Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Saturday, November 24, 2012

Motorku Sayang Motorku Melayang

Hasil kerja keras memeras keringat (kasihan amat, sampai keringat pun diperas) selama dua tahun adalah sepeda motor Satria FU150. Ini motor keren, kawan. Aku jadi kelihatan tambah cakep kalau nongkrong di atas motor ini. Aku sayang banget sama motor ini (kayak kekasih aja pakai disayang-sayang). Maklum, motor ini aku beli dengan usahaku sendiri.

Banyak kenangan bersama motorku ini. Aku pernah mengendarainya dari Bekasi ke Bandung dalam rangka bertemu seorang kawan yang bekerja di sana. Aku juga pernah mengendarainya beberapa kali dari Bekasi ke Solo atau sebaliknya waktu mudik atau balik. Aku sering mengajaknya ngebut di jalan. Apalagi di jalan Pantura yang jalannya lurus, rata, dan lebar itu, paling enak ngebut di situ. Dan beberapa kali pula aku dijatuhkannya di atas aspal.

Motor ini juga sering aku bawa mejeng di bundaran Jababeka, yang selalu ramai setiap malam Minggu. Juga mengantarku jalan-jalan ke Jakarta, ke PRJ (Pekan Raya Jakarta), ke mall-mall, ke tempat kawan lama, de el el pokoknya.

Setelah kerja dua tahun, kemudian aku keluar -atau dikeluarkan- dari perusahaan, aku membuka sebuah toko stationary (jual alat tulis). Buat modal, aku jual motor kesayangan itu. Meski eman-eman, tetap kurelakan ia pergi karena kata buku yang pernah aku baca, “Tiada kesuksesan tanpa pengorbanan”. Jadilah Satria-ku sebagai korban. Ia kujual dan aku beli motor yang lebih murah, Shogun 125.

Setelah setahun semenjak membuka usaha, aku mempunyai keinginan untuk kuliah. Aku ini berasal dari keluarga miskin. Jadi, sebelumnya tidak pernah kepikiran untuk kuliah. Dalam hal ini sepertinya kawan-kawanku mesti bertanggung jawab. Kawan-kawanku banyak yang kuliah. Karena sering bergaul dengan mereka dan mereka sering membicarakan tentang kuliah, aku jadinya juga ingin kuliah.

Membicarakan dengan orang tua menjadi hal yang sulit. Sebenarnya bapak sama ibu sudah merasa tenteram saat aku bekerja di perusahaan dulu. Aku dianggap sudah bisa mandiri dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri sehingga tidak akan merepotkan orang tua lagi. Namun, karena sifatku yang keras kepala, harus tetep kuliah. Biaya akan aku cari sendiri. Uang masuk pertama akan aku usahakan sendiri.

Jalan satu-satunya adalah aku menjual hartaku satu-satunya, sepeda motor Shogun 125 milikku. Saat itu biaya masuk ke perguruan tinggi sebesar 4.500.000,00. Jadilah motorku berubah menjadi sebuah Kartu Tanda Mahasiswa yang selalu terselip dalam dompetku. Kuliah memang mahal.

Saat aku menikmati masa-masa kuliah, mau tak mau aku tetap mengenang sepeda motorku yang telah merelakan dirinya untuk kujual. Teringat pula aku dengan masa-masa bekerja selama dua tahun di kota Bekasi. Teringat pula akan kerasnya kehidupan yang pernah aku jalani.


*Sukoharjo, 24 November 2012


2 komentar: