Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Thursday, June 30, 2016

Pelatihan Instruktur Nasional Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Region Jateng & DIY, 17-26 Juni 2016, di Indoluxe Hotel Jogjakarta

  Pelatihan Instruktur Nasional Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Region Jateng & DIY

Sore itu langit mendung saat aku menghadiri acara buka puasa bersama di sekolah tempatku mengajar. Setelah salat Magrib, sebuah pesan masuk melalui Whatsapp. Pesan yang membuat keningku berkerut. Bahwa esok siang aku harus berangkat ke Jogja mengikuti pelatihan selama 10 hari. Lalu aku konfirmasi kepada kepala sekolah. Iya, memang benar, besok aku harus berangkat. Aku kaget dan terkejut.

Malamnya aku menyiapkan perbekalan pakaian. Duh sialnya, beberapa hari ini aku belum mencuci pakaian. Jadi, stok pakaian bersihku menipis. Malam itu juga beberapa pakaian aku cuci. Paginya masih belum kering benar, lalu kuseterika. Biarlah, yang penting bisa dipakai. Ahaa...

Pagi itu aku menyeterika beberapa pakaian, menyiapkan semua perlengkapan sendiri. Agak repot memang. Kalau keadaan seperti ini, aku baru menyadari betapa nggak enaknya jadi jomblo. Duh, Gusti...

Kegiatan yang harus aku ikuti ini bertajuk “Pelatihan Instruktur Nasional Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Region Jateng & DIY”. Nama pelatihannya keren bingitz, kan. Tapi, aku malah ragu: kok aku bisa ikut kegiatan ini, ya. 



Kumpulan orang-orang yang keget dan terkejut
Beberapa kali aku mengikuti pelatihan di hotel. Namun, baru kali ini selama 10 hari. Pelatihan ini bertempat di Indoluxe Hotel Jogjakarta. Lalu aku searching di Google penampakan hotel ini. Wow, ada kolam renangnya di lantai paling atas.

Setelah acara dibuka, aku bertemu dengan orang-orang yang memiliki persamaan denganku. Sebagaimana diriku, mereka juga guru Bahasa Indonesia dan mereka juga kaget dan terkejut terpilih mengikuti pelatihan ini. Jadi, kami adalah kumpulan orang-orang yang kaget dan terkejut.

Aku tidak akan menceritakan materi atau modul modul yang harus dipelajari peserta. Kalau aku menceritakannya akan membutuhkan waktu 10 hari dan harus menyiapkan laptop serta modem dengan akses internet yang cepat. Laptop dan modem itu digunakan untuk pembelajaran daring yang kalau tidak paham langkah-langkahnya atau dilalah akses internetnya mogok, bisa-bisa bikin otak jadi miring. Untungnya, di sela-sela materi ada ice breaking yang cukup menghibur. Berikut ini salah satu cuplikan rekaman video permainan ice breaking.



Pada kesempatan kali ini, aku akan menuliskan beberapa hal yang menurutku berkesan. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan alur cerita, itu memang disengaja.

Muda, Imut, Pendiam, dan Pemalu

Aku ini lelaki pendiam dan pemalu. Begitulah, mau bagaimana lagi. Di pelatihan ini aku merasa sebagai orang yang paling muda. Hampir semua yang hadir ialah guru-guru berpengalaman. Maksudku “berpengalaman” itu ialah usianya jauh di atasku.

Pada awal sesi saat ditanyakan apa yang ingin kudapatkan selama mengikuti pelatihan ini, aku jawab: aku ingin mendapatkan jodoh ingin banyak belajar dari para sesepuh pelaku pendidikan yang sudah banyak pengalaman. Aku menyadari bahwa aku minim pengalaman dalam dunia pendidikan.

Selama pelatihan aku memang banyak diam. Berbiacara kalau ada perlu saja. Ada beberapa alasan mengapa aku tidak banyak bicara.
Pertama, aku merasa sebagai yang paling muda sehingga merasa kurang pantas dan kurang beradab jika aku banyak bicara. Tidak semua pendapat harus aku utarakan. Aku harus menuggu orang-orang yang lebih tua untuk berbicara terlebih dahulu. Begitulah pandanganku.

Kedua, aku memang kurang berpengalaman dalam dunia pendidikan. Aku memang unggul dalam dunia IT tapi kalah jauh dari guru-guru lain dalam soal pendidikan dan pengalaman mengajar. Jadi, aku tak mau sembarangan bicara.

Ketiga, ini sebenarnya alasan yang paling utama, yaitu aku mengantuk. Sesi pelatihan padat hingga malam hari. Badan terasa capek. Belum lagi jika malam hari tidurnya agak larut karena mengerjakan tugas atau karena sedang kangen kamu, eh, maksudku sedang kangen suasana di rumah. Jadinya, siang hari aku merasa mengantuk.

Wajahku yang tampak muda sepertinya menguntungkan diriku. Semuanya bersikap baik kepadaku. Mungkin aku adalah sejenis kaum muda dan lemah yang perlu mendapatkan perlindungan dan pengayoman. Hahaha.... Beberapa berkomentar bahwa aku seusia dengan anak mereka. Ada yang menyangka aku masih kuliah. Ada yang berkata aku masih patut menjadi pelajar SMA. Duh, Gusti... Saat kembali ke kamar, aku pun segera berkaca.

Ada dialog seperti ini di sebuah meja pada sesi malam hari.
“Mas Krisna usianya berapa?” tanya seorang ibu.
“** tahun,” jawabku. Maaf, usiaku aku sensor. Hehe...
“Lha, masa? Kok masih keliatan imut begitu ya?”
“Ya, beginilah,” kataku.

Sebelum bertanya usiaku, mestinya mereka membaca tulisan berikut ini terlebih dahulu: Sudah cukup! Jangan tanya usiaku lagi!

Sunrise yang Menawan di Balik Jendela
 

Bagiku, hal yang berkesan menginap di hotel ini ialah pemandangannya. Aku mendapat kamar di lantai 10. Jendela kamarku menghadap ke utara. Aku memiliki pandangan yang luas ke arah utara dan timur. Dari balik jendela, aku bisa melihat denyut kehidupan kota Jogja. Juga gunung Merapi dan Merbabu yang tampak dekat sekali, sedang gunung Lawu tampat berdiri di kejauhan.

Pagi adalah waktu yang istimewa. Sunrise adalah waktu-waktu yang kutunggu-tunggu. Dari balik gunung Lawu, matahari akan muncul lalu perlahan-lahan tampak cahaya kemerahan di ufuk, sedang di balik gunung masih gelap dengan lampu-lampu yang menyala kelap-kelip.

Langit Jogja yang kelabu dengan arakan awan terlihat begitu memesona. Apalagi jika memandangnya dari lantai 19. Awan-awan itu terasa dekat. Ada satu peristiwa yang menarik, yaitu penampakan naga di antara awan di atas hotel. Ada salah satu peserta yang merekamnya. Mau lihat?
Baca selengkapnya di sini.



http://www.sukrisnosantoso.com/2016/06/sunrise-yang-menawan-di-balik-jendela.html


Lumpuk-lumpuk

Jika pagi menjadi waktu yang istimewa karena ada sunrise yang menawan, lalu bagaimana dengan senja? Adakah sunset yang memesona? Aku tak sempat memperhatikan langit barat karena pada sore ada kegiatan yang penting dan tidak boleh ditinggalkan. Kegiatan itu adalah lumpuk-lumpuk. Entah siapa yang mengucapkan kata itu pertama kali.

Apakah lumpuk-lumpuk itu?

Baca selengkapnya di sini. 

http://www.sukrisnosantoso.com/2016/06/lumpuk-lumpuk-kegiatan-fenomenal-selama.html


Kaos Instruktur Nasional Guru Pembelajar

Peserta pelatihan di kelasku, kelas D, berjumlah 31 orang. Dan semuanya kompak untuk membuat kaos seragam. Segera saja aku mendesain kaos, dan pada hari Selasa itu kami memesan kaos di daerah Prambanan. Kaos itu jadi pada hari Jumat sore dan kami pakai pada acara penutupan. Peserta dari kelas lain merasa pengin juga punya kaos itu karena memang kami tampak kompak dan gagah mengenakan kaos itu.

Aku pun suka dengan kaos itu. Suka sekali. Ada tulisan “Instruktur Nasional Guru Pembelajar” di punggung kaos itu. Keren. Aku membayangkan: tentu tingkat kegantenganku bertambah beberapa persen ketika mengenakan kaos itu. Dan, siapa tahu dengan mengenakan kaos itu aku bisa memikat hati calon mertua. Ahai.... 




Berenang di Kolam Renang Tertinggi di Jogja

Sewaktu diberitahu oleh Mr. Google bahwa ada kolam renang di lantai paling atas hotel Indoluxe, aku menyiapkan pakaian renang dan kacamata renang. Aku suka berenang. Biasanya aku berenang di Pemandian Pengging, Boyolali atau di Umbul Ponggok, Klaten. Aku harus berenang di kolam renang hotel ini. Apalagi dalam tagline-nya dikatakan bahwa kolam renang ini adalah kolam renang tertinggi di Jogja.

Waktu pelatihan yang padat menyisakan sedikit waktu untuk istirahat. Untuk bisa berenang, aku harus mencari waktu yang tepat, dan itu tidak mudah. Siang hari aku tidak bisa mengagendakan waktu untuk berenang karena waktu istirahatnya sebentar. Sore hari jelas tidak bisa karena sesi sore berakhir menjelang waktu berbuka puasa. Malam hari? Kolam renang itu tutup pukul 21.00 WIB, sedangkan malam hari masih ada sesi meskipun lebih santai. Jadi, waktu yang tersisa ialah pagi hari. Itu pun aku harus bisa mengalahkan rasa kantuk dan malas terlebih dahulu.
Baca selengkapnya di sini.


http://www.sukrisnosantoso.com/2016/06/berenang-di-kolam-renang-tertinggi-di.html

Menikmati Musik Calung di Malioboro

Malam terakhir pelatihan, bersama 3 orang lainnya, aku jalan-jalan ke Malioboro. Entah sudah berapa kali aku ke Malioboro. Biasanya di Malioro aku hanya jalan-jalan melihat-lihat dagangan. Aku jarang membeli sesuatu di Malioboro, paling cuma makanan oleh-oleh atau souvenir ringan.

Kali ini pun sama, aku hanya membeli sebuah souvenir kecil: gantungan kunci dengan bandul huruf S. Iya, S. Selain itu, aku hanya melihat-lihat saja. Dan pemandangan yang menarik ialah pertunjukan musik calung. Malam itu ada empat kelompok pemusik calung yang sedang bermain. Suara musik calung itu khas. Sangat menyenangkan mendengarkannya.
Baca selengkapnya di sini. 


http://www.sukrisnosantoso.com/2016/06/menikmati-musik-calung-di-malioboro.html
 
Menyanyikan Lagu Himne Bahasa Indonesia

Ternyata ada lagu Himne Bahasa Indonesia. Aku baru tahu. Dan memang hymne ini belum lama diciptakan. Kebetulan kelasku kebagian menyanyikan Himne Bahasa Indonesia ini pada saat penutupan kegiatan pelatihan. Tak ayal, dari dalam kelasku sering terdengar suara latihan menyanyi lagu ini. Mungkin peserta kelas lain membatin bahwa kelasku sering menyanyi.

Lagu Himne Bahasa Indonesia berhasil kami nyanyikan dengan baik. Tepuk tangan hadirin yang meriah mengapresiasi nyanyian kami. Mau tahu lagu Himne Bahasa Indonesia?
Baca selengkapnya di sini. 


http://www.sukrisnosantoso.com/2016/06/lagu-himne-bahasa-indonesia.html
 
Pulang

Jika ada hal yang paling ditunggu-tunggu saat pelatihan itu adalah acara penutupan. Setelah penutupan tentu saja pulang. Kami berangkat kan hanya untuk pulang. Hehe...

Banyak hal yang aku dapatkan selama pelatihan. Selain, dari materi yang diajarkan, aku juga mendapatkan banyak pelajaran dari interaksi dengan guru-guru lain. Semoga apa yang aku dapatkan di pelatihan ini bisa bermanfaat.

***
(Sukoharjo, 27 Juni 2016)

~ Galeri Foto ~

Narasumber, Pak Basyar, mau nyalip Rossi
Narasumber, Bu Lucy, akhirnya kesampaian main kapal-kapalan
Pak Lurah kelas D, Pak Daldiri
Khusyu mendengarkan materi
Ayo moda daring
Diduga karena stres praktik moda daring, para peserta pelatihan lari ke Taman Pelangi Monjali
Jalan-jalan dulu biar sehat jasmani dan rohani
Moda daring... lagi
Moda daring... lagi... sampai pusing tujuh keliling ling ling ...



5 komentar:

  1. Replies
    1. Nggak ketemu jodohnya Pak Ris. Pulang bawa kenangan.

      Delete
  2. Mas mau tanya kalo ikut pelatihan calon instruktur nasional apakah nantinya diwajibkan jadi Instruktur nasional? Soalnya sy lg pelatihan juga hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Tugasnya nanti mendampingi guru-guru lainnya.

      Delete