Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Sunday, December 20, 2015

Aku adalah Lelaki Sederhana yang Mudah Bahagia oleh Hal-hal yang Sederhana

Aku adalah Lelaki Sederhana yang Mudah Bahagia oleh Hal-hal yang Sederhana
Sebuah hikmah mengajarkan: Bahagia itu sederhana.

Namun, seringkali orang-orang hanya menjadikannya penghias bibir. Kenyataannya, banyak orang masih bertanya-tanya. Mengapa hidup begitu susah? Mengapa masalah selalu datang? Mengapa selalu saja ada musibah? Mengapa begini, mengapa begitu?

Bahagia itu memang sederhana jika kita bisa memahami lalu meresapi lalu menyatu dalam ungkapan itu. Yang menjadikan orang tidak bahagia biasanya adalah masalah yang menghimpit, musibah yang menerjang, tujuan yang taktercapai, usaha yang gagal, pandangan negatif orang lain, lingkungan yang taknyaman, dan situasi kondisi yang tak mengenakkan lainnya.

Jika kita mau memahami hukum kehidupan ini, segala kesusahan dan penderitaan tak akan menjadi beban yang membelenggu lagi. Hukum kehidupan itu ialah bahwa segala hal yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan. Dan kunci kebahagiaan adalah ridha terhadap takdir, menerima apa yang terjadi, bersabar atas segala kesulitan, seraya berusaha menghilangkan kesusahan itu dan berdoa kepada Tuhan agar diberi kelancaran, lalu bertawakkal kepada-Nya.

Ya, ampun, kata-kataku bagus banget sih. Ketularan Mar** Teg**. Aku jadi gimana gitu. #Skip

Lanjut...
Aku berusaha mencari kebahagiaan dalam setiap kondisi, setiap situasi, peristiwa, keadaan alam.


Pagi hari, segelas kopi hitam bisa membuatku bahagia. Sebanyak apapun pekerjaan menanti, saat kopi hitam tersaji (maksudku, aku sendiri yang menyajikannya), semua seolah-olah berhenti. Ini waktunya ngopi, kataku. Aku pun menyeruput kopi hitam pahitku dengan perlahan, sruupuuuttttt......ahhh...... Dan semua masalah, semua pekerjaan buyar, hilang seketika. Ini waktunya ngopi, waktu untuk menikmati hidup. Aku pun bahagia. 

Kopi hitam dan buku di pagi hari.
Kopi hitam, buku, dan laptop
Di sekolah, aku melihat anak-anak bercanda, tersenyum, dan tertawa. Mereka berteriak, berlarian, melompat-lompat. Mereka tersenyum dengan sepenuh hati, tertawa sepenuh riang. Batinku berkata, mereka lucu-lucu dan polos-polos. Lalu aku pun tersenyum melihat tingkah mereka. Aku pun bahagia.

Seusai jam kerja, aku pulang mengendarai sepeda motor perlahan-lahan. Melewati areal persawahan. Para petani tampak sibuk menggarap sawahnya. Menanam padi, memupuk, menyiangi rumput, menunggui padi agar tak dimakan burung, memanennya saat sudah menguning. Itulah kehidupan para petani di desa. Dan aku merasa bahagia dan tenteram menyaksikannya. 

Awan di atas sekolah
Hamparan padi laksana permadani hijau
Langit pun masih bermurah hati menyajikan keajaiban alam yang memesona. Langit membiru cerah. Awan putih bergerombol dan berarak. Menjadi atap terindah bagi permadani hijau di bawahnya. Aku berpikir, sungguh langit dan awan ini tercipta tidak sia-sia. Ada pelajaran bagi orang-orang yang mau berpikir. Lalu, aku pun teringat pelajaran IPA saat SD tentang air di bumi yang menguap kemudian naik dan bertahta di langit, bertransformasi menjadi awan yang akan menurunkan hujan. Sungguh, keajaiban ini semakin menambah keindahannya.

Dan pikiran polosku berimajinasi, awan-awan putih yang berarak itu serasa seperti sebuah ranjang yang empuk. Aku membayangkan meloncat-loncat di atasnya, dan awan itu melambungkan tubuhku. Dan aku ingin memeluk benda yang terlihat putih dan lembut itu. Tentu saja itu imajinasi liar yang takkan terjadi. Namun, dengan melihatnya, timbul rasa tenang di dalam hati dan tenteram di dalam jiwa.


Aku pun bahagia.

Jalan pulang
Iya, aku lelaki sederhana yang mudah bahagia oleh hal-hal yang sederhana semacam itu. Hidup terlalu singkat untuk tak menikmati setiap momen, setiap peristiwa, setiap pengalaman, setiap apa yang terlihat, terdengar, terlintas. Hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dalam kepedihan musibah dan kegundahan masalah.

Bahagia itu sederhana. Sesederhana kesenangan hati saat melihat anak kecil berlarian dan tertawa. Sesederhana ketenangan hati saat menyaksikan para petani mengolah sawah dan merawat padinya. Sesederhana ketenteraman jiwa saat memandang awan putih yang berarak di langit biru yang cerah.


***
Sukoharjo, 20 Desember 2015



~ Keindahan yang sayang untuk tak diabadikan ~



 
 
 
 
 
 


1 komentar:

  1. Ya begitulah, kebahagiaan seharusnya hadir dg cara-cara yg sederhana.

    ReplyDelete