Seorang kulit putih menyanyi rap? Adalah sebuah keganjilan jika ada orang kulit putih yang terjun dalam dunia musik dan memilih rap atau hip-hop sebagai aliran musik yang digelutinya. Ialah Eminem, seorang penyanyi rap terkenal dari Amerika. Dia berkulit putih, dan karena hal itu ia diremehkan saat ikut “main lumpur” dalam dunia rap. Namun, akhirnya Eminem menjadi penyanyi rap paling terkenal.
Dahulu aku sangat suka lagu-lagu Eminem. Untuk menggambarkan mengapa aku suka lagu-lagunya Eminem, aku kutipkan tulisan seorang penggemar Eminem di blognya http://hereshetalks.blogspot.com, “Ada kedalaman makna yang sangat menyentuh dari semua lagu-lagunya, bagaimana ia bercerita mengenai kehidupannya, mengenai pesan untuk anak muda, bagaimana ia mencintai anaknya Hailie Jade Mathers. Ia dapat menyentuh fans lewat tiap baris lirik, mengajak mereka berpikir mengenai kehidupan, kesetaraan, cinta, melawan kekerasan, menghargai persahabatan persaudaraan, dan kepercayaan, mengajak menjauhi obat-obatan terlarang, mengenal kerasnya dunia penuh publisitas yang sama sekali tidak menyenangkan.
“Dalam lagu "Stan", ia menceritakan ketergila-gilaan seorang fans pada dirinya, dan betapa sulitnya menjadi figur bagi komunitas remaja yang sebagian besar bermasalah. Lewat lagu "Beautiful", ia mengajak semua fansnya untuk mensyukuri semua yang diberikan Tuhan pada kita, untuk tidak menghakimi seseorang karena kita tak tahu apa yang ia jalani. "Mockingbird" menceritakan kecintaannya yang mendalam pada putrinya, lucu namun mengagumkan cara ia menggambarkannya. Dan tahukah Anda bahwa ia menulis lagu "Mosh", yang berisi kritik mengenai perang Irak?”
Dulu aku sering mendengarkan dan menyanyikan lagu rap dengan bergaya layaknya seorang penyanyi rapper. Sampai-sampai ada teman sekerjaku yang kadang mengejekku karena sering bergaya kayak rapper. Kau tahulah, musik rap bukanlah jenis musik yang banyak penggemarnya. Oya, aku juga suka musik RnB yang enak banget buat dugem (kayaknya sih begitu). Mendengarkannya bisa membuat kepala mengangguk-angguk.
Setelah aku keluar –atau dikeluarkan– dari perusahaan, aku mulai suka dengan lagu-lagu pop yang cengeng yang dulu sering ditayangkan di MTV. Menjadi pengangguran membuat diriku sering bersantai setiap pagi sambil menonton televisi. Kalau pagi jam 10 sampai jam 12 ada acara MTV Ampuh. Karena seringnya menonton, akhirnya aku jadi suka lagu pop juga. Padahal, sebelumnya aku tidak suka, bahkan benci dengan lagu pop yang kebanyakan cengeng dan lebay itu.
Aku mulai ditarik ke jalan yang benar (berarti sebelumnya tersesat ya?) oleh seorang ustadz untuk ikut mengaji. Mengaji secara rutin seminggu sekali. Setelah beberapa lama ikut mengaji aku mulai suka dengan nasyid. Saat itu grup nasyid yang sedang terkenal seperti Raihan, Saujana, Izzis, Shoutul Harokah, … (apalagi ya, aku lupa). Jadilah aku penggemar nasyid.
Tak hanya menyanyi untuk dinikmati sendiri saja, aku bersama kawan-kawan beberapa kali tampil menyanyikan nasyid dalam acara-acara tertentu. Memang tidak terkenal, tapi setidaknya sudah “memiliki nama” di tingkat kecamatan. Namun, karena personilnya banyak yang kemudian sibuk, akhirnya matilah grup nasyid itu.
Setelah itu aku mulai suka dengan nasyid berbahasa Arab yang tanpa iringan musik. Biasanya nasyid jenis ini berirama menghentak dan mengobarkan semangat. Aku merasa heran, meskipun tanpa iringan musik, nasyid seperti ini terasa enak didengar.
Semakin lama, kesenanganku pada musik mulai luntur. Jangan kau tanya tentang musik pop jaman sekarang, aku sudah membuangnya jauh-jauh. Lalu aku mulai bisa menikmati lantunan murottal Al-Quran. Pasti kau tahu Muhammad Thaha Junaid, seorang anak dengan suara yang indah saat melantunkan ayat-ayat suci. Semakin lama aku semakin tenggelam dalam lantunan murottal yang ternyata lebih indah, lebih enak didengar, lebih merdu, dan lebih menenteramkan daripada musik rap, pop, atau nasyid.
Akhir-akhir ini, aku suka dengan lantunan suara Fahd al-Kanderi. Suaranya indah, irama qira’ahnya merdu sekali. Iramanya sangat enak untuk didengarkan atau diikuti sebagai hafalan. Jika kau belum pernah mendengar murottalnya, cobalah search di internet dan dengarkan. Maka, ketika mendengarkan lantunan ayat-ayat suci yang merdu dan menggetarkan itu seolah-olah semua masalah hilang.
Begitulah, fase perjalanan selera musikku. Mulai dari rap, hip-hop, RnB, pop, nasyid. Hingga sekarang, aku telah menemukan suara yang lebih indah, lebih merdu, dan lebih menenteramkan hati daripada segala jenis musik. Itulah suara lantunan ayat-ayat suci. Jika saat ini kau masih suka mendengarkan musik, aku member petuah berharga kepadamu (hadeuh, lagaknya kayak orang tua nih), “Tinggalkanlah musik itu. Carilah kenikmatan dalam lantunan ayat-ayat suci.”
Sebelum aku akhiri tulisan ini, aku sampaikan bahwa aku menulis ini karena ada seorang kawan yang bertanya kepadaku, apakah aku bisa menyanyi nasyid. Mendapat pertanyaan seperti itu, kenanganku langsung terbang pada masa lalu terkait dengan musik-musik kegemaranku. Maka, aku katakan sekarang, “Aku sudah tidak menyanyi lagi.”
Demikianlah.
*Sukoharjo, 11 Februari 2013
0 komentar:
Post a Comment