oleh Jodhi Yudono
feat Noorca Massardi, Rayni N Massardi, Joshua Igho, Wage Tegoeh Wijono, Agung Tri Nugroho, Heri Prasetyo, Rumah Balada Indonesia (RBI) Solo
***
Rabu malam (14/02/2018) Solo diguyur gerimis kecil. Udaranya cukup dingin. Dengan segelas cokelat panas, suasana bakal jadi romantis. Tapi, ada hajatan di Balai Sudjatmoko malam itu yang tak kalah romantisnya.
Konser Nyanyian Puisi dihelat di ruangan balai yang tak cukup luas. Dengan tema "Cerita Buat Lila", acara tersebut menarik sekitar 50-an para penikmat seni. Saya salah satu di antara mereka, duduk lesehan berdekatan satu sama lain.
Lila. Saya penasaran siapa pemilik nama itu. Biasanya sebuah nama yang dipakai dalam acara seni budaya memiliki makna dan rujukan tertentu.
"Cerita Buat Lila". Lila ternyata adalah nama istri sang penampil utama, Jodhi Yudono. Sayangnya, sang istri telah meninggal setahun yang lalu, tepat pada bulan Februari. Konser ini boleh dibilang didedikasikan untuk mendiang istrinya.
"Judulnya Cerita Buat Lila," kata Jodhi Yudono dalam pengantarnya. "Besok 16 Februari itu tepat satu tahun kepergian istri saya, Lila. Violi Lila. Jadi, semua lagu-lagu ini saya persembahkan buat dia.
"Cerita Buat Lila itu sendiri adalah satu puisi yang kemudian saya bikin lagu yang dulu kalau menjelang tidur biasa saya nyanyikan buat dia, sampai kami tertidur sendiri. Mudah-mudahan dia juga tertidur dengan tenang.
"Genap satu tahun, rupanya dia nggak pergi-pergi juga dari pikiran dan hati saya."
#hikshiks
Mengetahui fakta tersebut, perasaan haru menelusup di hati saya. Betapa bahagianya jika kita meninggal nanti, seseorang yang mencintai kita terus mengenang, mengekalkan kita dalam kehidupannya.
Berikut ini kutipan bait puisi/lagu Cerita Buat Lila.
Kukejar bayangmu, duhai kekasih
Kuikuti jejakmu, duhai cinta
Di antara pasir dan desir angin
Pada terang siang dan gelap malam
Dalam acara ini ada pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Saya menikmati pembacaan puisi yang dilakukan oleh para penyairnya. Dan saya lebih menikmati musikalisasi puisi oleh Jodhi Yudono dan seniman lainnya.
Irama musiknya tak melulu melankolis. Ada irama yang agak menghentak juga. Membuat penonton ikut mengangguk-anggukkan kepala atau mengetuk-ngetukkan tangan.
Jodhi Yudono menyanyikan beberapa puisi. Ada satu yang sangat berkesan bagi saya. Saya hanyut dalam lirik puisinya, nada lagunya, dentingan piano, serta petikan gitar dan gesekan biola. Saya tak tahu judulnya.
Berikut ini larik puisi yang saya maksud.
Kekasih itu hanya memberi tanpa meminta
Seperti hujan yang mengairi sungai
Berikut ini link youtube rekaman videonya via youtube
Dalam acara ini ada pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Saya menikmati pembacaan puisi yang dilakukan oleh para penyairnya. Dan saya lebih menikmati musikalisasi puisi oleh Jodhi Yudono dan seniman lainnya.
Irama musiknya tak melulu melankolis. Ada irama yang agak menghentak juga. Membuat penonton ikut mengangguk-anggukkan kepala atau mengetuk-ngetukkan tangan.
Jodhi Yudono menyanyikan beberapa puisi. Ada satu yang sangat berkesan bagi saya. Saya hanyut dalam lirik puisinya, nada lagunya, dentingan piano, serta petikan gitar dan gesekan biola. Saya tak tahu judulnya.
Berikut ini larik puisi yang saya maksud.
Kekasih itu hanya memberi tanpa meminta
Seperti hujan yang mengairi sungai
Seperti sungai genangi laut
Seperti laut tumbuhkan awan
Seperti awan yang menjatuhkan hujan
Kekasih adalah matahari, sinari jiwaku
Kekasih adalah matahari, sinari jiwaku
Kekasih adalah serupa embun pagi
Kekasih adalah rumpun bambu lahirkan simfoni alam
Nyanyian puisi yang tak pernah henti
Kauberi daku semangat hidup
Kauberi daku semangat hidup
Kau bagai arus sungai yang takkan pernah kering
Sempurna hidupku...
Berikut ini link youtube rekaman videonya via youtube