Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Monday, July 22, 2019

Review Film Hindi Medium (2017)


Pendidikan kembali menjadi sorot utama dalam film India ini. Hindi Medium mengikuti jejak 3 Idiots dalam membuka lebar borok sistem pendidikan. Jika 3 Idiots mengobok2 sistem pendidikan di perguruan tinggi, Hindi Medium menyingkap permasalahan di sekolah dasar.

Raj (Irfaan Khan) dan Mita (Saba Qamar) adalah pasangan suami istri yang menginginkan anaknya, Pia (Dishita Shegal), masuk ke sekolah elit di India. Untuk bisa masuk ke sekolah-sekolah "favorit" tersebut, Raj dan Mita --serta sebagian besar orang tua yang memiliki tujuan yang sama-- memasukkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar agar bisa lulus tes masuk sekolah.

Pia setiap hari harus mengikuti bimbingan dengan program belajar yang padat. Tak terkecuali Raj dan Mita juga harus mengikuti pelatihan wawancara.

Muncul masalah ketika dari 5 sekolah elit, Pia tidak lulus tes masuk satu pun. Raj dan Mita pun melakukan apa saja agar Pia bisa masuk ke sekolah idaman (orangtua)nya tersebut. Termasuk cara-cara tidak jujur yang sudah menjadi semacam rahasia yang dilazimi.

Soal bimbingan belajar tes masuk sekolah itu saya ingat novel Chetan Bhagat yang berjudul Revolusi 2020. Dalam novel tersebut, penulis menggambarkan bagaimana para calon mahasiswa harus mengikuti bimbingan belajar di lembaga terbaik agar diterima di perguruan tinggi terbaik.

Untuk bisa masuk ke dalam lembaga bimbingan terbaik itupun, calon mahasiswa berotak pas-pasan harus mengikuti bimbingan belajar khusus. Jadi mereka mengikuti bimbingan belajar agar dapat masuk ke dalam binbingan belajar terbaik agar kelak bisa lulus tes masuk perguruan tinggi terbaik.


Perfilman India patut diacungi jempol dalam hal muatan kritik dan pesan moral, yang dalam film Hindi Medium kritik dan pesan itu ditujukan pada sistem pendidikan.

Meski membawa misi yang berat, film ini cukul ringan untuk dinikmati. Paradoks dan satir pada beberapa adegan bakal mampu mengundang senyum. Ditambah akting para pemainnya yang sudah tak diragukan lagi kualitasnya.

***
HINDI MEDIUM
83


Review Film Dunkirk (2017)


Saya masih belum tahu bagaimana melafalkan judul film yang menjadi box office tahun ini.
Film yang disutradari oleh Christopher Nolan ini adalah jenis film yang selayaknya ditonton di bioskop dengan layar lebar dan sound system yang menggelegar.

Dunkirk mengambil setting Perang Dunia II ketika Jerman begitu digdaya. Sepasukan besar tentara Sekutu terkepung di Dunkirk. Mereka dengan mudah bisa dihancurkan oleh tentara Jerman. Satu-satunya pilihan bagi ribuan tentara Sekutu itu ialah bertahan hidup dan bisa pulang melalui jalur laut --di mana di atas lautan pesawat terbang Jerman sewaktu-waktu bisa memborbardir dan kapal selam Jerman sewaktu-waktu bisa meluncurkan roket bawah air.


Dunkirk adalah tentang bertahan hidup. Tentang keinginan untuk pulang. Dan tentang orang-orang yang peduli dengan nasib para tentara yang mengenaskan itu.

Sinematografi film ini sangat apik. Kita bisa merasa tersedot ke dalam ketegangan yang panjang pada sebuah peristiwa perang yang mencekam. Ditambah musik latar garapan Hans Zimmer yang seakan-akan menghentak-hentak jantung kita agar berdetak semakin kencang.

Dengan efek visual yang minim, sang sutradara benar-benar menampilkan totalitas dalam proses pembuatan film. Kabarnya sebuah pesawat benar-benar diledakkan dalam proses syutingnya.

Film yang berdurasi 106 menit ini terasa sangat singkat. Nyaris tak ada scene film yang patut dilewatkan. Ketegangan mewarnai keseluruhan film. Dan ketika film usai, pikiran dan perasaan terasa masih belum beranjak dari kesan ketegangan yang ditimbulkan film ini.

Dunkirk adalah film terbaik yang pernah saya tonton selama tahun 2017.

***
DUNKIRK (2017)
Nilai: 9



Review Film Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2018)



Guardian of the Galaxy (GOTG) vol. 2 adalah film hura-hura yang menyenangkan. Kita tak perlu repot-repot memikirkan alur ceritanya yang sederhana. Bahkan, pertarungan klimaksnya tak terlalu nendang dan tak berkesan sama sekali.

GOTG penuh dengan aksi pertarungan dengan senjata-senjata laser di luar angkasa. Mengingatkan kita pada Star Wars. Yang khas dari GOTG ialah joke-nya ringan tapi intens. Membuat film ini terasa sangat menghibur.

Dengan anggota baru, lengkaplah sudah GOTG menjadi kumpulan orang-orang aneh dengan karakter yang unik dan terkesan mengada-ada? Maklum, namanya juga alien.



Yang menjadi bintang dalam GOTG vol. 2 bagi saya ialah Baby Groot. Groot pada vol. 1 hancur karena melindungi teman-temannya, pada vol. 2 ini tumbuh kembali dari sebatang ranting hingga seusia "anak balita". Setiap penampilan Baby Groot selalu mengundang senyum dan tawa. Good Boy, Groot.

Setelah menonton film ini saya sempat punya keinginan untuk memiliki boneka Baby Groot. Dan hal itu tidak kesampaian hingga kini karena ternyata harganya cukup mahal.
.

***
GUARDIANS OF THE GALAXY Vol. 2
Nilai: 78



Review Film Thor Ragnarok (2017)


Melihat poster film Thor: Ragnarok yang kinclong mencolok mata, saya langsung teringat Guardians of the Galaxy vol 2. Setelah menonton Thor: Ragnarok, ternyata apa yang terlihat identik dengan GOTG vol 2 tidak hanya pada posternya. Alien-aliennya, pesawat luar angkasanya, perang di planet antah berantah, dan terutama lelucon-leluconnya membuat film GOTG kembali terbayang.


GOTG vol. 2 bukan film superhero yang serius, tapi film yang berisi kumpulan karakter aneh dengan lelucon yang segar dan menyenangkan. Thor, seperti meniru habis-habisan. Tokoh Thor yang pada dua film sebelumnya terlihat cool, di seri ketiga ini terlihat konyol dengan guyonan-guyonannya. Memang dengan humor demikian, film Thor menjadi menghibur. Plotnya tidak ada yang spesial. Karakter antagonisnya lemah. Tidak ada emosi pada karakternya.

Dan yang sangat saya sayangkan, tokoh Loki menjadi lembek. Loki adalah penjahat yang unik dengan senyum seringai yang khas. Kelicikan, sikap egois, dan narsistiknya menjadi kekuatan karakternya. Dalam Thor: Ragnarok, Loki kehilangan kekuatannya. Ia menjadi sekadar tokoh pelengkap banyolan-banyolan si Dewa Palu itu.




Film Thor: Ragnarok bagus dalam visual dan humor --meski saya lebih suka dua seri sebelumnya yang lebih terasa serius. Terdapat karakter-karakter unik yang menyegarkan, misalnya Korg, makhluk batu yang polos dan naif.

Film ini payah dalam plot cerita dan aksi yang kurang seru. Dan tentunya, karakter Loki --sang penjahat licik dengan senyum seringai yang khas itu-- yang berubah menjadi lembek membuat film ini semakin lemah.

-----
THOR: RAGNAROK
Nilai: 75



Jangan Jadikan Buku Paket sebagai Satu-satunya Sumber


Selama ini buku paket mata pelajaran didudukkan selayaknya "kitab suci" bagi umat pendidikan. Buku paket dijadikan satu-satunya rujukan, satu-satunya sumber kebenaran dan sumber ilmu.

Buku paket yang tebal --semakin ke sini semakin tebal saja-- dengan bahasa kaku yang menjemukan menjadi sajian utama para siswa. Guru menyajikannya, siswa menyantapnya.


Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar adalah ketinggalan zaman. Sumber belajar sungguh melimpah dan --dengan bantuan teknologi-- relatif mudah dijangkau.

Buku-buku umum yang popular, yang berbentuk ensiklopedi, komik, ataupun novel bisa dijadikan sumber belajar. Selain buku, alam sekitar menyediakan sumber belajar yang seakan tiada habisnya. Jaringan internet juga menawarkan beragam sajian digital yang dengan mudah bisa diakses, bahkan oleh murid SD sekalipun.

Dalam menggunakan sumber belajar itu memang diperlukan seorang guru sebagai pembimbing agar sumber belajar yang digunakan tepat guna.

Berikut ini sebuah kelas pembelajaran alternatif yang bisa dicoba. Setelah menjelaskan kompetensi yang hendak dicapai, guru memfasilitasi siswa untuk mencari dan menemukan sumber belajar masing-masing (atau secara berkelompok). Guru membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat menggunakan sumber belajar secara optimal. (Hal ini tentu saja memerlukan waktu sehingga siswa perlu melakukannya di luar sekolah.)

Dalam pembelajaran di kelas, para siswa (secara berkelompok) bisa mempresentasikan sumber belajarnya kepada teman-temannya dan menjelaskan apa yang dapat dipelajari dari sumber belajar tersebut. Dengan demikian, siswa akan memiliki wawasan dan pegetahuan yang luas terkait kompetensi yang dipelajarinya.

Saya ambil contoh dalam pembelajaran puisi. Siswa bisa diminta mencari sumber-sumber belajar yang tersedia, di antaranya:
  • buku-buku kumpulan puisi
  • puisi-puisi dari majalah dan koran
  • puisi-puisi dari internet
  • pentas pembacaan puisi
  • video rekaman pembacaan puisi dari internet
  • video rekaman pembacaan puisi oleh anak kecil dan orang dewasa.
  • hasil wawancara dengan penulis puisi
  • acara penganugerahan penghargaan penyair
  • lomba penulisan dan pembacaan puisi
  • lirik lagu (yang bentuknya seperti puisi)
  • film atau animasi yang membahas puisi

Dan masih banyak sumber belajar lainnya. Ketika di kelas, sumber belajar tersebut dipresentasikan dan dibahas untuk menggali ilmu di dalamnya yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Jadi, kita bisa menggunakan belajar dari banyak sumber. Buku paket hanyalah salah satunya. Kita harus bisa memanfaatkan alam sekitar dan teknologi secara maksimal sebagai sumber belajar.


***
Sukoharjo, 6 Mei 2019