sumber ilustrasi gambar: banjarmasin[dot]tribunnews[dot]com |
Mari membuka pikiran. Bincang-bincang santai --sambil ngopi kalau perlu. Mari kita bicarakan pertanyaan berikut ini.
Mengapa sekolah favorit bisa semakin maju?
Mengapa sekolah tertinggal semakin mundur?
Di sebuah kota atau kabupaten biasanya ada sekolah negeri favorit. Sekolah-sekolah favorit ini menjadi tujuan utama para siswa --dan orangtuanya-- untuk menikmati pendidikan yang lebih baik. Biasanya sekolah-sekolah favorit ini setiap tahun kebanjiran siswa.
Berikut ini beberapa hal yang menjadikan sekolah menjadi favorit.
Pertama, prestasi yang bagus. Sekolah-sekolah favorit selalu menempati peringkat atas hasil Ujian Nasional. Dalam lomba-lomba bidang minat, bakat, dan keterampilan, mereka selalu mendominasi perolehan piala. Orang-orang pun menjadi mafhum ketika mereka menjadi juara, sudah tertebak.
Kedua, sarana dan prasarana yang memadai. Sekolah favorit biasanya memiliki gedung yang memadai. Ruang kelas dan ruangan lain yang baik. Bahkan, ada juga ruang laboratorium lengkap dengan peralatannya. Laboratorium komputer pun tersedia. Bantuan dana memang lebih mudah dikucurkan bagi sekolah favorit. Secara umum, fasilitas di sekolah favorit sangat memadai.
Ketiga, guru yang berkompetensi tinggi. Untuk mengajar di sekolah favorit, guru mesti memiliki kompetensi yang tinggi. Guru mesti dinamis, bergerak cepat menghadapi setiap tantangan dalam pembelajaran. Tujuan mereka adalah senantiasa meningkatkan prestasi siswa.
Keempat, budaya sekolah yang baik. Sekolah-sekolah favorit cenderun memiliki budaya sekolah yang baik. Guru yang semangat mengajar dan siswa yang rajin belajar. Tata tertib ditaati. Tidak ada siswa yang "nakal". Rata-rata mereka adalah anak baik-baik dari keluarga baik-baik.
Kelima, input siswa yang bagus. Sekolah favorit menerapkan seleksi penerimaan siswa baru. Siswa yang berhasil masuk ke sekolah favorit adalah siswa-siswa dengan prestasi tinggi. Mereka adalah para juara di sekolah pada jenjang sebelumnya. Para juara itu berkumpul di sekolah favorit.
Itulah beberapa hal yang menjadikan sekolah menjadi favorit sehingga dapat dikatakan:
- prestasi semakin meningkat
- sarana dan prasarana semakin berkembang
- guru semakin berkompetensi
- budaya sekolah semakin baik
- siswa semakin berprestasi
Sekarang menjawab pertanyaan kedua. Mari kita tengok sekolah pinggiran: baik pinggiran secara lokasi maupun secara prestasi. Sekolah pinggiran ini --kita sebut saja sekolah tertinggal-- ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Prestasi stagnan atau malah semakin menurun
Menduduki peringkat tertinggi atau menjuarai berbagai lomba adalah tujuan yang terlalu muluk-muluk. Tujuan realistis adalah siswa dapat lulus. Itu saja sudah cukup.
Sarana dan prasarana yang apa adanya
Sarana dan prasarana yang apa adanya
Yang penting bisa dipakai buat belajar. Tidak ada ruang lab IPA atau komputer. Gedungnya bisa berdiri saja sudah bersyukur.
Guru yang biasa-biasa saja
Guru yang biasa-biasa saja
Tantangan mereka bukan membuat siswa meraih nilai 100, bisa KKM saja sudah bersyukur. Biasanya mereka juga disibukkan dengan mendidik karakter siswa karena tak sedikit anak-anak nakal berada di sana.
Budaya sekolah yang kurang baik
Budaya sekolah yang kurang baik
Membuat siswa termotivasi belajar adalah pekerjaan berat. Siswa mau berangkat sekolah secara rutin saja sudah bersyukur. Siswa mau mengerjakan PR berarti mesti bersyukur dua kali.
Siswa yang masuk kebanyakan adalah siswa yang sudah tertolak dari sekolah yang lebih bagus
Siswa yang masuk kebanyakan adalah siswa yang sudah tertolak dari sekolah yang lebih bagus
Sekolah-sekolah favorit sudah menyerap semua siswa berprestasi. Siswa yang berada di bawahnya tertampung di sekolah yang "cukup" favorit, dan seterusnya sehingga sekolah pinggiran mendapatkan siswa-siswa yang tertolak dari sekolah-sekolah lainnya. Input sekolah tertinggal sudah rendah.
Dalam ekonomi kapitalisme ada ungkapan "Orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin." Dalam dunia pendidikan muncul pula ungkapan "Sekolah favorit semakin favorit dan sekolah tertinggal semakin tertinggal."
Sekolah favorit selalu kebanjiran pendaftar dan mesti "membuang" sebagian pendaftar itu. Di sisi lain, sekolah tertinggal selalu kekurangan pendaftar, bahkan untuk memenuhi kuota minimal pun teramat susah.
Sekolah favorit semakin hari gedung-gedungnya semakin bagus dan fasilitasnya lengkap. Sekolah tertinggal mesti menerima kondisi bangunan apa adanya.
Inilah realitas pendidikan di negara kita. Pendidikan yang tidak merata.
Beberapa negara lain ada yang sama kondisinya dengan Indonesia. Namun, negara maju semacam Finlandia atau Norwegia, kualitas pendidikannya merata. Tidak ada "kastanisasi" sekolah. Semua sekolah berkualitas. Dan untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan sistem pendidikan yang benar-benar baik dan memerlukan waktu yang lama.
***
Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 10 Juli 2018
Sekolah favorit selalu kebanjiran pendaftar dan mesti "membuang" sebagian pendaftar itu. Di sisi lain, sekolah tertinggal selalu kekurangan pendaftar, bahkan untuk memenuhi kuota minimal pun teramat susah.
Sekolah favorit semakin hari gedung-gedungnya semakin bagus dan fasilitasnya lengkap. Sekolah tertinggal mesti menerima kondisi bangunan apa adanya.
Inilah realitas pendidikan di negara kita. Pendidikan yang tidak merata.
Beberapa negara lain ada yang sama kondisinya dengan Indonesia. Namun, negara maju semacam Finlandia atau Norwegia, kualitas pendidikannya merata. Tidak ada "kastanisasi" sekolah. Semua sekolah berkualitas. Dan untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan sistem pendidikan yang benar-benar baik dan memerlukan waktu yang lama.
***
Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 10 Juli 2018
0 komentar:
Post a Comment