baru
saja mengikuti pelatihan lingkungan, datang dengan ide baru.
"Pak Andi, saya punya solusi untuk masalah banjir kita.
Bagaimana kalau kita membuat lubang biopori di halaman sekolah?" Pak
Ichsan berkata dengan semangat.
Pak Andi mengernyitkan dahi. "Lubang biopori? Apa
itu?"
"Lubang biopori adalah lubang kecil di tanah yang bisa
membantu meningkatkan resapan air. Selain itu, kita bisa mengisinya dengan
sampah organik yang nantinya akan berubah menjadi kompos," jelas Pak
Ichsan.
Pak Andi tertarik dan memberi izin kepada Pak Ichsan untuk
mengajak siswa-siswi kelas IX melakukan proyek tersebut. Pada hari Sabtu pagi,
Pak Ichsan mengumpulkan para siswa di halaman sekolah. Mereka semua terlihat
antusias, terutama seorang siswa bernama Randy yang memang gemar belajar
tentang lingkungan.
"Anak-anak, hari ini kita akan belajar membuat lubang
biopori. Ini adalah cara kita untuk membantu mengatasi banjir di sekolah
kita," kata Pak Ichsan.
Randy merasa sangat tertarik dengan proyek ini. Sejak kecil,
ia sudah menunjukkan ketertarikan besar pada lingkungan dan sering membantu
ayahnya di kebun rumah mereka. Randy memandang proyek ini sebagai kesempatan
untuk belajar lebih banyak dan berkontribusi bagi sekolahnya.
Langkah pertama, Pak Ichsan membagi siswa menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok diberikan bor tanah biopori, pipa PVC, dan bahan
organik seperti daun kering dan sisa sayuran dari kantin sekolah.
"Kita mulai dengan memilih lokasi yang sering tergenang
air. Pastikan tidak terlalu dekat dengan bangunan sekolah," Pak Ichsan
memberi instruksi.
Randy dan kelompoknya memilih lokasi dekat lapangan basket
yang sering tergenang air. Mereka mulai mengebor tanah dengan bor biopori.
Awalnya mereka kesulitan, tapi setelah beberapa kali mencoba, mereka mulai
terbiasa.
"Wow, ternyata seru juga ya," kata Randy sambil
mengelap keringat di dahinya. Teman-temannya, Dina dan Fajar, juga merasakan
hal yang sama. Mereka bekerja sama dengan baik, saling bergantian menggunakan
bor.
Setelah lubang dengan kedalaman sekitar 1 meter terbentuk,
Pak Ichsan menunjukkan cara memasang pipa PVC ke dalam lubang. "Pastikan
pipanya tegak lurus dan tidak miring, ya."
Setelah pipa terpasang dengan baik, saatnya mengisi dengan
sampah organik. Randy dan teman-temannya memasukkan daun kering dan sisa
sayuran ke dalam pipa.
"Jangan lupa sisakan ruang sekitar 10 cm dari permukaan
tanah," kata Pak Ichsan.
Terakhir, mereka menutup bagian atas pipa dengan kawat kasa
untuk mencegah masuknya sampah non-organik.
"Setiap dua minggu sekali, kita akan menambahkan sampah
organik ke dalam lubang ini," Pak Ichsan menjelaskan.
Semua siswa tampak puas dengan hasil kerja mereka. "Ini
cara yang bagus untuk belajar sambil menjaga lingkungan, Pak," kata Randy
dengan senyum lebar. Randy merasa bangga bisa berkontribusi pada solusi untuk
masalah yang selama ini mengganggu sekolahnya.
Beberapa minggu kemudian, ketika hujan deras turun, halaman
SMP Harapan tidak lagi tergenang air seperti biasanya. Lubang-lubang biopori
yang dibuat para siswa berhasil membantu menyerap air dengan baik.
Pak Andi merasa sangat bangga dan berterima kasih kepada Pak
Ichsan dan para siswa. "Kalian telah melakukan sesuatu yang luar biasa
untuk sekolah ini," katanya dalam upacara bendera hari Senin.
Sejak saat itu, lubang biopori menjadi proyek rutin di SMP
Harapan, dan para siswa merasa bangga bisa berkontribusi menjaga lingkungan
sekolah mereka. Randy, yang menjadi salah satu penggerak utama, merasa senang
karena upayanya membantu sekolah telah membuahkan hasil yang nyata. Ia juga
berkomitmen untuk terus mengawasi dan merawat lubang biopori yang telah dibuat,
serta mengajak teman-temannya untuk terus peduli pada lingkungan.
Melihat dampak positif dari proyek tersebut, Randy pun
terinspirasi untuk mengusulkan kegiatan serupa di lingkungan tempat tinggalnya.
Dengan dukungan dari keluarganya, ia berencana untuk mengadakan sosialisasi
tentang pentingnya lubang biopori kepada tetangga-tetangganya. Randy yakin,
dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, masalah banjir dapat diatasi,
dan lingkungan akan menjadi lebih sehat.