Sumber gambar: banjarmasin.tribunnews.com |
“Jenderal Perang dan Penjual Parfum,” demikian judul cerita yang saya bawakan di depan para siswa. “Pada dahulu kala,” aroma dongengnya mulai terassa, “di negeri China ada seorang jenderal perang yang sangat hebat.”
Saya pun mengisahkan sebuah cerita dari daratan negeri China. Orang menyukai cerita. Sebuah teori akan menarik jika disampaikan dengan cerita. Pun dengan nasehat, saran, atau motivasi akan membekas jika disampaikan dalam bentuk kisah yang menarik.
Saya pernah mendengarkan kisah berjudul “Jenderal Perang dan Penjual Parfum” dari audiobook Andrie Wongso. Dalam audiobook tersebut, Andrie Wongso membawakan beberapa kisah China klasik yang sarat amanat. Saya menceritakan kisah-kisah tersebut dengan penyesuaian.
Dalam “Jenderal Perang dan Penjual Parfum”, dikisahkan ada seorang jenderal perang yang ahli memanah. Keahlian memanahnya sudah terkenal seantero negeri. Di depan kelas, saya memeragakan pose memanah dengan menggunakan kemoceng sebagai busur panah dan sapu sebagai anak panah. Saya tarik anak panah (sapu) kuat-kuat. Kemudian saya lepaskan. Anak panah melesat menuju salah seorang siswa. Bayangkanlah sendiri bagaimana kejadiannya.
Sang jenderal dielu-elukan para penduduk karena keahlian memanahnya membuatnya sellau unggul di medan perang. Namun, ada seorang kakek penjual parfum yang menganggap keahlian memanah sang jenderal biasa-biasa saja. Orang-orang terheran-heran, bagaimana mungkin seorang kakek tua yang setiap hari pekerjaannya menjual parfum mengatakan bahwa keahlian memanah sang jenderal tidak istimewa.
Si kakek menjelaskan bahwa sang jenderal pandai memanah karena setiap hari hal itu yang dilakukannya. Setiap hari jenderal itu memanah sehingga wajar jika ia ahli memanah. Kemudian si kakek mengatakan bahwa ia juga punya keahlian tersendiri yaitu memasukkan parfum ke dalam botol-botol kecil tanpa ada yang tumpah.
Orang-orang meminta si kakek memeragakan keahliannya memasukkan parfum ke dalam botol yang lubangnya sangat kecil. Si kakek pun memeragakan keahliannya. Saya memeragakan adegan tersebut dengan mengambil sebuah botol air mineral sebagai wadah parfum besar dan sebuah spidol sebagai botol parfum kecil. Saya (seolah-olah) menuangkan parfum dari botol besar ke botol kecil.
Si kakek berhasil menuangkan parfum ke dalam botol-botol kecil tanpa ada setetes pun yang tumpah. Orang-orang pun memberikan tepuk tangan dan pujian kepada si kakek.
Sampai di sini, para siswa sudah bisa mengambil amanat cerita. Kemudian saya memepertegasnya dengan mengatakan, “Di akhir cerita, seorang jenderal yang setiap hari memanah, ia akan menjadi ahli dalam memanah. Seorang kakek yang setiap hari pekerjaannya menuangkan parfum, ia akan ahli dalam menuangkan parfum ke dalam botol kecil. Seorang pemain sepakbola yang setiap hari berlatih, ia akan menjadi pemain yang hebat. Seorang pelajar yang setiap hari belajar, ia kan pandai dalam pelajaran.”
Dengan bercerita, pesan dan amanat akan mudah ditangkap. Pesan dan amanat tersebut juga akan lebih berkesan dalam hati dan pikiran siswa.
Cerita-cerita bisa didapatkan di berbagai media: buku cerita, majalah, internet, dongeng yang pernah didengar, film, audiobook, dll. Dengan demikian, harapannya proses pendidikan menjadi menyenangkan bagi siswa.
***
Yogyakarta, 10 September 2016
0 komentar:
Post a Comment