Selama dua tahun saya bekerja dengan sistem kontrak di perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang otomotif. Saya lulusan SMK dan saat itu usia saya sekitar 20 tahun. Gaji bulanan saya sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan, bisa dibilang sudah bisa menyejahterakan saya dan keluarga.
Pada bulan-bulan terakhir saya bekerja sebelum berakhirnya masa kontrak, saya mencoba hal yang baru yang sebelumnya belum pernah terpikirkan. Menjadi sales sepatu. Sehabis pulang kerja, saya berkeliling dari rumah ke rumah menawarkan sepatu. Hasil dari usaha ini sangat kecil dibandingkan jumlah gaji bulanan yang saya terima. Namun, jumlah yang sedikit itu terasa lebih “manis”. Mungkin karena merupakan usaha sendiri dan dilakukan dengan kerja keras sehingga hasil penjualan sepatu tersebut menjadi sangat berharga.
Pada usia 20 tahun itulah saya mulai tertarik menjadi seorang wirausahawan. Untuk memulai sebuah usaha tidaklah menunggu usia tua, tidak perlu memakan banyak asam garam. Juga tidak ada kata terlalu dini untuk memulai sebuah usaha. Semua orang bisa memulai usaha jika memiliki kemauan. Masa muda adalah masa yang bagus untuk memulai usaha.
Cameron Johnson memulai usaha saat berumur sepuluh tahun dengan membuat kartu ucapan. Sebagaimana dikisahkan olehnya dalam bukunya berjudul You Call the Shots, bisnis kartu ucapan yang dijalankan berjalan lancar dan menghasilkan uang yang tidak sedikit. Satu tahun bisnis kartu ucapannya berjalan, koran bulanan sekolahnya menampilkan cerita tentang Cameron dan bisnisnya, dan hal tersebut membuat bisnisnya semakin dikenal dan semakin maju.
Pola Pikir Kewirausahaan
Saya merasa heran dengan seseorang di daerah saya yang mempunyai banyak usaha. Dan setiap usaha yang dijalankannya hampir semuanya berhasil. Saya berkesimpulan, orang yang sudah mempunyai pengalaman dalam wirausaha akan lebih besar peluangnya untuk sukses daripada orang yang belum berpengalaman. Ibaratnya, seorang pengusaha yang berpengalaman sudah mempunyai rumus kesuksesan, sedangkan seseorang yang belum berpengalaman masih mencari-cari rumus kesuksesan itu.
Kemudian saya dapatkan rumus kesuksesan itu dari T.H. Eker dalam bukunya Think Rich! You Will Get It Comes True!. Ia menyebutnya sebagai cetak biru keuangan. Cetak biru keuangan adalah kondisi pikiran yang melahirkan perasaan dan tindakan terkait dengan pengambilan keputusan dalam masalah keuangan. Sebagaimana dikatakan oleh T.H. Eker, “Pikiran menuntun pada perasaan. Perasaan menuntun pada tindakan. Tindakan menuntun pada hasil.”
Untuk mendapatkan hasil yang baik –yaitu kesuksesan dalam usaha– yang perlu dilakukan adalah mengubah pola pikir. Pola pikir wirausahawan tentu berbeda dengan pola pikir karyawan. Pola pikir ini diibaratkan oleh Eker sebagai akar dan kesuksesan –sebagai sebuah hasil– dibaratkan sebagai buah. Jika akarnya baik dan kuat, pasti buah yang tumbuh juga baik. Begitu pula sebaliknya.
Dalam rangka menciptakan wirausahawan-wirausahawan muda di Indonesia, yang perlu dilakukan adalah menanamkan pola pikir untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Pola pikir kewirausahaan merupakan sebuah pondasi untuk mengubah seseorang menjadi wirausahawan yang tangguh.
Pola pikir inilah yang membawa saya menekuni dunia usaha. Dengan membaca buku-buku kewirausahaan, membaca biografi wirausahawan sukses, mengikuti seminar, dan mendengarkan audiobook, saya mulai membangun pola pikir sebagai wirausahawan. Hasilnya adalah saya benar-benar ingin menjadi seorang wirausahawan yang sukses.
Saya mencoba mendirikan beberapa usaha. Ketika saya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi terkemuka di kota Solo, saya mulai membuka usaha percetakan. Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya hasil usaha saya mampu membiayai kuliah saya.
Budaya Kewirausahaan
Pola pikir merupakan salah satu faktor internal yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Sedangkan salah satu faktor eksternal yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan adalah budaya kewirausahaan. Yang saya maksud dengan budaya kewirausahaan yaitu situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung lahirnya wirausahawan.
Pada tahun-tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Pemerintah melarang orang-orang keturunan China untuk menjadi pejabat pemerintahan. Akibatnya orang-orang tersebut mencari penghidupan dari berdagang karena hanya itulah jalan satu-satunya yang terbuka lebar. Setelah beberapa dekade, kita bisa lihat orang-orang keturunan China menjadi pengusaha-pengusaha besar yang berpengaruh di negeri ini.
Keterbatasan ekonomi juga menjadi pengaruh yang kuat dalam menciptakan seorang wirausaha. Sebagaimana dikatakan oleh An Nuur Budi Utama, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. An Nuur berhasil menjuarai kompetisi Wirausaha Muda Mandiri 2011 tingkat nasional berkat usaha jasa penerbitan dan percetakan yang didirikannya. An Nuur mengatakan bahwa ide bisnis yang ditekuninya saat ini berawal saat perekonomian keluarganya dalam situasi kebangkrutan. Ia mengatakan, “Kondisi tersebut akhirnya mendorong saya untuk bisa hidup mandiri dan mulai membuka usaha jasa penerbitan dan percetakan” (http://edukasi.kompas.com)
Pengaruh lingkungan sangat kita rasakan. Bila kita bergaul dengan orang-orang yang tertarik dengan dunia selebritis maka topik utama pembicaraan adalah artis dan penyanyi yang sedang trend. Bila kita bergaul dengan orang-orang yang tertarik dengan dunia politik maka topik utama pembicaraan tentunya tentang isu-isu politik yang sedang hangat. Begitu pula, bila kita bergaul dengan orang-orang yang tertarik dengan dunia usaha maka topik utama pembicaraan adalah tentang dunia usaha. Pembicaraan-pembicaraan tentang dunia usaha inilah yang akan memberikan wawasan dan pemahaman kepada kita tentang kewirausahaan.
Membangun pola pikir dan budaya kewirausahaan membutuhkan program yang sistematis dan waktu yang panjang. Beberapa strategi yang bisa diterapkan yaitu dengan memberikan pemahaman kewirausahaan di sekolah-sekolah, mengadakan seminar kewirausahaan, membentuk kelompok usaha, dan pengadaan modal usaha.
Saat ini sudah ada mata kuliah kewirausahaan di SMK. Di beberapa universitas juga sudah ada program penelitian kewirausahaan yang dibiayai oleh pemerintah maupun oleh universitas itu sendiri. Pemerintah juga membuat program yang mendukung kewirausahaan dengan memberikan pinjaman modal atau memberikan dana hibah untuk memulai usaha.
0 komentar:
Post a Comment