Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Sunday, November 25, 2012

Sepanjang Rel Kereta Api


Di sepanjang rel kereta api, berjalanlah seorang nenek dengan memanggul sayuran di punggungnya. Usianya memang sudah renta. Namun, kakinya melangkah dengan mantap menyusuri rel kereta api menuju ke pasar. Jarak dari rumahnya ke pasar sejauh satu kilometer.

Udara pagi menyelimuti tubuh nenek itu. Wajahnya yang penuh kerutan menandakan bahwa ia sudah lama menanggung kesusahan hidup. Namun pada wajahnya juga terpancar kekuatan sehingga setiap pagi ia sanggup berjalan menyusuri rel kereta api sejauh satu kilometer menuju pasar.

Si nenek mempunyai beberapa anak yang semuanya sudah menjadi “orang”. Di rumah ia tinggal bersama anak bungsunya yang pegawai negeri di kecamatan. Sebenarnya soal makan, ia tidak perlu mengkhawatirkannya. Untuk kebutuhan sehari-hari ia dan anaknya juga tidak kekurangan. Namun, nenek itu malu jika selalu meminta pada anaknya.

Seminggu yang lalu ia melihat kain batik yang bagus di sebuah toko di pasar. Ia tanyakan harganya kemudian ia hitung-hitung tabungannya. Belum cukup. Hari ini ia membawa seluruh tabungannya. Dengan tambahan hasil berjualan sayuran pagi ini ia bisa membeli kain batik yang diinginkannya.

Sampai di pasar nenek itu segera menggelar dagangannya. Satu dua pembeli datang, menanyakan harga dan menawar. Kemudian pergi membawa beberapa ikat sayur dan memberikan beberapa lembar uang pada si nenek. Begitulah sepanjang pagi hingga sayuran si nenek habis.

Si nenek berjalan dengan tersenyum, menyapa orang-orang di pasar yang dikenalnya. Ia menuju toko kain.

Saat matahari sepenggalah naik memancarkan sinar yang hangat, si nenek berjalan pulang menyusuri rel kereta api. Hatinya merasa senang. Tangannya mengelus-elus kain batik yang baru dibelinya. Betapa halusnya. Ia sudah mempunyai rencana. Ia akan menjahitkannya dan akan ia pakai saat pesta perkawinan anak Pak Lurah nanti. Ia membayangkan dirinya sendiri memakai pakaian batik hingga perjalanan jauh tak terasa melelahkan baginya. Dahinya sudah mulai berkeringat. Namun, kakinya masih berjalan mantap dan di kejauhan rumahnya sudah kelihatan atapnya.

Dari jauh terdengar suara kereta api datang. Suara belnya meraung-raung. Seperti biasa, si nenek menyingkir ke arah pinggir. Namun, nahas baginya, kakinya tersandung kayu yang menopang rel kereta api. Si nenek jatuh dan kereta api semakin mendekat. Ketakutan membayang pada wajahnya dan didekapnya kain batik yang baru dibelinya erat-erat. Namun aneh, si nenek kemudian malah tersenyum, seperti menyambut datangnya teman lama.


*Sukoharjo, 26 November 2012

0 komentar:

Post a Comment