Sumber ilustrasi gambar: dictio[dot]id |
Orang-orang Roma masa itu sepakat bahwa Cicero adalah pengacara terbaik kedua di Roma. Dan hal tersebut merisaukan dirinya. Ia belum bisa menandingi kehebatan Hortensius di atas panggung pengadilan.
Cicero, yang karirnya mulai menanjak berasal dari kalangan biasa, tanpa dukungan keluarga dan kerabat bangsawan ataupun sokongan harta yang melimpah. Di sisi lain, Hortensius adalah aristokrat sejati. Kerabatnya banyak yang menjadi senat. Para leluhurnya, banyak yang menjadi konsul, jabatan tertinggi di Republik Roma.
Tak ayal, Cicero bermusuhan dengan Hortensius. Puncaknya ialah saat Cicero menjadi jaksa penuntut Gubernur Galia yang korup, sedangkan Hortensius menjadi pembela si gubernur. Keduanya bertarung argumentasi di atas panggung. Warga Roma mendapatkan tontonan yang menarik dari dua orator terhebat di Roma.
Pada akhir persidangan, hakim memutuskan bahwa Gubernur Galia bersalah. Cicero menang. Hortensius dan kalangan aristokrat semakin memupuk kebencian terhadap Cicero. Dalam banyak kesempatan, Cicero dan Hortensius menunjukkan rasa ketidaksenangan masing-masing. Keduanya adalah air dan minyak yang tak dapat bersatu.
Dalam pencalonan dirinya untuk menduduki jabatan yabg diidam-idamkannya sejak lama, yaitu jabatan tertinggi Roma sebagai konsul, Cicero menghadapi tantangan beraupa kurangnya dukungan dari para calon pemilih. Latar belakangnya yang berasal dari keluarga biasa "tanpa nama" sulit membuatnya meraih banyak suara meskipun dirinya sudah terkenal.
Di pihak lain, Hortensius menghadapi masalah dengan Catilina, orang yang membuat banyak masalah dan berpotensi menyusahkan banyak orang, termasuk Hortensius.
Dalam satu kesempatan langka, Cicero dan Hortensius bertemu dan berbincang dan membuat kesepakatan bersama. Hortensius menjanjikan dukungan kepada Cicero dan Cicero menjanjikan bantuan kepada Hortensius. Keduanya berjabat tangan.
Di atas panggung di Padang Martius --tempat rakyat Romawi berkumpul-- Hortensius menampakkan dukungannya kepada Cicero dengan memegang tangan Cicero dan mengangkatnya: aristokrat mendukung Cicero.
Pada pemilihan konsul itu, akhirnya Cicero berhasil memperoleh suara terbanyak. Tentu saja andil Hortensius cukup besar dalam kemenangannya itu.
Dua orang yang bermusuhan sejak lama, akhirnya bersatu dalam satu kubu. Karena ada kepentingan masing-masing di dalamnya.
Secara personal, Cicero dan Hortensius saling mengagumi kehebatan masing-masing dalam berorasi dan berargumen. Namun dalam politik, perlu sebuah kepentingan bersama untuk menyatukan keduanya. Jika kepentingan keduanya berlawanan, mereka bermusuhan. Jika punya kepentingam bersama, mereka bersatu.
Demikianlah gambaran politik pada 21 abad yang lalu. Dan sampai sekarang tak berubah banyak.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari Cicero dan Hortensius?
Sepertinya kita tidak mengambil pelajaran apa-apa.
Cicero, yang karirnya mulai menanjak berasal dari kalangan biasa, tanpa dukungan keluarga dan kerabat bangsawan ataupun sokongan harta yang melimpah. Di sisi lain, Hortensius adalah aristokrat sejati. Kerabatnya banyak yang menjadi senat. Para leluhurnya, banyak yang menjadi konsul, jabatan tertinggi di Republik Roma.
Tak ayal, Cicero bermusuhan dengan Hortensius. Puncaknya ialah saat Cicero menjadi jaksa penuntut Gubernur Galia yang korup, sedangkan Hortensius menjadi pembela si gubernur. Keduanya bertarung argumentasi di atas panggung. Warga Roma mendapatkan tontonan yang menarik dari dua orator terhebat di Roma.
Pada akhir persidangan, hakim memutuskan bahwa Gubernur Galia bersalah. Cicero menang. Hortensius dan kalangan aristokrat semakin memupuk kebencian terhadap Cicero. Dalam banyak kesempatan, Cicero dan Hortensius menunjukkan rasa ketidaksenangan masing-masing. Keduanya adalah air dan minyak yang tak dapat bersatu.
Dalam pencalonan dirinya untuk menduduki jabatan yabg diidam-idamkannya sejak lama, yaitu jabatan tertinggi Roma sebagai konsul, Cicero menghadapi tantangan beraupa kurangnya dukungan dari para calon pemilih. Latar belakangnya yang berasal dari keluarga biasa "tanpa nama" sulit membuatnya meraih banyak suara meskipun dirinya sudah terkenal.
Di pihak lain, Hortensius menghadapi masalah dengan Catilina, orang yang membuat banyak masalah dan berpotensi menyusahkan banyak orang, termasuk Hortensius.
Dalam satu kesempatan langka, Cicero dan Hortensius bertemu dan berbincang dan membuat kesepakatan bersama. Hortensius menjanjikan dukungan kepada Cicero dan Cicero menjanjikan bantuan kepada Hortensius. Keduanya berjabat tangan.
Di atas panggung di Padang Martius --tempat rakyat Romawi berkumpul-- Hortensius menampakkan dukungannya kepada Cicero dengan memegang tangan Cicero dan mengangkatnya: aristokrat mendukung Cicero.
Pada pemilihan konsul itu, akhirnya Cicero berhasil memperoleh suara terbanyak. Tentu saja andil Hortensius cukup besar dalam kemenangannya itu.
Dua orang yang bermusuhan sejak lama, akhirnya bersatu dalam satu kubu. Karena ada kepentingan masing-masing di dalamnya.
Secara personal, Cicero dan Hortensius saling mengagumi kehebatan masing-masing dalam berorasi dan berargumen. Namun dalam politik, perlu sebuah kepentingan bersama untuk menyatukan keduanya. Jika kepentingan keduanya berlawanan, mereka bermusuhan. Jika punya kepentingam bersama, mereka bersatu.
Demikianlah gambaran politik pada 21 abad yang lalu. Dan sampai sekarang tak berubah banyak.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari Cicero dan Hortensius?
Sepertinya kita tidak mengambil pelajaran apa-apa.
***
Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 17 Februari 2019
0 komentar:
Post a Comment