Foto: Embung Nglanggeran (dok pribadi) |
Angin malam
Datang ia berdesir lembut
Setelah sekian purnama aku menunggu di depan kaca jendela
Tanya kulempar dengan gegas
Susul menyusul seperti lesatan anak panah
Sabarkan hatimu, Tuan
Angin itu membisik, lembut dan menenangkan
Bertanyalah satu-satu
Sudahkah? Aku memburu
Sesuai keingiananmu, Tuan
Bagaimanakah ia? Kulempar tanya dengan taksabar
Ia cantik, sebagaimana cantiknya ia dalam pandangan Tuan
Apa jawabnya?
Akan kukutipkan suara merdu jawabannya itu, Tuan
Katakan
"Janganlah Tuanmu mengira bahwa hanya dirinya yang memeluk rindu sepanjang waktu."
Lalu?
"Justru, setiap pengujung malam menjelang embun-embun diciptakan, namanya kusebut-sebut lirih."
Lalu?
"Aku menunggunya sepanjang rembulan melesat ke barat."
Wahai, angin malam
Aku ingin segera bertemu dengannya
Kesegeraan Tuan adalah kesegeraannya juga
Bahkan, baginya ialah dua kali lipat
Esok, aku akan berlari menuju kepadanya
Ia sudah sejak lama menanti kedatangan Tuan
Aku ingin menggenggam tangannya
Justru ia akan memeluk Tuan
Terima kasih angin malam
Kembalilah ke sana
Dan sampaikan salamku padanya
Sesuai keinginanmu, Tuan
Dan angin malam pun berlalu sepoi
Sedikit hangat ia kini
Oleh rindu
Dan cinta
(13 mei 2016)
0 komentar:
Post a Comment