Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Saturday, February 22, 2014

Drama: Asal-Usul Kota Sukoharjo


BABAK I
 

Narator
Tersebutlah kisah bahwa Sri Susuhunan Paku Buwono II ingin memindahkah keraton dari Kartasura. Setelah bermusyawarah dengan para sesepuh, akhirnya Sri Susuhunan Paku Buwono II memerintahkan Pangeran Wijil untuk mencari daerah baru yang cocok dijadikan lokasi keraton.

(Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna duduk takzim di pasowanan. Sri Susuhunan Paku Buwono II datang bersama Kyai Tohjaya dan Kyai Yosodipura. Mereka diiringi dua dayang yang membawa kipas. Sri Susuhunan Paku Buwono II duduk di kursi, sedangkan kedua dayang berdiri di samping kiri kanan mengipasi Sang Sultan. Kyai Tohjaya dan Kyai Yosodipura duduk di sebelah kanan kiri Sri Susuhunan.)

Sri Susuhunan: 

Hai, Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna. Kalian ingsun hadapkan kemari karena ingsun mau memberikan tugas kepada kalian.

Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tirtawiguna: 

Sendika dhawuh, Gusti!

Sri Susuhunan: 

Pangeran Wijil, ingsun bersama para sesepuh sudah sepakat untuk memindahkan keraton kita di Kartasura ini karena keraton kita ini sedang ada kisruh. Demikian to, Kyai Tohjaya?

Kyai Tohjaya: 

Inggih, Kanjeng Gusti!

Sri Susuhunan: 

Menurut ingsun, tempat yang baru itu haruslah sukoraharjo, yaitu tempat yang bisa membuat rakyat kita semakin sejahtera. Demikian to, Kyai Yosodipura?

Kyai Tohjaya: 

Inggih, Gusti! Suko itu artinya papan panggenan, tempat. Raharjo artinya kesejahteraan.

Sri Susuhunan: 

Yang bisa mengemban tugas berat ini adalah kamu, Pangeran Wijil, bersama kedua Tumenggung andalanmu ini. Pangeran Wijil, segera laksanakan tugas dan segera laporkan hasilnya!

Pangeran Wijil:

Inggih, Gusti Susuhunan!

Sri Susuhunan: 

Baiklah, sudah cukup ingsun memberikan tugas. Laksanakan dengan sebaik-baiknya!


BABAK II

Narator:

Sebagai seorang ksatria atau prajurit, Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna segera melaksanakan tugas. Mereka berjalan mencari daerah baru hingga sampailah di tepi sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo sedang banjir sehingga mereka tidak bisa menyeberangi sungai untuk meneruskan perjalanan.

(Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna berjalan beriringan. Di depan ada Sungai Bengawan Solo yang sedang meluap airnya sehingga mereka berhenti.)

Pangeran Wijil: 

We, lhadalah.... Kepiye iki, Tumenggung! Bengawan Solo banjir. Kita tidak bisa menyeberanginya.

T. Honggowongso:

Iya, Pangeran. Bengawan Solo banjir. Padahal, kita harus menyeberang ke sana untuk survei tempat. Bagaimana ini, Pangeran?

Pangeran Wijil: 

Wah... Lha kalau begini apa kita harus menunggu banjirnya surut? Ada usul, Tumenggung Tirtawiguna?

T. Tirtawiguna: 

Tenang, Pangeran. Sekarang ini kan jaman sudah maju. Untuk survei tempat ke sana kita tidak perlu harus menyeberang sungai.

T. Honggowongso: 

Bagaimana caranya?

T. Tirtawiguna: 

Kita melihat peta saja. Dengan melihat peta kita nanti bisa tahu daerah mana yang cocok untuk tempat keraton yang baru.

Pangeran Wijil: 

Peta? Kamu membawa peta, Tumenggung?

T. Tirtawiguna: 

Lha, itu dia... Tidak!

T. Honggowongso: 

Halah... kamu ini, bagaimana, to?

T. Tirtawiguna: 

Sebentar... sebentar... sebentar... Tenang saja!
Saya ambilkan dulu peralatan saya.

(Tumenggung Tirtawiguna merogoh ke dalam tas dan mengeluarkan tablet)
T. Tirtawiguna: 

Lha, ini dia! (sambil mengangkat tablet)

Pangeran Wijil: 

Lho..lho...lho... Apa ini, Tumenggung?

T. Tirtawiguna: 

Ini namanya tablet, Pangeran. Ini produk terbaru. Merk terkenal. Merk-nya GAPLE.

T. Honggowongso: 

Woah, bagus banget, ya! Trus, fungsinya untuk apa?

T. Tirtawiguna: 

Woalah, kamu ini ndeso. Ketinggalan jaman. Di dalam tablet ini ada petanya. Coba lihat ini. (Mengoperasikan tablet dengan menyentuh layarnya.)

T. Honggowongso:

 Iya..ya... ada petanya.

T. Tirtawiguna:

Ini yang meliuk-liuk seperti ular ini Sungai Bengawan Solo. Berarti kita di sini. Di seberang sana ada daerah yang luas, yang akan kita survei tadi.

Pangeran Wijil: 

Iya, ini daerah yang luas ini cocok untuk keraton kita. Di sini untuk alun-alunnya. Sini alun-alun utara, sini alun-alun selatan.

T. Honggowongso: 

Oh, iya. Berarti kalau di situ alun-alunnya, tempat untuk para istri raja di sini.

T. Tirtawiguna: 

Iya, benar! Di situ cocok untuk tempat para selir. Nanti kita namakan Seliran. Lha, tempat untuk membuat senjata di mana?

Pangeran Wijil:

Tempat untuk membuat senjata di daerah utara saja. Nanti kita tempat para pande (empu yang membuat senjata) di daerah situ.

T. Honggowongso: 

Nanti daerahnya kita namakan Pandean. Berarti yang sebelah Timur sini, cocoknya untuk para mranggi (empu yang membuat keris).

Pangeran Wijil: 

Tempatnya kita namakan Mranggen.

T. Tirtawiguna: 

Cucok, Pangeran. Sri Susuhunan kan punya ingon-ingon gajah. Kita tempatkan di mana?

Pangeran Wijil: 

Ingon-ingon gajah kita tempatkan di sebelah Selatan. Nanti kita namakan Begajah.

T. Honggowongso: 

Berarti tugas kita sudah beres, Pengeran.

Pangeran Wijil: 

Iya, kalau begitu sekarang kita melapor kepada Sri Susuhunan.


BABAK III
 

Narator: 
Setelah selesai menjalankan tugas, yaitu mendapatkan daerah baru untuk lokasi keraton, Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna menghadap Sri Susuhunan Paku Buwono II untuk melaporkan tugas.

(Sri Susuhunan Paku Buwono II datang bersama Kyai Tohjaya dan Kyai Yosodipura. Mereka diiringi dua dayang yang membawa kipas. Sri Susuhunan Paku Buwono II duduk di kursi, sedangkan kedua dayang berdiri di samping kiri kanan mengipasi Sang Sultan. Kyai Tohjaya dan Kyai Yosodipura duduk di sebelah kanan kiri Sri Susuhunan. Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna datang, kemudian menghadap Sri Susuhunan)

Pangeran Wijil: 

Lapor, Gusti! Tugas yang Gusti Susuhunan amanahkan sudah kami laksanakan.

Sri Susuhunan: 

Bagaimana hasilnya, Pangeran Wijil?

Pangeran Wijil: 

Kami sudah mendapatkan sukoraharjo, yaitu tempat yang mendatangkan kesejahteraan. Kami sudah mendapatkan lokasi untuk bangunan keraton, dan alun-alun. Untuk para selir di sebelah Barat, nanti kita namakan Seliran.Untuk para pembuat senjata (pande) di sebelah Utara, nanti kita namakan Pandean. Untuk para pembuat keris (mranggi) di sebelah Timur, nanti kita namakan Mranggen.

Sri Susuhunan: 

Bagus, Pangeran Wijil. Kamu bersama kedua tumenggung sudah melaksanakan tugas dengan baik.
(Menoleh kepada Kyai Tohjaya)
Bagaimana menurutmu, Kyai Tohjaya?

Kyai Tohjaya: 

Tempat yang diusulkan oleh Pangeran Wijil memang tepat, Gusti. Saya setuju.

Sri Susuhunan: 

Bagaimana dengan pendapatmu, Kyai Yosodipuro?

Kyai Yosodipuro: 

Saya juga setuju bahwa tempat yang diusulkan Pangeran Wijil adalah tempat yang raharjo, yang sejahtera. Akan tetapi, Gusti. Tempat tersebut dekat dengan wilayah Pangeran Sambernyawa. Padahal, hubungan keraton kita dengan Pangeran Sambernyawa saat ini sedang tidak baik. Saya khawatir, tempat itu nanti akan mudah diserang, Gusti.

Sri Susuhunan: 

Benarkah seperti itu, Kyai?

Kyai Yosodipuro: 

Benar, Gusti!

Sri Susuhunan: 

Hemm... hemm... (berpikir sejenak)
Kamu benar, Kyai Yosodipuro. Tempat itu memang kurang baik dari segi keamanan. Kalau begitu, kita pilih saja tempat yang berada di sebelah utara Bengawan Solo.

Kyai Yosodipuro: 

Keputusan ada di tangan, Gusti.

Sri Susuhunan: 

Baiklah, ingsun putuskan bahwa keraton kita akan kita pindah di sebelah utara Bengawan Solo. Kamu, Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna, jangan berkecil hati karena usulan kalian tidak kita setujui.

Pangeran Wijil: 

Kami sendika dhawuh, Gusti!

Sri Susuhunan: 

Meskipun begitu, ingsun sangat senang karena kalian sudah melaksanakan tugas dengan baik. Karena memang itulah tugas kalian sebagai ksatria. Dan jangan kecewa dengan keputusan ingsun. Karena keputusan ingsun tidak bisa diganggu gugat.

T. Honggowongso:

Kami tidak akan kecewa, Gusti. Kami sebagai prajurit hanya sami’na wa atho’na. Kami mendengar dan kami taat terhadap perintah, Gusti.

Sri Susuhunan:

 Bagus, bagus! Kalau begitu, cukup sekian pertemuan kali ini.

(Sri Susuhunan keluar diikuti oleh Kyai Yosodipuro dan Kyai Tohjaya serta para dayang.)

 

Narator: 
Demikianlah asal-usul penamaan Sukoharjo yang berasal dari kata sukoraharjo. Sukoraharjo berarti tempat yang mendatangkan kesejahteraan atau kemakmuran. Sukoharjo Makmur. Walaupun dalam cerita sejarah maupun babad tidak pernah disebutkan kisah asal usul Sukoharjo, namun kisah ini tetap bisa dirunut dari penuturan mulut ke mulut.

Kisah tadi mengandung nilai pendidikan karakter yaitu nilai bertanggung jawab. Sebagaimana ditunjukkan oleh Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna yang telah menjalankan tugas dengan baik.

Kisah tadi juga mengandung nilai pendidikan karakter yaitu taat kepada pimpinan. Sebagaimana ditunjukkan oleh Pangeran Wijil, Tumenggung Honggowongso, dan Tumenggung Tirtawiguna yang telah menerima keputusan Sri Susuhunan. Mereka tsiqah / percaya penuh terhadap keputusan pemimpin. Mereka tidak merasa kecewa meskipun usulan mereka tidak diterima serta

--- SELESAI --- 



***
Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 3 Oktober 2013

---
*Drama ini dipentaskan oleh Tim Teater SMPIT Mutiara Insan Sukoharjo pada Acara Gerak Jalan dan Bakti Sosial - Peringatan Milad Yapendais Mutiara Insan Sukoharjo ke-20, tanggal 10 November 2014
Para Pemain Pentas Drama Asal-Usul Sukoharjo



0 komentar:

Post a Comment